Bab 1 Sebuah Masa Lalu

30.9K 2K 51
                                    

Kebencian sama dengan kekaguman, berubah secepat angin. Orang bisa dengan mudahnya menyukai sesuatu. Orang juga bisa dengan mudahnya membenci sesuatu itu. Tak ada manusia yang punya pendirian seteguh karang. Ada mungkin tapi hanya segelintir.

Setelah sempat menjadi bintang sekolah yang dibenci, kini Natasya Alleira menjadi sosok yang disukai di setiap langkah kakinya. Dulu, murid sekolah itu rata-rata mencibir dan memandangnya enggan. Namun, kini mereka bersikap takjub bak menatap malaikat cantik yang baru turun dari langit.

Dalam setiap masalah, selalu saja ada pihak yang dirugikan bukan? Ya, tentu saja ada. Bianca adalah pihak itu. Dialah yang kini jadi sasaran utama kebencian anak 1 sekolah. Tak ada yang mau berteman dengannya termasuk teman sekelasnya, anak XI IPA 2.

“Eh eh, yang punya pacar hati-hati. Sembunyikan pacar masing-masing!” seloroh seorang anak bernama Dewi pada kawan se-gengnya ketika melihat Bia melangkah lesu. Bia langsung menunduk. Padahal Dewi dulu adalah teman sekelas yang baik padanya.

“Iya, hati-hati loh. Pacar sahabatnya saja bisa direbut, apalagi pacar teman. Sahabat dihianati, apalagi cuma teman,” balas Yuan.

“Maksud kalian apa?” tanya Bia lemah. Dewi dan Yuan tertawa sinis.

“Sok alim!” seloroh kedua anak perempuan itu sambil berlalu pergi.

Bia kembali menunduk. Harusnya dia tak perlu mendengarkan cemoohan mereka. Cemoohan itu hanya membuat pikirannya makin kusut. Wajah hangat dan cerianya tak ada lagi. Semua temannya kini menjauhinya selangkah demi selangkah.

Pelajaran demi pelajaran dia lalui dengan tak fokus. Guru juga heran melihat perubahan kelas XI IPA 2. Filia teman sebangku Bia tak mau lagi duduk dengannya. Anak yang lain juga enggan duduk dengannya. Guru Fisika itu menegur mereka dengan keras. Namun, tak ada tanggapan dari kelas XI IPA 2. Hal itu hanya menyulut kegaduhan. Bia tahu karma sedang bekerja padanya. Dia sadar semua ini terjadi karena kelakuannya sendiri. Dia akhirnya yang mengalah dengan duduk di kursi paling belakang dekat sudut kelas. Sudut kelas yang gelap, sepi, dan banyak nyamuk, sama dengan hatinya.

“Bia?” panggil sebuah suara yang menyadarkan Bia. Kepala gadis cantik itu mendongak. Rambutnya tersibak angin kencang dari ketinggian. Di siang yang panas ini, dia menghabiskan istirahatnya di gazebo atap gedung.

“Loh?” gumamnya heran.

Ternyata tak ada seorangpun yang memanggilnya. Siapa yang barusan menyebut namanya? Oh iya, dia lupa. Tak ada lagi yang mau menyebut namanya. Tak ada satupun yang membutuhkan dirinya, termasuk Egi. Lelaki yang dianggap masih mencintainya itu ternyata malah menghilang setelah marah besar. Fania yang dianggapnya juga peduli malah tak masuk sekolah beberapa hari sejak perkemahan.

Dibenci satu sekolah. Di-bully. Ditinggal Egi. Mungkin itulah serangkaian hukuman untuk Bianca Adriana. Ujian atau hukuman itu datang setelah perbuatannya sendiri yang menghancurkan Natasya. Saat seperti inilah, Bia sadar akan semua tindakannya. Mengapa dia sampai menjadi orang seperti ini? Agaknya, semua berawal dari kesalahan di masa lalu.
---
“Cieee SMS-an terus nih ye sama Kak Egiii…” seloroh Bia pada Tasya, saat keduanya masih bersahabat 1 tahun yang lalu. Bia dan Tasya masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

“Idih, apaan sih kamu. Bilang aja sirik!” balas Tasya sambil tertawa riang. Jari mungilnya masih asyik mengetik di ponsel Samsung keluaran terbaru saat itu.

“Iyalah, siapa yang gak sirik, Sya. Kamu punya pacar seganteng, sekeren, setinggi Kak Egi. Iihh mimpi apaan kamu Sya! Moga aja kloningannya Kak Egi ya?” tanya Bia antusias.

“Makasiiiii… semoga masih ada cowok sejenis Kak Egi buat sahabat terbaikku.” Tasya lantas memeluk Bianca penuh sayang. Malam ini seharusnya mereka mengerjakan tugas matematika. Eh, malah merumpi tentang Egi.

Sweet Popsicle (Lelehan Es Batu 2) CompeletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang