Event 12, In No Time...

22 6 0
                                    


Langkah kakinya yang berat terus berjalan kesana kemari berkali-kali. Pikirannya kacau dan semrawut dengan berbagai macam rencana yang belum tentu dapat berhasil. Sementara itu jarum jam di dinding terus berdetik, terus berjalan. Waktu tidak memberinya kemudahan sama sekali. Tidak ada waktu. Tidak ada waktu. Tidak ada waktu lagi.

Tidak seharusnya ia hanya berjalan mondar-mandir disini. Seseorang membutuhkannya. Seseorang menjerit dan meminta pertolongannya.

"Berpikir, berpikir, berpikir! Sialan! Ayo, berikanlah aku satu ide!" teriak pria bermata merah dengan frustasi.

"Apa yang harus kulakukan? Langkah apa yang harus kuambil untuk menyelamatkan gadis itu? Jika aku tidak segera menyelamatkannya, Samuel akan mengurasnya habis-habisan. Dan jika aku menyelamatkannya, nasib nya tidak jauh dari kematian. Sial, sial, sial! Apa yang harus kulakukan?!"

KRIIIING!!! KRIIIING!!! KRIIIIING!!!

Suara telfon tiba-tiba berbunyi. Seseorang menelfon. Si pria bermata merah langsung merogoh saku celananya dan melihat layar ponselnya. Brad... Pria itu menerima panggilan tersebut. Ia mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Heeey, kemana saja kau, bung? Pub sepi sekali hari ini. Mengapa kau tidak kemari untuk menghabiskan waktu atau menemaniku? Sungguh, pub seperti kota mati, kawan. Ayo, kemarilah. Temani aku." Sapa suara di seberang sana.

"Demi Ibu ku yang terkutuk selamanya! Brad!!! Kukira kau menelfonku karena ada sesuatu yang penting yang hendak kau katakan padaku! Kau memang tidak berguna!" jawab si pria bermata merah dengan kesal karena apa yang Brad katakan hanyalah sebuah omong kosong belaka.

"Hey, hey, hey. Mengapa kau marah seperti itu? Aku hanya menelfonmu karena aku benar-benar kesepian, dan kupikir berbincang denganmu akan membuatku merasa lebih baik. Tetapi nyatanya, sepertinya kau sedang dilanda masalah dan amarah yang dahsyat."

"Tentu saja! Aku...." si pria terdiam. Sesuatu tersirat di benaknya. Sebuah gagasan. "Kau kesepian?"

"Ya, kesepian setengah mati. Oh bung, kuharap aku bisa pergi untuk bersenang-senang untuk malam ini. Lagipula karena pub yang sepi, aku pun tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan sama sekali."

"Brad, temui aku di perempatan antara 74th Street dan 43rd Avenue. Tutup pub mu sekarang. Aku akan mengajakmu bersenang-senang." Ucap si pria bermata merah. Ia langsung menutup telfonnya dan bersiap-siap pergi.

"Crowley! Aku pergi dulu! Jangan banyak bergerak sampai sayapmu sudah cukup pulih untuk digerakkan." Seru si pria kepada gagaknya yang sedang diam tak berdaya di atas meja.

Si pria melihat menuju jam tangannya yang menunjukkan waktu pukul 11 malam. Ia berlari dengan cukup kencang agar sampai di perempatan secepat mungkin. Tepat 15 menit, ia sampai, dan Brad juga sudah menunggu disana. Brad melempar sebuah senyuman yang sangat ramah pada pelanggan setianya tersebut. "Hey, jadi kita mau kemana?" tanya nya.

Setelah selesai menarik nafas panjang, si pria bermata merah menjawab senyuman bartender pub langganan nya tersebut. Ia mendekati Brad dan merangkulnya. "Brad, kawanku. Aku minta maaf karena aku membentakmu tadi di telfon. Aku benar-benar sedang kacau. Tetapi... Untunglah kau mengajakku untuk pergi bersenang-senang. Kupikir aku juga membutuhkan hiburan."

"Tidak apa-apa, santai saja. Jadi, kemana kita pergi?"

"Red and Gold Spa."

Setelah mendengar nama itu, Brad cukup tertegun. Ia membelalakkan matanya dan menatap si pria bermata merah tidak percaya. "R... Red and Gold... S... Spa? Kau serius? Bukankah itu tempat pelacuran terbaik dan termahal di kota ini? Dan... Bukankah tempat itu juga dimiliki oleh Samuel si buronan itu?"

The NocturnalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang