Tas punggung hitam tergeletak begitu saja dilantai. Begitupula dengan sepasang sneaker putih yang tergeletak tak beraturan di dekat pintu masuk. Pemilik tubuh terbaring lelah diranjang, menghela nafas berat. Matanya terpejam namun detik kemudian terbuka menatap langit-langit kamar. Pikirannya entah mengapa melayang jauh pada percakapan sore tadi dengan juniornya, Thana.
'Kau bosan dengannya?'
Menggelengkan kepala. Ward mencoba membuang jauh-jauh kata-kata itu dari pikirannya. Menggelikan kalau dia harus memikirkan omong kosong macam itu. Mengalihkan pikirannya, ia beranjak dari ranjang dan meraih tas punggungnya dilantai. Ia teringat ponselnya.
Ketika ponselnya menyala, ia melihat notifikasi panggilan dan pesan yang masuk bertubi-tubi ke ponselnya.
15 missed call.
10 messages.
Dan semua itu dari satu orang yang sama. Pacarnya, Daw[1].
Shit! Dia tidak seharusnya membiarkan Thana merebut ponsel dan mematikannya begitu saja. Walau dia memang sedikit bersyukur untuk itu. Dengan cepat dia menekan tombol dial, menghubungi Daw.
"Halo?" Ward terdengar ragu berkata begitu panggilannya dijawab.
"P'! Darimana saja kau?! Kenapa kau tidak mengangkat panggilan dariku?!! Kau bahkan tidak membaca pesan dariku?! Ponselmu bahkan tidak aktif!!" Rentetan tanya penuh amarah langsung menyergap gendang telinganya. Ward bahkan menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga.
"Maaf. Aku menaruh ponselku ditas dan aku baru sadar kalau baterai ponselku habis." Wow Ward bahkan terkejut dengan kebohongan yang dibuatnya. This is his first time. "Maaf bae[2]. Jangan marah oke?"
"Bagaimana aku tidak marah?! Ini seperti kau tidak menghiraukanku dan itu membuatku sedih." Ward bisa mendengar suara lirih diseberang sana dan ia mendesah menyesal. Sekali lagi kata maaf terlontar dari mulutnya. Ia sungguh tidak bermaksud untuk mengacuhkan Daw.
Tak ingin ini berlanjut, Ward mencoba mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana harimu?" Dan sekarang ia mendengar celoteh riang dari seberang. Ini lebih baik.
'Alasan kau tidak menjawab panggilan dari pacarmu...
Bukan. Bukan begitu.
...apa ini karena kau lelah dengan hubungan kalian?'
Bukan!! Dia tidak lelah dengan hubungannya bersama Daw. Ward bahkan bahagia. Dia hanya lelah dengan tugas-tugas kuliahnya dan hal yang lainnya. Ya, hanya itu.
Benarkah?
*****
Pagi ini Ward bangun dengan perasaan yang kacau. Menatap pantulan diri didalam cermin, ia bisa melihat kantong matanya yang bengkak -ia tidak tidur dengan nyenyak semalam- dan muka yang kusut. Ia benar-benar seperti zombie. Mengerikan.
Mendesah. Ward mengusap wajahnya kasar. Betapa keras ia mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak mengingat kata-kata Thana lagi. Semakin jelas kata-kata sialan itu ia dengar berputar dalam pikirannya.
Beranjak dari posisinya. Ia menyeret kedua kakinya ke dalam kamar mandi. Mungkin menyiram air dingin ke kepalanya bisa mendinginkan pikirannya. Oh Ward sangat berharap.
*****
Dia butuh penjelasan. Ward sungguh harus tahu apa maksud pertanyaan Thana. Ia tidak ingin lagi merasa gusar dan kacau seperti ini. Karena itu setelah kelasnya berakhir, Ward langsung berjalan kearah gedung sastra inggris tempat Thana kuliah.
Tanpa membuang waktu ia menaiki tangga menuju lantai dua kelas Thana berada. Melewati lorong dan berhenti dipintu ke tiga yang terbuka. Ward menengok ke dalam mencari Thana tapi matanya tak menemukan keberadaan gadis itu. Ward berdecak kesal tapi tak menyerah ia memanggil seorang murid yang berjalan keluar kearahnya.
"Nong[3], kau tahu dimana Thana?"
"Oh P', dia baru saja keluar."
"Kau tau dia pergi kemana?"
"Maaf, aku tidak tahu. Kenapa kau tidak mencoba menghubungi ponselnya saja."
Oh sial!! Ward mengumpat dalam hati. Kenapa tidak terpikir olehnya tadi. Dia tidak perlu jauh-jauh pergi ke kelas Thana hanya perlu menghubungi juniornya dan menyuruhnya kemari. Ini karena ia terlalu tergesa-gesa hingga tak berpikir jernih sebelum bertindak.
Setelah mengucapkan terima kasih, Ward lalu berjalan pergi sembari mencoba menghubungi Thana. Lama ia menunggu tapi panggilannya tidak dijawab. Berdecak kesal Ward menghentakkan kakinya menuruni tangga menuju lantai satu dan bersiap kembali ke gedung fakultasnya saat ekor matanya menangkap siluet gadis dibalik papan pengumuman.
"Thana?" Kaki membawanya mendekat dan sepasang matanya menangkap siluet gadis -dengan postur tubuhnya yang tinggi dan rambut yang selalu diikat asal- berdiri menatap papan pengumuman didepannya, itu Thana. "Oh sial! Disini kau rupanya!!"
Gadis tadi reflek menoleh kearah kanan saat mendengar umpatan seseorang. "P'Ward?" Thana mengernyit melihat betapa terburu-buru seniornya itu melangkah kearahnya. "Sawadee[4]..."
Belum lagi Thana menyelesaikan kata-katanya Ward sudah berdiri dihadapannya dan menyemburkan pertanyaan penuh amarah kearahnya. "Jelaskan padaku! Apa maksudmu bertanya seperti itu padaku?!"
"Huh?"
-----------------------------------------------------------------------------------------
Note:
[1] Daw: nama perempuan berarti bintang. (Temanku bilang itu seperti nama anak laki-laki.)
[2] Bae: panggilan sayang untuk pacar.
[3] Nong: panggilan adik atau panggilan untuk orang yang lebih muda.
[4] Sawadee: halo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Feeling
Teen Fiction"The reason you don't pick your girlfriend call, is this because you tired of your relationship? Or..." Ward tergelak. Raut terkejut jelas tergambar diwajahnya. Mulutnya terbuka seakan ingin berucap tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutn...