Putih abu-abu.

34 3 0
                                    

Awan yang bergumpal di langit menjadi pusat perhatian gadis berambut panjang itu. Sesekali ia memainkan tangannya untuk membentuk pola-pola yang ia inginkan.

"Radiba! Dib! Dib!" Panggil seseorang yang panggilannya sama sekali tak niat untuk di sahuti. "Dib, ini penting banget plis."

Akhirnya radiba menengok karna mendengar kata 'penting'. "Kenapa sih?"

"Kakak lo nangis, di lapangan gitu!" jelas sahabatnya itu kepada radiba, sementara radiba mengangguk meng-iyakan saja.

"Anjir, lu gak peduli sama kakak lo? Apa gimana? Kok cuman iya-iya aja." Kesal sahabatnya yang bernama syifa.

"Hhhh, lu sahabatan sama gua udah berapa lama sih syif?" Radiba menggeleng gelengkan kepalanya, lalu menyentil dahi sahabatnya itu.

Syifa menatap radiba garang, tanpa berpanjang omong, syifa menarik radiba untuk melihat kakak dari sang sahabat itu.

Mereka berdua telah sampai dilapangan, banyak sekali siswa-siswi yang bergerumbul untuk melihat frisa—kakak radiba— yang menangis.

Menurut radiba, ia sudah tak aneh melihat kakaknya yang menangis. Tapi biasanya frisa hanya menangis dirumah tidak di sekolah seperti ini, apalagi di lapangan. Masa iya kakaknya nyari sensasi kayak artis di televisi?

Mata radiba menyipit, untuk melihat detail siapa lelaki yang berjalan menujunya. Dan betapa terkejutnya radiba dan syifa ketika kakak kelas mereka yang paling ganteng dan di idam-idamkan menghampiri mereka.

Kakak ganteng yang mereka maksud juga adalah, pacarnya frisa.
Namanya reyan adiputra.

"Kakak lo." Kata reyan singkat, dan langsung melegos pergi. Tapi karna otak radiba yang sulit menyerap apa yang dimaksud pacar kakaknya itu, jadi radiba langsung memanggil reyan dengan kencang. Sehingga reyan menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

Melihat reyan tidak membalikan tubuhnya, radiba sedikit kesal.

"Kak balik badan bentar!" Pinta radiba.

Reyan membalikan badannya, "kenapa?"

Sabar radiba, memang biasanya orang ganteng itu suka jual mahal sama orang cantik.

"Anu.. kakak aku kenapa ya?" Radiba tiba-tiba gugup melihat reyan menatapnya begitu tajam.

"Lo galiat?" Ucap reyan dingin, "liat sih kak,ya maksudnya diapain?"

Reyan yang malas menanggapi membalikan badannya lagi untuk menuju tempat ternyamannya yaitu, gudang tercinta.

Radiba yang melihat reyan lagi-lagi melegos pergi begitu saja, hanya bisa menatap nanar kepergian kaka ganteng alias pacar kakanya itu alias kakak dingin itu.

"Gilak ya! Liat tuh dib, elu belum cantik tandanya! Buktinya ka reyan aja gak nanggepin elo, bahahahaha." Ledek syifa yang puas melihat radiba manyun-manyun.

"Yeee, peduli amat. Lagian gua kan gak ngegoda dia ya! Gua cuman meminta penjelasan yang jelas dan terperinci!" Katanya membela diri.

"Tapi sumpah yah, dia tuh, hm hm banget!"

Radiba yang tak mengerti apa maksud dari 'hm hm' itu hanya bisa meng-iyakan agar sahabatnya itu tidak menyerocos lagi.

Diantara kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang