P.s. ada hubungan dengan kasus diff Chrysanthemum nanti. Baca baik baik ^^
Let's Begin...
SUARA derap sepasang tungkai yang bergerak cepat itu terdengar begitu keras.
Desir air yang terdengar tak mampu mengalihkan perhatian pria itu untuk tetap berlari. Angin di musim dingin benar-benar menusuk tulang. Dua pasang bibir itu tampak semakin membiru. Salah seorang yang berada di atas punggung yang lainnya terlihat semakin lemas. Embusan angin tak dapat membantu darah yang keluar dari betis dan pangkal lengannya berhenti mengalir. Dan tubuh gemetarnya tentu membuat pria yang menggendongnya merasa semakin khawatir. Tungkainya semakin ia percepat, tak peduli bagaimana ia bahkan tak dapat merasakan langkahnya sendiri.
"Turunkan aku!" pemuda berambut merah muda itu ingin sekali membentak. Sialnya, yang keluar dari belah bibir penuhnya justru bisikan lirih. Suara yang terdengar begitu halus berembus di telinga kiri pemuda lainnya justru semakin membuat pemuda itu mengeratkan pegangannya pada kedua lutut yang ia gendong. "Kubilang turunkan aku, Tae!" lelaki di belakangnya kembali memohon.
"Dan membiarkanmu tertangkap begitu saja—atau bahkan mati? Tidak, aku tidak bisa melakukannya." Pemuda itu masih berusaha berlari di tengah hawa dingin yang menusuk. Dan jawabannya ini berhasil membuat pemuda di punggungnya tersadar. Ia memang tidak akan pernah menurut jika tidak dipaksa. Tipikal Kim Tae Hyung ini benar-benar menyebalkan, pikir pemuda berambut merah muda itu sebelum mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa untuk mendorong Tae Hyung.
Bruuk!
"Aw!" ia meringis ketika merasakan betisnya terasa semakin perih karena menyentuh dinginnya trotoar beku kota Seoul.
Tae Hyung akhirnya berbalik dengan wajah garang. "Hei, apa yang baru saja kau lakukan, hah!?" bentaknya sebelum mendekat kembali pada si pemuda berambut merah muda dan mencoba untuk menarik kedua lengannya. Sialnya, niatan baiknya itu justru langsung ditepis kasar oleh pemuda itu. "Park Jimin, kau ingin mati di sini, hah!? Sudah kubilang, aku tidak akan meninggalkanmu di sini..."
"Dan memilih untuk mati bersamaku, begitu?" potong Jimin dengan tatapan lebih garang lagi. Tae Hyung selalu takut akan tatapan itu, jujur saja. Tatapan Jimin yang setajam elang seperti saat ini menandakan bahwa dirinya tidak ingin dibantah pun ditolak keinginannya. Tapi tentu, ia tidak ingin menurut pada Jimin untuk kali ini. Di tengah pelarian mereka, ia tidak ingin membiarkan Jimin tertangkap begitu saja. Maka dari itu, sekali lagi ia mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Jimin dan lagi-lagi mendapat respon sama—sebuah tepisan kasar. "Pergilah, Tae Hyung, kumohon! Kau akan mati jika tetap bersikeras membawaku!"
"Tapi, aku tidak akan membiarkanmu sendirian!" Tae Hyung kembali mendekat untuk meraih Jimin dan bersyukur, kali ini berhasil. Ia dapat menarik kedua bahu pria itu untuk bangkit dan setelahnya...
Plak!
"Bodoh, tidak bisakah kau pintar untuk satu kali saja, hah!?" nada yang semakin meninggi, tatapan yang semakin menajam, lalu tangan yang baru saja menyentuh pipi kirinya dengan kuat—Tae Hyung rasa kini sudah membekas, dan cuaca dingin seperti ini tentu saja membantu tanda tangan Jimin terlihat semakin jelas. "Jika kau meninggalkanku di sini, setidaknya ada satu yang selamat. Kalau kau tetap bersamaku, kau juga akan mati! Polisi mengejar kita dengan mobil, sedangkan kita hanya berlari. Sebentar lagi mereka pasti akan sampai. Kumohon, pergilah sendiri Tae, tinggalkan aku di sini!"
"Ta-tapi..." Tae Hyung merasa kedua matanya mulai memanas. Ia tidak mau Jimin pergi begitu saja. Sudah banyak janji yang telah mereka ucapkan, dan belum satu pun dari itu semua yang telah diwujudkan. "Kau sudah berjanji untuk jalan-jalan denganku, Jim. Kita belum melakukan hal itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Peterpan and The Killers
FanfictionSiapa yang tidak kenal Bangtan Sonyeondan atau biasa disebut dengan BTS? Berawal dengan lagu No More Dream dan diakhiri dengan lagu Not Today. Berakhir? Ya, tepat setelah kebenaran atas mereka terungkap, semuanya pun berakhir. Action thriller, Showb...