TITIK TERLEMAH

22 2 0
                                    


Namaku Serena, umur 27 tahun.Sangat Ingin mengakhiri hidup, itulah yang ingin aku lakukan sekarang. Dalam pekat malam aku berjalan tak tau arah. Yang ingin aku temukan adalah sebuah inspirasi bagaimana cara yang elegan untuk mati, memisahkan ruh dari jasatnya. Aku tak mau mati konyol,aku takut jasadku diketemukan dalam keadaan yang memalukan. Bagaimanapun,kematian juga harus mengangkat harga diri.Aku tak mau gantung diri. Sederhana saja Nanti jasadku ditemukan dalam keadaan menggantung, dengan lidah terjulur dan mata melotot, mengerikan.

Apalagi jika bakar diri, nanti jasadku gosong, tidak dapat dikenali, karna aku terkenal akan kulitku yang indah,halus, seputih susu. Bak sebuah porselen. Aku ingin mati dalam keadaan utuh, terhormat dan dikenang, setidaknya diingat selalu oleh Feri. Kekasihku. Belahan jiwaku yang sangat kucintai, yang kuat menghadapi dera caci maki orang pada hubungan kami. Kisah cinta kami tidak ubahnya romansa dalam sinetron. Perbedaan jenjang antara si Kaya dan miskin, tentu saja akulah si Miskin yang tidak tahu diri. banyak yang tidak suka akan hubungan kami, tentu saja di pihak Feri yang keras menentang.

aku tak sekuat dia dalam menghadapi cobaan hidup dalam hubungan kami ini. Aku tersiksa.Menerima hujatan yang datang terus menerus. Terutama dari keluarga kami berdua.Ibuku mati karna frustasi. Ayahku dipecat dari pekerjaannya karna aku masih berhubungan dengan Feri, kekasihku. karna atasan ayahku adalah ayah Feri, dan kami sekeluarga memang tadinya bekerja pada perusahaan keluarga Feri.. Sedangkan Feri? Ia diancam akan dicoret dari daftar keluarga dan di paksa menikah oleh gadis pilihan keluarganya, walau Feri berkali-kali meyakinkanku untuk tetap bersamanya dan menjagaku. Tapi aku tidak bisa membiarkan semua ini berlanjut lebih dalam. Aku lebih baik mati

"Malaikat maut... beri tau aku bagaimana cara mengakhiri hidup yang elegan itu." tanyaku pada malam dan terus berjalan tanpa arah sambil tersenyum melihat gedung pencakar langit yang tinggi menjulang. Ah....Bagaimana jika Melompat dari atas gedung ? tapi rasanya tidak mungkin.aku takut ketinggian. Aku tak mau sebelum mati nanti harus sport jantung duluan ketika meluncur, terlebih aku tidak ingin Feri mengetahui aku mati dengan kepala terpecah,lebam Dan darah yang berceceran, menjijikkan.

Aku mulai berfikir lagi, Mungkin dengan racun atau alkohol? Beberapa gram shabu-shabu Dan alkohol masih ada dirumah, sayang kalau tidak dipakai. Tapi... aku telah bersumpah pada Feri untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan,dan jika diketahui aku over dosis, aku pasti dicap pembohong oleh Feri. Aku pun tak mau sebelum mati harus merasakan sakaw dan kejang- kejang.Cih...

seperti orang linglung, aku terus berjalan tertatih- tatih. Tanpa sadar berjalan terlalu ke tengah jalan. Dan selaluhampir terserempet pengendara motor yang melintas. Sambil membunyikan klakson pengendara itu menumpat "gila! Nggak punya otak".
Dan karna itu Kini aku justru mendapatkan ide.Menabrakkan diri ke mobil atau kereta api. Bagaimana? Tapi...itupun kalau aku mati, kalau engga? Masih selamat? Sungguh Tolol.

Mungkin mati dengan tenang diatas kasur ranjangkuakan lebih elegan. Dengan Feri dan ayah yang menungguiku dengan terisak disampingku dan berkata, "Bertahanlah." Dan aku akan menjawab, "Ini sudah takdirku, maafkan aku. Dan hiduplah berbahagia"
Tapi aku kembali tertawa getir.senyumku lenyap lagi karna aku ingat, tidak mengidap penyakit yang mematikan. Aku rajin fitnes,aku merasa sehat,Ah...tapi mungkin saja aku terkena AIDS. Bukankah orang yang aktif berhubungan seks, akan mempunyai peluang berpenyakit AIDS? berhubungan seks dengan Feri bisa saja menyebabkan AIDS. Terlebih intensitas seks kami tinggi, bisa 7-10 jam lamanya. Tapi, bukankah jika kami berhubungan seks, Feri selalu memakai kondom. "Ah. . . Dasar, kau begitu tolol Serena, kalaupun kena AIDS sekarang, mampusnya kan butuh waktu. Aku mau mati sekarang"rutukku kesal

"SEMUA SIALAN!!!" teriakku lagi pada malam.mengumpat, merutuk, melampiaskan kekesalan entah pada siapa. Memang kenapakalau aku Miskin? Mengapa dipermasalahkan? Bukankah kita manusia memang punya hak untuk mencintai dan dicintai? Mengapa dipertentangkan? mengapa semua melihat status? Sungguh, aku hanya ingin hidup bahagia dengan Feri

Aku kembali berjalan tertatih. Dan kini terhentisejenak memandang sebuah bangunan yang berlambang salib, aku mulai tersadar,lupa kapan terakhir kali aku menginjakkan kaki ke bangunan suci itu. Ada baiknya mungkin sebelum mati aku melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu. Siapa tau dapat petunjuk.Kemudian aku memasuki pelataran bengunan itu.berlutut dan mengatupkan kedua tangan didepan dada.

" Tuhan, maafkan aku selama ini telah berpaling dari ajaranMu. Maafkan aku jika aku mencintai Feri, dan sudah diluar batas. aku tahu kami melanggar aturanmu untuk mencintai melebihi batas ke pernikahan. Tapi tolong jangan terlalu persalahkan kami. Bukankah kau memberi hati pada manusia untuk saling mencintai dan menyayangi? Dan aku mencintai Feri...mengapa semua dipertentangkan tuhan ?Jika ini memang salah, Mungkinkah Engkau berkenan mengutus malaikat maut yang baik hati untuk membantuku menghadapMu ya Tuhan. Karna aku sendiri pun bingunguntuk menentukan cara kematianku. Aku sadar aku banyak berbuat dosa dan jikapun aku masuk neraka tidak apa-apa, tapi Aku percaya, Engkau akan memilihkan jalan terbaik untukku. Jangan lupa permintaanku terimakasih sebelumnya Tuhan.Amin"
Itulah segelintir doa dan curahan hatiku padatuhan. Dan berharap segera didengar oleh NYA, tapi lagi lagi aku tersenyum bodoh. Mana mau tuhan mendengar orang pendosa dan miskin sepertiku? Entahlah, aku pun tidak berharap banyak

***
Suara jangkrik dan katak meriuhkan suasana begituaku melanjutkan perjalanannya yang tak tentu arah. Tak berapa lama berjalan,aku kini berada disisi sungai

"Apakah ini jalan kematian yang ditentukanoleh tuhan? Tenggelam?" Fikirku keras. Aku pun menguatkan hati untukmemilih jalan kematian ini. Menenggelamkan diri. Lagipula. Aku tidak bisa berenang. Ini mudah. Dan kini aku sudah berjalan ke tengah2 sungai,merasakan arus air sungai menerpa tubuhku. Sudah sebatas dada. Tinggal berjalansedikit lagi maka aku akan tenggelam. Sempurna

"SERENA!! BERHENTI!!!!

" DEG
Aku terkaget tidak percaya. . Suara itu. . . FERI REDYA. . . Dia menemukanku!

"BERHENTI FER! JANGAN KESINI!!"Teriakku kasar. Tapi rasanya percuma. Kekasihku orangnya cukup keras kepala.Dan kini ia tengah menarikku paksa keluar dari seretan arus sungai

"JANGAN HENTIKAN AKU! HIKS!! JANGANHENTIKAN AKU! PERGILAH BODOH!!!" histerisku dengan kuat mendorongnya menjauh dariku. Aku pun tak terasa mengalirkan air mata

PLAK

Feri menamparku keras. Dan aku terkejut. Tidak pernah ia sekasar ini padaku

"KAU! KAU YANG BODOH! APA MAKSUDMU INGIN MENGAKHIRI HIDUPMU?! BUNUH DIRI? DISAAT SEMUA PIHAK HENDAK MFNDUKUNG KITA? APA USAHAKU SIA SIA REN ?" teriaknya dengan mencengkram erat pundakku


"apa. . . Apa maksudnya Fer?"

Baiklah. Aku tidak mengerti akan arah pembicaraannya


"orang tuaku. . . Mereka telah memutuskanuntuk menerima hubungan kita. . . Apa kau mengerti itu artinya apa? Kita direstui..." jelas Feri membuatku terbelalak tidak percaya. Lelucon macam apa ini?

"kakek dan nenek datang dr Desa, mereka mengancam dan menasehati orangtuaku untuk dapat menerima hubungan kita. Dan orangtuaku. Akan belajar menerimamu. Apa kau sudah paham?"jelas Feri panjang lebar dan memelukku erat,

"benarkah itu? Kita . . . Bisa terus bersama?" tanyaku lirih dan balas memeluknya erat

"tentu saja"

"maafkan aku"

"jangan lakukan hal bodoh ini lg"

"ya" isakku tertahan. Kini aku menyadari arti hidup sebenarnya. Sungguh aku akan menyesal jika aku mengakhirihidup saat ini. Terima kasih tuhan kau telah memberi jawaban atas segalapermohonan. Dan aku tidak ingin mati. Dan ingin hidup seribu tahun lagi


FIN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARD TO DIE (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang