C-MS
.
.
.
Lee Taemin, laki-laki dengan paras cantik itu tersenyum dengan begitu bahagianya saat melihat secarik kertas putih yang kini ada dalam genggamannya. Bahkan, saking begitu bahagianya dia sampai mengeluarkan air mata penuh harunya.Taemin sudah membayangkan, hal apa yang akan terjadi nantinya saat suaminya tiba di rumah sepulang dari kerjanya ketika ia memberikan sepucuk surat itu. Hingga sampai-sampai, ia tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Dadanya berdebar dan meletup-letup penuh gejolak. Dan itu sungguh membuatnya tidak sabar menunggu kepulangan suaminya.
Malam ini, akan menjadi malam yang indah dan penuh kenangan untuknya. Karena malam ini, Taemin akan mengungkapkan perasaannya pada suami yang baru di sadarinya begitu dicintainya. Lucu memang, di mana sebuah rumah tangga yang terdiri dari sepasang suami dan istri baru menyatakan cintanya setelah setahun kehidupan mereka bersama. Tapi, itu memang nyatanya. Karena rumah tangga yang ia dan suaminya bina berawal dari sebuah perjodohan tanpa landasan, dan dasar cinta. Dan Taemin baru menyadari, entah sejak kapan ia telah jatuh cinta pada suaminya sendiri. Sejak pertemuan pertama mungkin, atau sejak pernikahannya, atau mungkin, sejak malam pertama mereka. Entahlah, Taemin tidak tahu. Namun yang ia tahu, seiring berjalannya waktu bersama rumah tangga yang telah terbina, ia telah jatuh akan pesona suaminya yang begitu memikat. Dan yang pasti, Taemin mencintai suaminya sepenuh hati dan juga, sepenuh jiwa raganya. Dan malam ini, ia akan menyatakan cintanya.
Saat pintu terbuka, dan suara derap langkah tegas yang semakin mendekat, Taemin merasa jika dadanya semakin berdebar dan bergemuruh hebat. Itu suaminya. Dan Taemin yakin itu dia. Setiap detiknya, terasa begitu menegangkan sekaligus berharga dalam waktu bersamaan untuknya. Ia gugup. Oh astaga, sungguh, ini benar-benar mendebarkan. Sebelumnya, Taemin tidak pernah merasakan perasaan seperti ini seumur hidupnya. Perasaan bahagia sekaligus takut yang teramat sangat, hingga menyesakkan dadanya. Ya Tuhan, apa yang harus di lakukannya?
"Taemin. " Taemin terkesiap dan terlonjak kaget saat suara bass, namun terdengar rendah dan penuh kelembutan itu menyerukan namanya. Itu suaminya. Tengah menatapnya dengan pandangan penuh keseriusan dan tajam dalam bola mata bulat legamnya.
"Mi-Minho. " lirihnya gugup. Taemin menunduk. Menelan salivanya guna dapat sedikit bisa membasahi tenggorokkannya yang seketika kering.
"Taemin, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. "
Taemin mengernyit heran mendengar nada bicara suaminya yang tidak seperti biasanya. Jika biasanya, saat suaminya itu pulang bekerja, dia akan langsung mengecup keningnya dan memeluknya. Namun kali ini, tidak ada ciuman di kening yang selalu di dapatnya. Melainkan suaminya yang penuh keseriusan. Dan itu, membuatnya takut entah karena apa.
"Aku.. aku juga ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu. " Diliriknya laki-laki tampan yang merupakan suaminya itu dari ujung matanya. Dan ia mendapati jika laki-laki itu menatapnya dengan kerutan yang tampak jelas di keningnya.
"Minho, aku.. sebenarnya aku.. "
"Tidak! Biarkan aku yang lebih dulu bicara! "
Taemin menegang seraya mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dengan penuh kewaspadaan saat suaminya menyela ucapannya. Debaran di dadanya semakin keras pertanda ketidaksabaran menunggu akan hal apa yang akan di ungkapkan suaminya itu padanya. Ini menegangkan.
"Mari kita bercerai?! " Taemin menegang kaku dalam tempatnya. Seketika pandangannya mengabur karena air mata yang mengumpul di pelupuknya. Tidak hanya itu, bahkan jantungnya seakan berhenti berdetak detik itu juga.
"A-Apa? " tanyanya lirih, namun masih bisa di dengar laki-laki tampan itu. Suaranya tercekat di ujung tenggorokkannya. Dan dadanya sesak bagaikan di himpit sebongkah batu karang yang besar. Apa ini ketakutan yang sedari tadi mengganggunya?
"Kau tahu, rumah tangga kita adalah kesalahan, tidak ada cinta di dalamnya. Dan aku lelah jika harus selalu berpura-pura didepanmu. Berpura-pura mencintaimu dan berpura-pura hanya melihatmu. " ujar laki-laki tampan yang merupakan suaminya itu dalam satu tarikan nafas. "Semula aku mencobanya, dan berusaha untuk mencintaimu. Tapi, tapi aku tak bisa. Karena aku mencintai wanita lain. " lanjutnya lagi.
Taemin merasa jika, langit runtuh saat itu juga menimpa kepalanya yang seketika terasa pening. Dadanya semakin terasa sesak dan nyeri yang teramat sangat dalam. Bahkan Taemin merasa jika tubuhnya terhuyung dan hendak limbung jika tidak di tahannya dengan sekuat tenaga.
Sebenarnya, Taemin tahu jika hal seperti ini cepat atau lambat pasti akan terjadi dalam kehidupan rumah tangganya. Namun yang tak ia tahu, ia tidak belajar untuk mempersiapkan hatinya. Seharusnya ia belajar dan mengantisipasi jika hal ini terjadi. Maka ia bisa belajar untuk mempersiapkan hatinya agar tak merasakan sakit sebelum hatinya sepenuhnya terisi oleh suaminya itu. Sebelum hatinya ia serahkan sepenuhnya pada laki-laki tampan itu tanpa cela sedikitpun. Namun kini, semuanya runtuh seketika dalam sekejap. Meninggalkan kekosongan dalam ruang hatinya menjadi seonggok rasa sakit yang membekas. Dan seharuanya lagi, ia bisa belajar untuk menahan perasaannya agar tidak jatuh cinta dan menyimpan hati pada suaminya itu. Karena pernikahan yang telah mereka bina hanya sebuah kesalahan. Sebuah pernikahan yang terjadi karena perjodohan tanpa adanya dasar cinta.
"Jadi, mari kita bercerai? "
***
Malam yang semakin larut, dan udaranya yang semakin dingin seolah membekukkan seluruh tubuh Taemin dan menusuk tulang hingga kepersendiannya. Seraya mengeratkan coat cokelat yang di kenakannya, Taemin beranjak dari ranjang dan menyambar kopernya. Koper berukuran sedang yang memuat baju dan beberapa barang keperluannya.
Melangkahkan kaki jenjangnya dengan pijakan langkah berat meninggalkan kamar yang selama setahun terakhir ditinggalinya. Di edarkannya pandangannya ke sekeliling kamar guna menelisik dan melihat sekali lagi untuk terakhir kalinya kamar yang menjadi saksi bisu di mana cintanya tumbuh. Kamar yang menyimpan kenangan indah penuh makna di setiap sudutnya. Terlebih, ranjang berukuran besar yang terletak di tengah-tengah ruangan. Ranjang yang menjadi saksi percintaan antara dirinya dan suaminya. Berbicara mengenai suami, laki-laki tampan itu pergi entah kemana setelah memberi surat perceraian yang sudah tertera tanda tangan laki-laki itu. Mungkin laki-laki itu pergi karena tak ingin lagi bertatapan muka dengannya. Apa ia sebegitu tidak berharga dan tidak ada artinya apa-apa untuk laki-laki itu?
Taemin hanya mampu tersenyum kecut. Jadi selama ini, hanya ia seorang yang merasakan cinta itu? Karena nyatanya, laki-laki itu selama ini berpura-pura mencintainya hanya karena keterpaksaan. Sungguh menyedihkan dirinya. Yang hanya merasakan cinta sepihak yang tak terbalaskan.
Menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar penuh kenangan yang akan selalu tersimpan dalam memori otaknya, diiringi dengan derai air mata yang tak mampu di bendungnya lagi. Jika ini bisa membuat suaminya bahagia, maka ia rela melepaskan laki-laki itu. Namun satu hal yang mungkin tak bisa ia lepas, rasa cintanya pada laki-laki itu yang terlanjur dalam dan membekas di benaknya.
"Maaf, aku mencintaimu Minho. " Dan itu adalah kalimat terakhir sebelum pintu itu tertutup rapat. Dan menghantar kepergian Taemin bersama kesakitannya dengan derai air matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102648612-288-k473459.jpg)