Kita berbeda.

8 0 0
                                    

Di kelas yang hening ini, membuat radiba ingin pulang lalu tidur. Ia merasa kelelahan akibat kejadian tadi, belum lagi syifa yang menagih cerita tentang pertemuannya dengan reyan.

Bel pulang berbunyi, disambut gembira oleh siswa-siswa termasuk radiba.

"Dib, lu masih ada utang cerita sama gua ya! Kalo gak cerita gua gak bakal ngasih contek pr kimia loh!" Ancam syifa yang hanya dianggap angin lalu oleh radiba.

Karna syifa belum puas dengan respon radiba, ia tetap membujuk radiba dengan ini-itu agar radiba bercerita. Tapi tetap saja, radiba tidak tertarik dengan bujukan syifa.

"Dib lo mah ah! Nanti nih yah gu—KAK REYAN?"

Mendengar nama reyan disebut, radiba langsung menoleh ke arah tatapan syifa. Teryata, reyan sedang berada di ambang pintu kelas mereka.

"Mau ngapain ka?" Tanya radiba masih sedikit sopan.

"Mau ngajak lo balik, boleh?"

Syifa dan radiba melebarkan matanya tak percaya, bayangkan saja, reyan adiputra mengajak radiba pulang bersama. Kalau sampai mereka pulang bersama, reyan dan radiba akan jadi sasaran gosip satu sekolah.

"Enggak kak, gua gak bisa. Mau ke toko buku sama syifa, iyakan syif?" Radiba memberi tatapan memohon agar syifa bisa meng-iyakan saja.

"Ih! Katanya tadi gak mau, gua juga jadi keburu males. Udah ah, gua mau balik udah dijemput sama pak didin." Syifa tersenyum miring, dan langsung bergegas menemui mobil jemputannya.

"Ih dasar cipaaa! Awas aja lu yah."

"Jadi gimana?"tawaran reyan di ulang.

"Gimana apanya?"

Reyan menatap malas radiba, masalahnya radiba selalu saja membuat omongannya berputar-putar.

"Gua tunggu di parkiran, sekalian gua mau ngasih tau sesuatu." Ujar reyan singkat, lalu meninggalkan radiba.
******
Saat sudah sampai di parkiran, radiba melihat reyan yang sudah menunggu di motor ninjanya itu.

"Cepet naik, makin sore makin mendung."

"Katanya mau ngasih tau sesuatu,"

"Gajadi, gua lupa. Cepet naik!"

Radiba memajukan bibirnya tanda sebal,"Iya pak bos, sabar dong."

Di perjalanan, radiba terus mencecar reyan dengan seribu macam pertanyaan. Akan tetapi reyan hanya menjawab sekenanya. Apalagi disaat tangan radiba jahil menusuk perut reyan, itu titik kelemahan reyan karna reyan orangnya gelian.

"Udah dib, gua geli. Nanti jadi gak fokus." Mohon reyan ditengah padatnya ibu kota.

Jika sudah memohon seperti itu, radiba hanya pasrah. Dia berbuat jahil kan karna ia bosan.

"Turun radiba, kita udah sampe." Tegur reyan saat radiba tak kunjung turun.

Reyan membuka helmnya, dan sedikit memutarkan kepalanya untuk melihat radiba.

"Malah tidur." Reyan membuang nafas panjang ketika melihat radiba yang tidur tanpa berpegangan padanya, coba kalau radiba jatoh di jalan tadi gimana? Dasar radiba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diantara kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang