Nae Cheot Sarang

1.2K 153 43
                                    

Ini adalah cerita pertamaku yang aku publis. Mungkin ini agak sedikit absurd 😂😂
Jadi mohon maklumi cerita ini ya^^
Kritik dan saran sangat aku terima loh..
Semoga cerita ini tidak Membuat kalian bosan..
Sorry for typo..
And.. happy reading^^

Aku melihatnya saat pertandingan sepak bola yang selalu diadakan sekolah untuk mengisi kegiatan Class Meeting. Anak laki - laki bernomor punggung 13 itu, entah kenapa mata ku ini selalu tertuju padanya.

Tubuhnya termasuk dalam kategori kecil dibandingkan teman - teman satu tim nya. Wajah datarnya dengan mata sipit nan tajam, rambut hitam, bibir tipis dan kulit kecoklatan. Dia berada di kelas yang berbeda dengan ku. Bahkan kami tak pernah ada dikelas yang sama.

Dia tidak termasuk dalam kalangan anak - anak populer atau tertampan di sekolah. Dia hanya anak dari salah seorang guru seni di sekolah ku. Bergabung dalam klub paduan suara sekolah yang dibina oleh ayahnya.

Aku selalu mencuri - curi pandang ke arahnya saat upacara rutin setiap hari senin. Memperhatikannya yang mengiringi anak - anak dari klub paduan suara dengan permainan keyboardnya. Sosok yang sangat bersinar menurutku.
Mungkin dia tidak sepopuler anak-anak dari klub basket, tapi dia tetap dikenal oleh banyak orang di sekolah, mengingat ia anak dari salah satu guru disini.

Menyapanya? Bahkan itu tak pernah terlintas dalam benakku. Aku mungkin mengenalnya, tapi aku yakin dia tidak mengenalku. Dia berada dikelas yang sama dengan sahabatku ditingkat satu, dan sahabatku yang lain saat kami sampai ditingkat terakhir Junior High School. 

Aku beberapa kali bertatap muka dengannya saat ia dan sahabatku tengah berbincang sepulang sekolah. Aku melihatnya tapi dia tidak melihatku, menyedihkan bukan.

Beberapa kali kami berada di bis yang sama. Bahkan pernah suatu waktu ia duduk di sebelahku. Waktu itu aku bahkan tidak berani untuk menoleh kearahnya. Aku lebih memilih diam dan menunduk untuk menutupi wajahku yang sudah memerah, entah itu karena cuaca yang memang sedang panas atau itu karna aku berada didekatnya.

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan terus berganti, dan aku masih suka memperhatikannya dari jauh. Aku hanya bisa memperhatikannya, tidak ada keberanian untuk sekedar menyapa dan memberikan sebuah senyuman. Aku lebih suka tidak terlihat di depannya, bodoh memang tapi inilah aku.

Aku hanyalah gadis biasa, bahkan dapat di kategorikan dalam jajaran anak yang paling tidak populer di sekolah.
Aku lebih suka diam jika dikelas, tidak memiliki kepercayaan diri adalah masalah terbesarku. Aku cenderung menganggap diriku tak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan di depan orang lain. Aku bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, aku tidak memiliki wajah cantik, aku bahkan hanya dalam taraf biasa saja dalam hal kecerdasan. Dapat berada di kelas unggulan ini saat tingkat terakhir sekolah saja tidak pernah kubayangkan. Lantas apa yang harus kubanggakan untuk mendekatinya?

Tidak terasa kami sudah berada dipenghujung tingkat terakhir sekolah menengah pertama ini. Beberapa minggu yang lalu kami baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolah.

Seperti biasa sekolah akan mengadakan kegiatan Class Meeting. Ini adalah class meeting terakhir ku disekolah ini, class meeting terakhir dimana aku bisa melihatnya sepuasku tanpa ada orang lain yang akan menyadarinya. Moment terakhirku dapat melihatnya bertanding sepak bola. Mungkin ketika aku lulus nanti aku akan merindukan saat-saat ini, saat dimana aku memperhatikannya yang sedang tersenyum bersama teman satu timnya, saat dimana aku dapat melihatnya memainkan keyboardnya dengan berbagai macam ekspresi yang dapat membuatku tersenyum.

Sekarang adalah akhirnya, acara wisuda yang diadakan sekolah sebagai kegiatan rutin untuk melepas murid- muridnya yang telah dinyatakan lulus dari sekolah. Hari ini ia sangat tampan dengan setelan jas yang melekat di tubuh mungilnya.

Aku hanya bisa memperhatikannya dari tempat duduk ku. Karena kelas kami berbeda maka aku harus beberapa kali menoleh kearah belakang untuk melihatnya, mengingat kami berada dibarisan yang saling berjauhan.

Ditengah acara, aku melihatnya menaiki panggung bersama teman-teman satu bandnya, kali ini iya memainkan drum. Apa aku sudah pernah bilang jika ia sangat berbakat dibidang seni terutama seni musik? Ia memang dapat memainkan beberapa alat musik seperti keyboard, gitar dan drum. Bahkan ia dan teman-temannya sudah memiliki beberapa lagu yang mereka ciptakan sendiri. Sangat berbakat kan.

Aku sangat menikmati lagu yang mereka bawakan, walau sebenarnya yang aku nikmati hanya permainan drum dan orang yang memainkannya.

Acara wisuda berakhir dengan pembagian ijazah dan foto bersama seluruh siswa perkelas.

Dan ini adalah terakhir kali aku dapat memandangnya, benar - benar kali terakhir aku dapat bertemu dengannya. Aku tidak tau dia akan meneruskan pendidikan nya dimana, yang jelas aku tidak akan berada disekolah yang sama dengannya, karna keadaan ekonimi keluargaku yang buruk, aku hanya akan meneruskan pendidikan ku di sekolah swasta yang biaya pendidikannya tidak terlalu mahal.

Lantas apakah aku harus mengakhirinya disini? Mengakhiri kisah cinta pertamaku yang hanya sepihak ini, mengakhiri cinta yang selama ini aku sembunyikan. Apakah aku harus mengucapakan selamat tinggal kepadanya?

Sesungguhnya aku hanya ingin mengucapkan sampai bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik. Semoga dipertemuan berikutnya, kita dapat disatukan dalam takdir yang lebih baik lagi, dalam ikatan suci sebuah pernikahan. Bae Suzy akan  selalu mencintaimu, mencintai seorang Kim Myungsoo. Sampai bertemu lagi cintaku, Kim Myungsoo ku.

Nae Cheot SarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang