Part 2

677 73 11
                                    

Dug...dug...dug...

Suara pantulan bola basket terdengar nyaring di sepetak lapangan yang terletak di tepi danau.

"Haaaahhhh," hela napas keluar dari mulut Naomi yang berdiri beberapa meter dari ring basket. Sedangkan Dhika memandangnya heran bersandar pada pohon yang tumbuh di tepi lapangan.

Tuk...

"Aduh!" teriak Naomi yang kepalanya terkena lemparan batu kecil. "Rese lo!" bentak Naomi namun Dhika hanya menanggapinya dengan tawa.

"Abis muka lo kusut banget kaya cucian yang baru aja kering," Dhika mulai berjalan mendekati Naomi. Merebut bola basket dalam genggaman Naomi, kemudian menembakkannya ke ring.

"Nice!" teriak Dhika sambil mengangkat tangannya.

"Hih!" Naomi menjauhi Dhika berjalan ke pinggir lapangan dan mengambil botol minum dalam tasnya.

"Kenapa sih Mi?" Dhika mengambil botol minum yang telah diteguk setengahnya oleh Naomi, dan meneguknya hingga habis.

"Gak papa," jawabnya singkat.

"Okay..." Dhika mengangguk-angguk. "Terus, kenapa sama kakak lo?" tanya Dhika lagi.

"Kakak gue punya pacar," jawab Naomi memandang lapangan di depannya dengan tatapan kosong.

"Terus kenapa emang kalau kakak lo punya pacar?" Dhika semakin bingung.

"Ya gue cemburu."

"Cemburu sama? Kenapa cemburu?"

"Sama kakak gue lah. Gue kan suka sama dia," jawab Naomi tanpa sadar.

"Hah?"

****

Naomi POV

"Gue kan suka sama dia," ucapku tanpa sadar dan langsung menutup mulutku dengan kedua tangan?

"Hah?" aku mendengar keterkejutan Dhika. Dahinya berkerut, mulutnya sedikit menganga.

"Engg..enggak Dhik. Maksud gue, itu... Anu..." aku menjadi salah tingkah. "Lo..lo pasti anggep gue aneh kan ya?"

Dhika tersenyum.

"Ya itu hak lo sih. Gue kaget bukan karena ngerasa aneh. Tapi, karena mikir, kasian banget lo suka sama dia. Mana mau dia sama lo," canda Dhika. Aku memukul lengan kekarnya berkali-kali dan dia tertawa riang menanggapiku.

"Rese kan rese," ucapku yang masih memukulinya.

"Aduh aduh sakit Naomi. Udah ih makin lama makin kenceng mukulnya," aku menghentikan pukulanku. Dia mengelus lengannya yang terkena pukulan bertubi-tubi dariku.

"Badan doang gede. Dipukul cewek kesakitan juga," grutuku.

"Ya lo mukulnya gak kira-kira. Siapa aja pasti kesakitan," ujarnya.

Aku mengalihkan pandanganku kembali ke depan. Menatap sebal. Sesekali jari-jariku mencabuti rumput dan melemparnya sembarangan.

"Ya kalau kakak lo punya pacar mau digimanain lagi kan Mi. Masa mau dipaksa putus?" tanyanya.

"Ya nggak gitu. Gue cemburu denger dia telfon-telfonan sama pacarnya. Tapi ya gak salah sih kalau dia telfon pacarnya. Ya gimana ya. Ah tau ah," aku beranjak meninggalkan Dhika menuju motornya. Kurasakan dia menyusulku dari belakang.

"Gue traktir es krim ya," kata Dhika setelah menstater motornya. Aku hanya mengangguk menyetujui ajakannya.

****

Naomi sampai di rumahnya hampir petang. Setelah menurunkan Naomi dengan selamat di depan rumahnya, Dhika berpamitan untuk pulang.

Ketika memasuki gerbang, belum ada mobil mama dan papanya terlihat. Namun mobil Ve telah terparkir rapi di samping mobilnya.

Dengan acuh dia melangkahkan kaki menuju pintu utama. Dibukanya dengan pelan karena pintu tersebut memang sedikit berat. Tubuhnya terlonjak kaget ketika mendapati Ve dengan tatapan menyeramkan berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya yang dia silangkan di dada.

"Kamu darimana? Dia siapa? Kenapa bolos sekolah? Kenapa kamu baru pulang?" tanya Ve bertubi-tubi tanpa sempat dicerna oleh otak Naomi.

"Tanya satu-satu. Tau darimana aku bolos?" tanya Naomi sedikit bingung mengingat Ve adalah seorang mahasiswi dan tidak mungkin tahu begitu saja.

"Tadi temen kamu kesini, nitipin lembar tugas kelompok. Dia bilang hari ini kamu nggak masuk," jawab Ve dengan tatapan tajam ke Naomi.

"Aku abis keluar. Dia temen aku. Males sekolah," setelah menjawab, Naomi berjalan meninggalkan Ve dan sedikit menyenggol bahu Ve ketika melewatinya.

"Naomi!" teriak Ve membuat langkah Naomi terhenti. "Mama sama Papa nyuruh aku jagain kamu. Kamu gak bisa seenaknya kayak gini dong," Ve berjalan mendekati Naomi sambil mengomel kepada adik tirinya.

Naomi menghela napasnya pelan. "Aku capek kak. Mau mandi, terus tidur. Good night," Naomi kembali melangkahkan kakinya menjauh dari Ve. Sedangkan Ve hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap adiknya yang tiba-tiba saja berubah.








Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please,stay with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang