Part1

66 9 6
                                    

Satu bulan telah berlalu, aku menjalani hidup tanpa seorang Ibu. Ya, aku hanya hidup dengan Ayahku, harta satu satunya yang aku punya di dunia ini.

Hari ini aku berkunjung ke makam Ibu ku. Setiap hari aku mengunjungi makamnya, aku benar-benar belum sepenuhnya merelakan kematian Ibu ku yang sudah satu bulan berlalu.

Tiba-tiba tangan yang lembut memegang pundakku.
"Shila ayo sayang kita pulang. Sebentar lagi senja." Suara yang sangat lembut menggelitiki telinga ku.

"Iya yah, lima menit lagi. Aku masih kangen sama ibu. Memangnya ayah ga kangen sama ibu?" Aku menjawab dan merayu agar ayahku tidak memaksaku untuk pulang.

"Ayah akan selalu kangen sama Ibu mu Shila 😊. Ayah mengerti, kamu masih belum mengikhlaskan ibumu pergi nak, lagi pula kita kan setiap hari menjenguk Ibu nak. Ayo pulang sayang besok kamu sekolah" Ayah menjawab dengan sangat lembut.

"Baiklah yah." Akhirnya aku pun luluh dengan rayuan Ayah.

Aku dan Ayah pun beranjak pulang dengan mobil berwarna merah milik ayah. Ayah ku memodifikasi mobil tersebut khusus untukku, karena aku memang menyukai warna merah.

"Akhirnya kita sampai" Ujar Ayah.

"Ayo yah masuk aku udah capek nih" aku menjawab.

Kring..Kring... Suara telepon pintar milik Ayah berbunyi.

"Kamu duluan aja Shila, Ayah ada keperluan sebentar" Ayah menyuruhku dengan lembut.

"Iya yah."  Aku menjawab dengan sopan.

Walaupun Ayah ku baik dan sangat lembut, dia tetaplah seorang kepala rumah tangga yang wajib menafkahi keluarganya. Dan disaat seperti inilah aku sangat membutuhkan dan merindukan sosok seorang Ibu.

Aku membanting pintu kamar ku sangat keras.

Tiba-tiba Ayah masuk ke dalam kamarku dan berkata.
"Apakah kamu ingin Ayah menikah lagi agar kamu ada yang menemani?" Ayah berusaha mengibur ku

Aku tersentak kaget dan berkata.
"Ayah aku gamau punya Ibu baru. Ibu aku itu cuma satu. Ibu MARINA. cuma dia satu satunya Ibu ku".

Aku tahu sebenarnya Ayah ku memang sedang melakukan pendekatan terhadap salah satu rekan kerja di kantornya. Yup, siapa yang tidak mau dengan Ayah ku? Dia pengusaha muda yang sangat sukses. Iya Ayah ku memang masih muda, dia baru berusia 29 tahun. Tapi Ibu baru saja meninggal satu bulan yang lalu.

Aku bertanya-tanya dalam batin dan fikiranku.
" Apakah semua lelaki seperti ini? Dengan mudahnya mereka melupakan perempuan yang pernah singgah dihati mereka? Aku berharap tidak akan jatuh cinta kepada satu lelaki pun!"

Tenyata sudah pukul 12 malam, itu terlalu malam, dan aku belum juga memejamkan mata. Aku berusaha memejamkan mata dan akhirnya aku pun mulai terlelap dalam tidur.

Seru ga? Penasaran? Jangan lupa di vote 🍦🍭

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang