1. Cassie POV

156 7 2
                                    

"Tuhan selalu mempunyai rencana dibalik sebuah kebetulan. Mungkin, pertemuan ini pun merupakan bagian dari takdir yang sudah digariskan."

❄❄❄❄

Dengan malas ku paksakan untuk membuka mata kala sang surya beranjak muncul dari peraduannya dan dengan malu-malu menembus celah gorden kamarku, seolah menyapaku dengan sinar hangatnya.

"Hoamm!" gumamku berusaha mengambil jam wecker di nakas. Karena heran, kenapa alarm yang selalu ku pasang tepat jam 06.00 tak ku dengar seperti biasanya yang selalu memekakkan telinga, bahkan tak jarang merenggut mimpi-mimpi indahku. Eh ralat, emang aku pernah mimpi indah? Perasaan banyak mimpi buruknya.

"Hah?! Gue gak salah liat?" pekikku tak percaya dan berusaha mengucek mataku, tau saja salah lihat.

"Etdah, mampus deh gue kalo kaya gini!" gerutuku sambil melihat jam wecker yang menunjukan pukul 06.45. Pantas saja aku tak mendengar bunyi alarm, orang aku tidurnya pulas bener. Otomatis aku kesiangan.

Tak pikir lama lagi, langsung ku sambar handuk yang ada di walk in closet dan masuk ke kamar mandiku.

Yang pasti aku hanya punya waktu lima belas menit untuk bersiap-siap. Ah, yang benar saja, waktu lima belas menit harus cukup untuk aku mandi, bersolek tipis, dan menempuh perjalanan ke sekolah yang cukup jauh.

Entahlah, yang jelas untuk pagi ini. Jangan tanyakan apakah aku mandi sampai bersih atau tidak? Tak mandi pun, aku jamin, aku tetap cantik.

"Mampus! Tinggal lima menit lagi!" decakku kentar-kentir memakai sepatu dan langsung menuju garasi rumahku.

Entah memang hari ini merupakan hari sialnya. Sampai garasi ia sibuk mencari kunci mobil di saku roknya yang padahal kuncinya belum ia ambil dan tertinggal di nakas kamarnya.

Sambil merutuki hari sialnya ini dengan ngedumel tak jelas, ia kembali ke kamarnya dan langsung menyambar kunci mobilnya.

"Cassie sayang... Sandwichnya dimakan dulu" ucap mamaku dari dapur.

"Nggak deh ma, aku udah telat nih" jawabku tergesa-gesa menuruni tangga karena kamarku berada dilantai dua.

"Yaudah hati-hati sayang..."

"Iya, aku pamit" ucapku sambil mencium tangan mamaku. Ah bukan, maksudku mamaku tersayang yang tetap cantik di usianya yang tak lagi muda. Pernah saat itu aku mempost foto bersama mamaku di instagram. Dan apa? Ada yang comment bahwa aku dan mamaku ini seperti adik kakak. Ah yang benar saya. Tentu akulah yang paling cantik, mungkin.

❄❄❄❄

"Huft... Untungnya..." seruku karna berhasil masuk gerbang sekolah yang mungkin sepersekian detik lagi akan ditutup.

Ya, aku telat. Bukan masalah telatnya yang aku takuti, -karna biasanya pun sering langganan telat- tapi masalahnya hari ini aku ada ulangan Fisika dan horornya adalah pelajaran fisika itu jam pertama. Sungguh bukan hal lucu bila seorang Cassie Claudia, gadis hitz multitalent sepertiku mendapat skandal "Telat masuk kelas saat ulangan fisika" No no no! Reputasi aku -sebagai junior hitz dihadapan kakak kelas dan adik kelas SMA Galavagos ini yang hitznya badai, ditambah guru-gurunya yang gahol dan ketjeh- mau dikemanain?

Namun dengan sigap, aku mengklakson satpam yang hendak menutup gerbang sekolah, membuatnya memekik kaget dan aku pun langsung menyerobot masuk. Dan untungnya Dewi Fortuna sedang memihak kepadaku, masih ada tempat untuk mobilku parkir.

Tapi, tiba-tiba ada mobil sport merah yang merebut satu-satunya tempat yang tersisa untuk parkir. Aku berdecak kesal dan langsung keluar dari mobil kesayanganku menuju mobil orang yang menyerobot tempat parkirku tadi. Sepertinya hari ini Dewi Fortuna sedang mempermainkanku, huh?

Bersamaan dengan itu, ia pun keluar dari mobilnya, masih dengan posisi membelakangiku. Terlihat bahwa orang yang merebut tempat parkirku adalah seorang lelaki yang berperawakan cukup maskulin dengan badan tegapnya.

Dengan santainya dia berjalan menghadap kearahku. Wait... What?!

"Dia... Kenapa dia disini? Bukannya dia sekolah di London? Ah, Kesialan macam apa lagi ini! Kumohon cukup untuk hari ini!" Batinku.

"Udah liatinnya? Gue juga tau dan sadar, kalo gue emang ganteng" ucap lelaki itu tepat dihadapanku. Dengan datarnya namun... Oh tuhan, dia tampan. Tetap tampan seperti dua tahun lalu.

Aku hanya bisa cengo dan tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirku saat melihat siapa orang yang ada dihadapanku kini.

"Mau sampai kapan lo berdiri kaya gitu? Lo bisa parkir pojok sana tuh, ya paling entar siang mobil lo kepanasan" ucap lelaki itu lalu pergi meninggalkanku yang masih tak berkutik ditempat aku berdiri saat ini.

Ddrrt... Ddrrt...

I been here all night
I been here all day
And boy, you got me walking side to side

Terdengar suara panggilan telfon dari iphoneku yang menyadarkanku sudah berapa lama aku berdiri disini.

Segera ku tekan tombol hijau yang nampak dilayar. Tertera dengan jelas siapa yang menelpon ku.

Siapa lagi kalo bukan temanku yang paling cablak diantara temanku yang lain. Tapi... Dia juga yang paling care kepadaku. Unch, makin sayang deh!

"Halo Nabila? Ap-"

"Ya amplop cassie... Lo dimana? Udah bel masuk juga. Kagak sekolah apa? Lo gak papa? Apa lo kejebak macet?" ucapnya mirip ibu-ibu rumpi.

"Hoam! Udah ngomongnya? Gue sekolah kok ni lagi di parkiran" jawabku pura-pura ngantuk atas banyaknya pertanyaan yang ia lontarkan.

"Iya cepetan ke kelas. Lo masih inget 'kan kalo hari ini ada ulangan? Cepet sini sebelum Pak Toni masuk" cerocos Nabila.

"Iya. Ini juga otw" jawabku.

Koridor sekolah tampak sepi karna memang jam pelajaran pertama sudah dimulai.

Saat ku buka pintu kelasku. Dan... Tumben. Untunglah Pak Toni belum datang. Akupun langsung duduk manis tanpa harus kena hukuman telak dari Pak Toni karena datang terlambat.

Better With(out) Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang