II

84 9 0
                                    

"Dan penghargaan MAMA, Artist of The Year tahun ini, jatuh kepada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dan penghargaan MAMA, Artist of The Year tahun ini, jatuh kepada... Bangtan Sonyeondan!"

Jimin menundukkan kepalanya setelah sesuatu terasa menimpa kedua pahanya. Tae Hyung tengah melihat ke arah televisi dengan tangan kanan yang dijadikan bantal di atas paha Jimin, juga telunjuk kiri yang sibuk mengusap main-main lututnya. Jimin yang tengah meluruskan kakinya ke atas meja ruang televisi pun hanya mampu diam dan mengusap lembut rambut cokelat pemuda itu. Lagi-lagi ia teringat akan pertemuan pertama mereka hampir lima tahun lalu, ketika ia masih berusia 17 tahun. Hal yang tak ia sangka akan membawa kedekatan di antara mereka hingga sekarang.

VMin merupakan yang paling dekat di BTS.

95z merupakan yang paling kompak dan hebat dalam tim.

Mereka seperti kembar.

Contoh friendship goal sekali.

Gelar-gelar itu bermunculan seiring dengan semakin mencuatnya nama mereka dari waktu ke waktu. Mereka yang terlihat selalu menempel hingga memunculkan banyak sekali shipper, lalu gerak tubuh yang sering sekali mereka lakukan bersamaan tanpa sengaja hingga keduanya disebut selalu kompak dan bahkan seolah kembar atau pasangan jiwa, dan bahkan banyak yang menjadikan mereka sebagai contoh persahabatan sejati.

Jimin tidak tahu sejak kapan mereka bisa sedekat ini. Apa sejak ia pertama kali memeluk Tae Hyung di musim dingin lima tahun lalu? Atau sejak Tae Hyung yang selalu menempelkan diri pada Jimin karena ialah yang melatihnya untuk menjadi seorang pembunuh? Entahlah, yang jelas Jimin cukup menikmati pertemanan dan kerjasama mereka. Walau terkadanag masih saja ada rasa yang mengganjal dalam hatinya, suatu rahasia yang bahkan sampai saat ini belum bisa ia ungkapkan, tentang dirinya yang merupakan pembunuh Nyonya Kim.

"Kenapa belum tidur?" tanya Jimin akhirnya. Tangan kanannya masih sibuk mengusap surai Tae Hyung yang berbaring menghadap televisi.

"Karena kau belum tidur," jawab Tae Hyung singkat. Jimin sedikit menyungging senyumnya karena jawaban pemuda itu.

"Kau tidak pernah berubah, ya. Sampai kapan kau mau tidak tidur kalau tak ada aku dalam ruangan yang sama denganmu?"

"Selamanya,"

Jimin tertawa. Tawa yang selalu berhasil membuat Tae Hyung tersenyum. Terdengar sangat manis di telinganya. "Bodoh, hilangkan saja pikiranmu itu! Lagipula, memang ada yang menjamin kita bisa bersama sampai akhir?" balas Jimin dengan pandangan yang kembali melihat ke arah televisi. Di sana, terdapat dirinya juga anggota Bangtan lainnya, tengah menangis di atas panggung dengan rasa bahagia dan bangga yang kentara. "Sebanyak apa pun kenangan yang kita buat, sebanyak apa pun penghargaan yang kita bawa pulang, pada akhirnya kita akan berpisah. Akan ada saat di mana salah satu dari kita—atau bahkan kita semua, meninggalkan semua yang sedang kita alami saat ini. Mungkin saja, suatu saat aku tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi..."

Peterpan and The KillersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang