Hari ini Om Don membawaku ke sebuah bridal house yang sangat besar. Berbagai model gaun pengantin berjajar dengan rapi. Semua tampak berkilau di mataku.
Ia tampak sibuk berbicara di telepon, sesekali melihat arloji di pergelangan tangannya.Seorang wanita seumuran Om Don masuk ke ruangan itu dan memeluk, mencium pipi Om Don sebelum keduanya terlibat pembicaraan yang nampaknya serius.
Perlahan aku duduk di sofa besar yang ada di belakangku. Mengamati interaksi kedua orang yang berdiri agak jauh dariku. Tampak sesekali wanita cantik itu tertawa dan mengangguk-angguk, memandangku beberapa saat, lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada Om Don.
"Mari Mbak, ikut saya," aku menoleh dan tersenyum mendapati seorang perempuan berseragam, mungkin staff di tempat itu. Aku berdiri dan mengikutinya.
Ia membawaku ke sebuah ruangan dan menyuruhku mencoba beberapa gaun."Sudah selesai, Mbak," beritahunya ketika aku mengganti dengan bajuku sendiri setelah mencoba gaun ke delapan.
Aku menganguk mengucapkan terimakasih dan kembali ke ruangan tempatku duduk tadi.
Hatiku seperti tercubit melihat kedua orang itu masih disana dan sekarang tengah berpelukan.
Apakah mereka berdua sepasang kekasih? Tapi kenapa Om Don mau saja menerima perjodohan ini?Aku memalingkan muka, pura-pura tidak melihat ketika mereka menguraikan pelukan mereka.
.
..
...
💝💝💝
...
..
.
Aku memandangi deretan perhiasan yang dipajang di etalase. Semua tampak cantik dan menyilaukan. Om Don menyuruhku memilih beberapa, tapi aku menggeleng. Aku tidak pandai memilih perhiasan.
Akhirnya dengan sedikit paksaan, aku menunjuk sebuah cincin kecil bermata satu yang modelnya sangat simple. Tapi aku menyukainya.
Om Don hanya menggelengkan kepala, lalu memilih beberapa perhiasan lagi. Sementara cincin mungil itu langsung ia kenakan di jari manisku.
Dari toko perhiasan, Om Don membawaku ke sebuah butik. Ia membelikanku beberapa baju baru yang kebanyakan dress pendek.
Aku hanya menurut saja. Sejak keluar dari bridal house dan melihat adegan pelukan itu, tiba-tiba saja mataku seperti dibukakan oleh kenyataan bahwa mungkin saja Om Don menyanggupi perjodohan ini karena permintaan Papa yang tidak akan mungkin ditolak oleh kedua orang tua Om Don.
Sedangkan Om Don sangat mencintai kedua orang tuanya. Ia merupakan anak satu-satunya. Apalagi Papa memberikan seluruh warisannya termasuk aku, anaknya, pada Om Don.Perlakuan Om Don padaku sangat baik. Tapi aku ragu, ia mengorbankan perasaannya karena perjodohan ini.
"Kenapa?"
Aku mendongak, melihat Om Don memandangku heran. Karena aku hanya mengaduk-aduk makananku tanpa berniat memakannya. Seharusnya aku sudah kelaparan karena ini sudah lewat jam makan siang. Tapi nafsu makanku menguap entah kemana.
"Tidak kenapa-napa," jawabku menghindari tatapannya.
Terus terang, aku merasa bersalah dan tidak enak dengannya. Laki-laki seusia Om Don pasti sudah mempunyai rencana masa depannya sendiri. Termasuk memilih perempuan mana yang akan dinikahinya dan menjalani rumah tangga bersamanya.
Aku nyaris berjingkat menarik tanganku ketika Om Don menyentuh punggung tanganku.
"Apa yang kau pikirkan, Nara?"
"Tidak. Aku tidak memikirkan apa-apa, Om," jawabku cepat.
"Kau masih saja memanggilku Om. Aku terlalu tua ya, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married My Uncle (Sudah terbit di Google Play Books)
RomanceWARNING 21++ ADULT STORY. NOT FOR CHILD. FORBIDDEN FOR KIDS!!!! Just Short Story.... yang ternyata seperti sinetron Indonesia... karena muncul ide baru membuat sebuah short story menjadi sebuah LONG STORY 😁 Hanya sebuah cerita aneh tentang perjodoh...