2# Dua

10 0 0
                                    

Apadaya jika kerjaan menuntut untuk membatalkan rencana penjemputan langsung di bandara. Walaupun sudah rela lembur dihari sebelumnya agar mendapatkan hari cuti, tapi sayangnya kenyataan tidak seindah harapan. Mereka bertiga kompakan untuk merubah rencana dengan membuat kejutan dirumah Wirga. Ditemani dengan keponakan Wirga yang masih sekolah, Carlise merias ruang tamu dengan aksesoris yang dibelinya tadi siang.

Tidak perlu ditanya lagi itu hasil ide siapa, sudah jelas itu adalah hasil kreatifitas 2 bocah, Vanya anak kelas 4 SD dan Carlise yang otaknya setara dengan anak SD. Daripada kena omel Carlise karena mengomentari dekorasinya, Keenan lebih memilih berdiam di dapur dengan kue kue yang sedang disiapkan oleh Bi Yeyen. Sesekali dia mencicipi setiap kue yang hendak disimpan diatas piring datar berwarna coklat sedangkan tangan kanannya tetap sibuk dengan ponsel yang tidak bisa lepas. Dia masih tetap aktif membalas setiap email masuk terutama perihal pekerjaan disela waktu istirahatnya. Duduk sambil menyilangkan kaki kanan dengan santainya serasa tinggal dirumah sendiri. Namun sayangnya kenyamana tersebut hanya bisa dinikmati beberapa detik saja, karena Carlise langsung menarik lengannya untuk ikut menaiki tangga rumah. Dari arah jalannya dia sudah bisa menerka bahwa mereka pergi menuju kamar Wirga.

Benar saja, mereka masuk ke kamar Wirga yang telah lebih dulu dihuni oleh Gavyn dengan penampilan barunya. Kali ini dia tidak mengira bahwa ocehan receh kedua sahabatnya kemarin adalah sebuah keseriusan. Gavyn telah siap mengenakan celana abu khas anak SMA dipadukan dengan kaos oblong berwarna navy blue, persis seperti yang sering dia kenakan 10 tahun lalu.

"Oh Man, seriously?" protes Keenan begitu melihat Gavyn memakai seragam SMA yang entah dia peroleh dari mana, "Lo abis malak anak SMA mana ? Balikin seragamnya!"

"Enak aja lo, gue beli nih modal sendiri" jawab Gavyn yang tidak terima dikira tulang malak

"Gue ga ikut-ikutan ya" Keenan mencoba menjauh dari 2 sahabatnya yang mulai memasang wajah mencurigakan.

"Enak aja. Elo juga pake Nan" Carlise menghalangi rute balik Keenan.

"Lah gue kan ga punya seragam, ga beli dan ga mungkin malak" tegas Keenan yang menolak keras untuk ikut-ikutan menggunakan seragam SMA, "lagian gue kemaren ga bilang setuju pake begituan"

"Emang kemaren elo bilang ga mau? lo kan cuman diem berarti setuju dong" jawab Carlis dengan cepat sebelum Keenan makin bertele-tele, "seragam lo udah dibeliin tuh"

Keenan langsung melirik kearah Gavyn yang sudah memegang sebungkus kain berwarna abu yang diyakini itu adalah seragam SMA. Dahinya seketika berkerut seiring suara pintu yang ditutup dengan sengaja. Gavyn dengan cepat menahan kedua tangan Keenan yang ditarik kebelakang lalu menyeretnya keatas kasur.

"Porosotkeun calanana lis! (perosotin celananya)" Sahut Gavyn yang terus menahan Keenan bergerak, "tenaga lo gede banget sih. Songong ya anak gym sekarang!"

Carlise perlahan mendekati Keenan yang masih-terus-memberontak. Senyumnya tersungging tidak simetris seakan memperlihatnya senyuman nakal juga sorotan mata mesum.

"Jir maraneh !" Keenan mulai merasa tidak aman dengan jarak yang semakin menipis

"Lis, porosotkeun lis! Haha" Gavyn sengaja menakuti Keenan yang masih tidak mau memakai seragam SMA.

Carlise terus memperpendek jaraknya. Dan terus mendekat.

"Enya! enya! (iya ! iya!) " Keenan akhirnya berteriak pasrah, "urang pake sorangan (gue pake sendiri)"

Akhirnya setelah mendengarkan kata-kata pamungkas itu, Gavyn pun melepaskan cengkramannya. Disusul dengan suara tawa yang menyeruak keseluruh ruangan.

"Kitu atuh titadi (gitu dong dari tadi)" Carlise pun menjauh dan berjalan acuh walau dicaci mesum dan cabul oleh Keenan. Dia membiarkan keduanya diam di dalam kamar dengan harapan ketika keluar Keenan menepati perkataannya untuk berganti pakaian. Sedangkan Carlise sendiri dia bergegas pergi ke kamar mandi diujung lorong lantai 2 untuk pakaian sekolahnya. Kemarin malam dia menyempatkan diri membeli seragam SMA bersama Gavyn dan kemeja putih untungnya dia masih menyimpan satu sebagai kenang-kenangan dirumah. Masih lengkap dengan atribut sekolahnya. Walaupun sudah warna putihnya sudah memudar tapi berbanding lurus dengan kenangan yang ada dibalik kemeja tersebut.

Semiologi HatiWhere stories live. Discover now