"Emang beneran yang kamu bilang tadi yang?"
"Masya Allah Mas Raihan..dateng-dateng gak salam apa gimana, malah ngagetin orang!" protes Salma karena kegiatannya bersama 'kekasih' _buku_ terusik oleh suami tercintanya.
"Habisnya kamu juga ngagetin Mas sih yang, ngapain juga kamu sms gituan...lagian tadi Mas sudah ketuk pintu dan salam, salah sendiri gak denger . By the way, emang bener sms tadi yang?"
"Sms yang mana?" Kata Salma cuek karena Masih asyik bergelut dengan sang 'kekasih'.
"Kok kamu nyuekin Mas sih yang...Mas kan baru dateng, mana dong sambutannya?"
"Hehehe...oia MasyaAllah Salma lupa Mas, Mas kan tahu kebiasaan Salma, maafkan Salma ya Mas" dengan berat hati Salma menutup 'kekasihnya' dan meletakkan di nakas samping tempat tidur, karena dia harus melaksanakan kewajiban rutin yang sempat dilupakannya. Dengan hormat dan senyum mengembang Salma mencium tangan suami tercinta, mengambil alih tas kerja sang suami, dan akhirnya sebuah kecupan ringan mendarat dikeningnya, sebagai bentuk rasa sayang Raihan kepada Salma istri terkasihnya.
Setelah meletakkan tas kerja suami, Salma kembali menghampiri suami dan melepaskan segala atribut kerja sang suami (jas, dasi, kaos kaki dan sepatu), tentu saja setelah Raihan duduk manis di peraduan mereka. Namun ketika hendak melangkah ke arah lemari , langkahnya terhenti karena cekalan tangan dari sang suami.
"Jelaskan dulu yang, kamu sadar gak sih udah buat Mas penasaran dari tadi, dan apa itu maksudnya yang?" Ucap Raihan tak sabar karena ulah sang istri di pagi hari tadi.
"Sebentar ya Mas Salma mau naruh ini dulu" Masih dengan senyum mengembang Salma menanggapi rasa penasaran sang suami, namun langkahnya kembali tertahan karena melihat wajah sang suami yang begitu menggemaskan, setidaknya ini murni pemikiran anehnya yang tidak diketahui kapan asal muasalnya.
"Mas tau gak kalau wajah Mas kayak gini lucu banget tau, unyu-unyu dech hehe.... jadi gemeeeesss gemeeesss" kebiasan Salma ketika melihat wajah serius dan penasaran suami, yang menurut suaminya sangat sangat aneh. Dimana mana orang kalau lihat orang lagi serius pasti bete, nah ini malah maen cubit pipi.
"Aa..du..duuhh..gemes sih gemes yang tapi ya gak nyubit dong yang, sakit nih" sungut sang suami sambil mengusap usap kedua pipinya yang memerah akibat ulah aneh sang istri.
"Maaf dech Mas, sakit ya? Sini Salma obatin" Salma menangkupkan tangannya ke pipi sang suami dan...Cup..cup..
"Sini juga sakit yang" protes manja sang suami sambil menunjuk bibirnya yang manyun, kemudian bibir itu tersenyum lebar ketika melihat rona merah menghiasi pipi istri tercinta.
"Mas Raihan lebay dech" Salma memutar tubuhnya dengan senyum simpul melangkah ke arah lemari dan menunduk menyembunyikan wajah merah padamnya karena malu, entah mengapa Salma selalu merona dengan godaan sang suami, padahal tahun ini tepatnya bulan lalu, delapan tahun sudah mereka mengarungi bahtera rumah tangga.
Setelah menuntaskan pekerjaannya Salma pun merebahkan diri di atas ranjang mereka, kemudian disusul sang suami yang memposisikan diri di samping sang istri, dengan mesra di genggam tangan Salma.
"Yang ini ketiga kalinya Mas bertanya dan harus di jawab ya, apa kamu gak kasihan lihat wajah Mas? Oh! Mas lupa, yang ada kamu tambah gemes ya..Ya Allah selamatkanlah pipi hamba dari istri hamba yang tercantik dan tersexy di seluruuuuhh du_...aa..du..duhhh..sakit yang, lepas dong..beneran ini sakit yang" kali ini beberapa cubitan mendarat di perut kencang Raihan.
"Abisnya Mas Raihan gitu dech, lebay ah! Sana sana mandi dulu apa gimana gitu, pulang kerja gak bebersih malah gombalin orang"
"Ngambek ni? Makanya jelasin dong..."
"eh yang, tau gak? kalo ngambek gitu kamu tambah cantik lo"
"MAS RAIHAAAANNN....!!! Kalau gitu beneran ngambek ni.."
"Lho bukannya dari tadi udah ngambek ya??" Tanya sang suami bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, pura pura berfikir tapi raut wajahnya menunjukkan hal sebaliknya dan tak ketinggalan senyum miringnya yang membuat Salma tak berdaya *lebay ah..plakkk*
"Iya deh, Mas minta maaf ya...sekarang tolong jelasin maksud sms mu tadi ya yang" kata sang suami lembut setelah keheningan menyelimuti mereka dan tidak ada tanda tanda Salma mengalah, alasan lainnya karena Raihan tidak mau berlarut larut dalam rasa penasaran yang di sebabkan sms yang di kirimkan Salma pagi tadi, dan ajaibnya beberapa kata itu sanggup membuyarkan konsentrasinya selama di kantor, dan sudah bisa dipastikan pekerjaannya tidak ada yang beres.
"Di maafkan! Haha.....jadi pingin nyubit lagi dech liat wajah Mas yang unyu ni...Mas kan tahu aku gak bisa lama lama ngambek sama Mas hehe...maafkan Salma juga ya Mas"
Akhirnya ketegangan kecil itu pun selesai dengan berdamainya pasutri yang saling mencinta itu.
"Alhamdulillah..malam ini gak jadi tidur di luar"
"Mas Raihan mulai lagi dech, Salma cubit lagi lho"
"Ampun yang...cubitanmu kan sakit beneran, belum nanti akibatnya, kan susah hilangnya yang, palagi kalau nyubitnya pakai bibirmu yang hahaaa.."
"Jangan ngambek lagi dong, Mas kan cuma kangen kamu yang" Raihan merengkuh Salma ke dalam pelukannya kemudian mengecup kening Salma dengan lembut dan dalam seolah enggan untuk melepasnya, sementara Salma tampak sangat menikmati perlakuan suami tersayang sambil mengelus dada bidang Raihan.
Setelah hening sesaat, dikarenakan acara melepas rindu mereka * lebay lagi deh, padahal cuma berpisah beberapa jam lho* atau mungkin juga di karenakan mereka terlalu asyik dengan pikiran masing masing. Akhirnya Salma membuka suara, memecah keheningan bermaksud mengakhiri rasa penasaran sang suami.
"Tak terasa ya Mas, kita sudah menikah delapan tahun.." kata-katanya terhenti sesaat, ketika Salma mengambil nafas dalam-dalam, seolah dia sedang menguatkan diri untuk mengucapkan kata yang sangat berat dan enggan untuk diucapkan, akhirnya setelah menghembuskan nafas beratnya yang entah keberapa kalinya, Salma menyakinkan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang telah lama dipendamnya, demi agama dan suami tercintanya Raihan.
"Aku mengizinkan Mas Raihan poligami"
"APA??!!"