> Inggris, Greenwich, 23 50 GMT, Winter 20XX. . .
Seorang gadis berjalan ditengah malam gelap di sekitar gedung-gedung tua di Greenwich. Ia bermaksud pergi ke monumen jam di sana untuk memotret rangkaian jam pada saat yang sama di 23 negara lain di dunia dan hasilnya akan dipamerkan di sebuah pameran fotografi tahunan yang di adakan di Greenwich sebagai pusat waktu dunia.
Gadis yang berjalan sendirian itu bernama Himeko Sidabutar. Cewek blasteran Jepang - Batak ini sedang melanjutkan kuliahnya di sebuah Universitas ternama di Inggris. Dengan otaknya yang sangat cerdas, tidak heran ia langsung mendapat beasiswa penuh untuk kelanjutan studinya ini. Namun yang disayangkan bukannya mengambil jurusan sejenis Fisika, Kimia, Matematika, atau Biologi, ia malah mengambil jurusan ilmu sosial alias sosiologi dengan sebuah alasan sepele yang dapat membuat orangtuanya terkena serangan jantung mendadak jika mendengarnya lagi. Ingin membandingkan kondisi sosial di Indonesia dengan di sana dan membandingkan pelajaran saat ia SMA dengan sekarang. Sekarang ia baru saja menyelesaikan semester satunya dengan mulus dengan point semua sempurna, A+.
Sambil meminum kopi yang barusan di belinya di sebuah 24 hours mini-store , ia kembali melanjutkan berjalan kaki menuju monumen jam tersebut yang berjarak 100 meter dari tempat ia berdiri sekarang.
If i could fall
Into the sky
Do you think time
Will pass us
Do you know i walk
A Thousand Miles
If i could just see you. . .
If i could just hold you. . .
Tonight. . .
- Christina Perri - A Thousand Miles -
Sambil menggumamkan reff lagu A Thousand Miles, Himeko mulai melirik jam besar di sepannya. 11.58, 2 menit lagi, gumamnya dalam hati.
Himeko menyeruput lagi kopinya pelan. Ia memandangi isi kopi itu seksama, mungkin gue masih lebih suka N*****e atau bahkan G*** D**, pikirnya. Selama tinggal di Inggris, Himeko selalu mengeluh atas kopi yang ia minum, entah ia tidak suka, tidak cocok di lidah, atau 1000 alasan aneh lainnya yang membuatnya tidak suka minum kopi di sana, padahal teman-teman Indonesianya saja bilang kopi di sini lebih baik dari pada di Indonesia.
Ini namanya, krisis jati diri bangsa.
"Tahu gitu beli hot chocolate aja deh. . ." sesalnya.
11.59. Himeko buru-buru mengambil kameranya dari dalam tasnya. Kamera itulah yang salah satunya menjadi alasan mengapa ia datang kesini.
>> ceritanya flashback. . .
"Kalo lu nggak terima tantangan ini, kamera 'itu' buat gue. . ."
"E-eh?! Ta-tapi malem itu gue harus ngerjain tugas segunung!"
"Kamera atau foto?"
"Grrr....ugh....l-lu nantangin gue?!!"
"Inget bro, kamera 'itu' berkat siapa, jadi gue masih ikut campur di dalamnya..." terdengar suara cekikikan berikutnya. "Satu hal lagi, kalo ingin rahasia lu aman bersama gue, lu harus terima tantangan gue, tapi kalo lu menolak tetapi rahasia lu nggak bocor, kamera 'itu harus udah ada di tangan gue lengkap bersama memory cardnya, di rumah gue, di INDONESIA, 1 month from now. Gimana?"
"O-ok!! Gu-gue terima!!" geram Himeko.
<< ceritanya flashbacknya beres. . .
Kalau ingat percakapan dengan David lewat sambungan telepon internasional 5 hari lalu itu, hanya bikin kepala Himeko cenat-cenut. Pokoknya kamera itu mempunyai sejarah panjang hingga bisa ada saat ini.
"David sialan. . ." umpat Himeko.
TENG! TENG!
Jam menunjuk ke angka 12. Himeko buru-buru memotret jam didepannya. Setelah beberapa kali memotret, ia merasa ada yang tidak beres dan janggal dengan hasil fotonya. Detik jam tidak bergerak! Ia berpikir apakah mungkin jamnya memang mati atau rusak? Namun sepertinya tidak mungkin karena ia tahu bahwa jam itu baru saja di service 6 hari lalu. Jadi apa?
Namun pertanyaannya itu segera terjawab setelah ia melihat sekelilingnya. Semua berhenti bergerak termasuk salju sedang turun saat itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Code Gate: Human Summon
Science FictionHimeko adalah seorang remaja blasteran Indonesia-Jepang yang sedang melnajutkan sekolah di Britania Raya. Suatu hari, ia mendapat tantangan untuk mengambil foto di suatu jam di Greenwhich tepat pukul 12 malam waktu setempat, namun ketika ia sedang m...