3 - Pertemuan

187 27 2
                                    


#3.Pertemuan

.
.
.

     Seorang pria paruh baya tengah berdiri ditemani pria muda disampingnya, mereka telah usai memanjatkan do'a pada sebuah makam di depannya.

Pria muda itu tidak mengucapkan sepatah katapun pada sang kakek, ia hanya terdiam melihat tepat kearah makam di depannya dengan tatapan tidak suka, bukan karena ia benci. Melainkan ia sudah lelah mengantar sang kakek yang setiap bulan selalu meminta antar untuk pergi ke makam ini, ia sudah lelah bertanya mengenai makam siapa dan kenapa kakeknya begitu hormat pada orang yang sudah terkubur puluhan tahun di dalam sana, mungkin isinya sudah kosong karena termakan usia.

    Park Jimin, pria itu sebenarnya malas untuk sekedar mengantar sang kakek ke makam ini. Namun, Jimin merasa menjadi anak yang kurang ajar jika membangkang, apalagi pada kakeknya sendiri yang sudah membesarkan dan merawat Jimin sedari kecil.

Jimin sempat berpikir bahwa ini adalah makam ayahnya, namun tidak mungkin. Kakek Jimin tidak mungkin membunuh ayahnya walaupun ia sudah tidak dianggap keluarga karna masalah serius di masa lalu. Jika benar ini makam sang ayah, tidak mungkin Yoo Jaewon, kakek Jimin itu menggunakan tutur kata dan bahasa yang sangat sopan terkesan sangat formal.

    Makam itu sangat terawat, sebuah makam tanpa batu nisan atau penghias makam pada umunya, hanya terdapat batu besar dan sesajen mewah yang Jaewon bawa bersama cucunya. Yang membuat Jimin tambah kesal karena kakeknya mengacuhkan anak kandungnya sendiri yang masih hidup dan malah memperhatikan serta merawat makam orang lain, ingin sekali Jimin pergi saat ini. Tapi tidak! Ada alasan lain mengapa ia tetap tinggal, ia harus mengetahui makam siapa dan apa hubungannya dengan  kakeknya ini.

-Aku tidak akan pernah tau isi hati kakek, seperti hal nya aku tidak pernah tahu identitas pemilik makam ini-  batin Jimin

"Kancingkan bajumu, baju itu cocok sekali denganmu" ucap Jaewon tiba-tiba.

"Biarkan saja, kita harus segera pulang"

"Sebentar saja, hanya lima menit lalu kita pulang"

"Tidak, aku tidak suka disini. Lima menit serasa panjang untukku, memangnya siapa yang terbaring di sini" pancing Jimin, ia sudah tidak tahan lagi untuk mengetahui identitas pemilik makam di depannya.

"Beri hormat, kau akan tau jika sudah saatnya nanti"

Yah... jawabannya selalu seperti ini. Jimin sudah muak dengan seluruh teka-teki mengenai siapa pemilik makam di depannya saat ini.

"Apa dua puluh tahun terakhir ini masih kurang? Baiklah, aku tidak akan pernah bertanya lagi. Hiduplah dengan umur panjang, karena aku akan membuat sebuah Full house mewah diatas makam ini" kata Jimin kesal.

"Mwo?!!  yak, Park Jimin apa kau gila..." teriak Yoo Jaewon dengan marahnya. Ia terkejut akan ucapan cucunya, Jaewon memegangi lutunya untuk bertahan, keadaannya semakin melemah.

Jimin mencoba mendekati Jaewon untuk membantunya, namun dengan cepat Jaewon menampik tangan Jimin yang akan menuntunnya membantu Jaewon berjalan.

"Kakek, kenapa kakek memaksakan diri untuk ke makam ini. Bahkan kakek membatalkan pemeriksaan kesehatan pagi ini" kesalnya

"Jangan khawatir, kakek baik-baik saja"

"Tidak! Kakek harus ke rumah sakit sekarang, aku sudah menelpon Dokter Hwang agar menyiapkan segalanya"

   Jimin dan kakeknya langsung pergi ke rumah sakit Yanghwa tempat Dokter Hwang melakukan praktek, sebenarnya Dokter Hwang lah yang seharusnya datang kerumah untuk melakukan pemeriksaan, namun tanpa Jimin ketahui, sang kakek sudah lebih dulu membatalkan pemeriksaan hari ini agar Jaewon dapat pergi ke makam yang tidak jelas asal-usulnya tersebut.

-Princess-[SeulMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang