Thana baru saja ingin kembali ke kelasnya saat ekor matanya justru tertarik melihat papan pengumuman. Kalau dia tidak salah dengar teman sekelasnya mengatakan hasil ujian kemarin sudah keluar. Jadi alih-alih kembali Thana kini berdiri didepan papan pengumuman sembari mencari namanya di deretan daftar nilai. Dan tepat saat ia menemukan namanya telinganya mendengar umpatan seseorang dari sisi kanan.
"Oh shit! Here you are!!"
"P'Ward?" Thana mengernyit melihat betapa terburu-buru seniornya itu melangkah kearahnya. "Sawadee..."
Belum lagi Thana menyelesaikan kata-katanya Ward sudah berdiri dihadapannya dan menyemburkan pertanyaan penuh amarah kearahnya. "Jelaskan padaku! Apa maksudmu bertanya seperti itu padaku?!"
"Huh?" Kernyitan didahi Thana bertambah begitu Ward berdiri dihadapannya dengan raut wajah yang kesal. Oh bahkan seniornya itu tampak tak repot-repot menyapanya terlebih dahulu. "Apa maksudmu, P'?"
Ward memutar bola matanya kesal. "Jangan berpura-pura bodoh denganku. Kau tahu betul apa yang kumaksud!"
Thana menggeleng. Sungguh dia tidak mengerti bahkan dia bingung kemana arah pembicaraan ini. "Aku tidak mengerti. Kau tiba-tiba datang dan kesal padaku. What question do you mean P'?"
Melihat raut wajah bingung gadis dihadapannya Ward hanya bisa memejamkan kedua matanya. Mencoba menenangkan diri. Mungkin Thana benar-benar tidak mengerti.
"Ah!" Kelopak mata Ward langsung terbuka begitu mendengar pekikan Thana. "Apa ini tentang hal kemarin diruang klub? Pertanyaan itu?"
Sekali lagi Ward memutar bola matanya kesal. "Yes, that question!! Jelaskan padaku SEKARANG." Ward berucap penuh penekanan.
"Oh P', calm down. Aku tidak bermaksud apapun. Jika kau memang tidak merasa seperti itu, kenapa kau harus terbebani?"
Ward tergelak. Thana benar. Kenapa dia harus merasa gusar dan terbebani seperti ini. Jika dia memang merasa hubungannya atau perasaannya kepada Daw baik-baik saja. Kecuali...
"Kecuali kau..."
"I'm not, Thana."
Dengan cepat Ward memotong perkataan juniornya. Ward tidak ingin mendengar apapun itu dari mulut Thana yang bisa membuatnya menyadari sesuatu. Ia bahkan mengalihkan pandangannya dari Thana, menutupi keraguan dimatanya.
Suara tawa dihadapannya mengusik. Thana tertawa keras padanya.
"Aku tidak menemukan hal lucu disini, Thana. Are you mocking me?" Gadis dihadapannya menggeleng. Menutupi mulutnya dengan telapak tangan, sekuat tenaga menahan tawanya keluar.
"I'm sorry P'. Tapi kau tahu." Thana tak lagi tertawa. Pandangannya lurus pada mata hitam milik Ward. Ada senyum yang menggantikan atau Ward yakin itu... "Sikapmu sekarang justru memperlihatkan bagaimana perasaanmu yang sebenarnya." ...seringai? Thana menyeringai, tepat kearahnya.
Ward terdiam. Dia ingin membantah tapi setiap kali ia hendak membuka mulutnya detik kemudian ia menutupnya. Tak ada kata-kata yang mampu ia ucapkan.
"Aku tahu kita baru kenal sekitar dua tahun dan aku tidak memperhatikan bagaimana hubunganmu dengan pacarmu -bahkan itu bukan urusanku- juga tapi P', kau berubah..."
Berubah? Aku?
"...kemarin kau tidak bersikap seperti biasanya. Ini pertama kalinya aku melihat kau mengabaikan dia. Aku juga tidak tahu juga kalau kau bersikap seperti ini sebelumnya. Tapi kau pernah memberitahu kami kalau kau tidak ingin membuat pacarmu menunggu, benar. Apa kau sadar itu?"
"Aku hanya lelah, Thana. Hanya itu."
"It's okay, kau tidak perlu menjelaskannya padaku." Thana bisa melihat keraguan dimata itu. "Maaf jika perkataanku membebanimu."
Ward menggeleng. Thana bukan dalam posisi untuk meminta maaf. "Me too. Sorry for throw my anger to you."
"Never mind."
Tak lagi percakapan diantara mereka. Ward sedang berusaha membuang pikiran-pikiran buruk dalam dirinya dan menganggap bahwa semua yang diucapkan Thana tadi hanya karena juniornya khawatir padanya. Walau ia harus mengakui bahwa apa yang dikatakan Thana masih mengusiknya. Ward seperti tertangkap basah.
Thana melirik kearah seniornya. Keraguan itu masih jelas dimatanya. Membodohi dirinya sendiri.
"Kau punya hal lain yang ingin dibicarakan denganku? Aku harus kembali ke kelas." Ward menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak ingin memperpanjang omong kosong ini. "Then, excuse me."
Sepasang kaki jenjang melangkah melewatinya. Membawa sang tubuh dari hadapan. Hentakan dari sepasang sepatu menjadi pengiring langkahnya. Ward masih terdiam disana dengan sejuta ragu hingga sebuah suara yang baru saja didengarnya kembali menyapa.
"P' Ward."
Ia berbalik. Memandang juniornya.
"Kau harus berhenti berbohong pada dirimu sendiri."
Sekali lagi Ward seperti tertangkap basah.
-----------------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Feeling
Teen Fiction"The reason you don't pick your girlfriend call, is this because you tired of your relationship? Or..." Ward tergelak. Raut terkejut jelas tergambar diwajahnya. Mulutnya terbuka seakan ingin berucap tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutn...