Part 4

21 5 8
                                    

Alana, Aletta dan Dave sudah sampai disebuah rumah yang terbilang besar. Cat berwarna putih ditambah garis berwarna gold. Good.

"Ini rumah kamu di Indonesia na?"
"Iya, ayo masuk"

Aletta dan Dave mengangguk dan mengikuti Alana di belakang. Aletta dan Dave duduk di ruang tamu depan tv. Hening setelah ditinggal Alana. Tidak ada yang berbicara satu pun dari mereka berdua.Aletta yang sibuk menatap layar di Iphone rosenya dan Dave yang sesekali melihat Aletta dan memalingkan wajahnya melihat ke yang lain ketika Aletta memandangnya sekilas. Hingga Dave memecah keheningan di antara mereka dengan bertanya.
"Emm...Aletta elo sekolah dimana?" Tanya Dave. Tentu saja Dave lancar mengucapkan bahasa Indonesia karena sering bolak-balik ke Indonesia dan Jerman.
"Gue di SMA Trandana, deket dari sini."
"Maksud lo Trandana School? Yang di Jalan Pelita itu? Yang kemaren ada Expo kan?"
"Lo kok bisa tau?" Tanya Aletta bingung.
"Iya, gue-"
Tiba-tiba Alana datang membawa nampan berisi minuman. Kalimat Radit terpotong dengan kedatangan Alana.

"Pembantu lo mana na, kok lo bawa nampan sendiri?" ucap Aletta sambil celingak-celinguk mencari seseorang.
"Pembantu gue lagi pulang kampung" Letta ber'oh'ria mendengar jawaban Alana.

"Dave minum dulu. Oyaa lo pindah sekolah juga ngga?"
"Pindah, besok gue daftar sekolah."
"Dimana? Oh di sekolah bo-" kalimat Alana terpotong oleh Dave.
"Mungkin di Prima School"
Dave menyembunyikan sesuatu. Alana bertanya-tanya dalam hatinya. Tapi dia hanya diam.

**

Semburat cahaya menyilaukan gadis yang tengah tertidur pulas di kasur Rose Pink king sizenya.
Yaa itu ciri-ciri gadis itu. Dia sangat suka design Rose Pink.
Siapa lagi kalau bukan Aletta.
Aletta merasa terganggu dengan alarm di nakas kamarnya. Dia membuka matanya perlahan. Sekejap dia tersentak ketika melihat pukul 06.35.
"Anjirr...kok jam segini sih! Terlambat dong gue huaaaaa...."
Aletta tergesa-gesa menuju kamar mandi.
Sekarang dia sudah rapi dan langsung berangkat sekolah  dengan sangat tergesa-gesa menyetir Sientanya.

"Pak bukain dong pleaseee....Hari ini guru killer tau Pak"
"Apa kamu bilang? Guru-"
"Eng...enggak  Pak. Emm itu... maksudnyaaa-"
"Bukain gerbangnya Pak buat dia." ucap salah seorang laki-laki dafi dalam gerbang.
"B..baik den. Silahkan.."
"Makasih Pak" Penjaga gerbang sekolah menganggukan kepalanya tanda mengiyakan.

Aletta tidak tahu siapa yang menolongnya tadi. Yang jelas dia sekarang sudah terlambat, dan langsung berlari masuk kelas. Untung saja belum ada guru yang mengajar.

"Syukur deh belom ada guru" Letta menaruh tasnya di kursi.
"Tumben baru berangkat let, biasanya lo paling pagi berangkat sekolah. Sampe penjaga sekolah aja belom berangkat"ucap Fira sambil terkekeh.
"Anju loh. Ngga sepagi itu juga kali." Fira mengusap kepalanya yang dijitak oleh Letta.

Kok Radit ngga bales BBM dari gue ya. Gue pengen ke kantin bareng dia, sekali-kali gue yang ajak dialah.
Apa gue langsung kekelasnya aja? Hmm...yaudah deh.

Letta berjalan menuju kelas Radit. Dia celingak celinguk mencari Radit tetapi hasilnya Nihil. Letta tidak menemukan yang dicarinya disana.

"Let ngapain berdiri depan kelas orang?"
"Biasa nyari Radit tapi ngga ada"
"Yaudah lo ke kantin bareng kita aja, siapa tau disana ada Radit."
"Yaudah deh yuk"
Letta menggandeng tangan Fira dan Jessyca antusias.

"Lo pesen apa let?"
"Gue samain kek lo aja apapun itu yang penting pedes ya" Letta fokus dengan Iphonenya.
"Oke. Mang Kardi kebabnya 3 ya pedes semua."
"Iya neng tunggu ya."

Yaa seperti itulah kantin di Trandana School, ngga perlu ngantri ribet teriak-teriak buat pesen makanan. Cuma panggil pelayan, ya walaupun  pelayannya orang kampung. Bisa dibilang sih kaya Restaurant gitu. Itulah sekolah elite di Trandana.

"Eh let itu bukannya Radit yah?"
"Mana?"
"Ituu di bangku pojok. Kok sama cewek ngga biasanya." ucap Fira menunjuk salah satu bangku di pojok.
Letta dan Jessyca pun menoleh bersamaan.
Letta terkejut terhadap apa yang dilihatnya barusan. Akibatnya Kebab yang ia makan terjatuh ke lantai.

"Ra...radit sama...Alana"
"Apa let? Alana? Dia suap-suapan ketawa-ketiwi sama Alana let!" jelas Jessyca
  Aletta langsung berlari sambil menangis ke arah kelasnya.
Entah mengapa jantungnya makin berdetak lebih kencang.

Kok gue sport jantung gini sih. Tapi hati gue rasanya pengen nangis.
Apa gue cemburu liat Radit suap-suapan sama Alana?
Tapi apa hak gue buat cemburu?
Bahkan pacar aja bukan.
Lo itu cuma sahabatnya Radit lett. Inget!

*

BBM
Radit
"Let lo udah pulang belom? Pulang sama gue yuk. Gue kangen sama lo"
Aletta
"Gue udah pulang dit. Sorry ngga ngabarin lo. Gue ijin tadi"
Radit
"Oh yaudah lo istirahat ya di rumah. Jangan capek-capek ntar sakit"
Letta
(Read)

Sebegitu ngga pekanya Radit sebagai cowok?
Padahal dia tau kalo letta tadi ada di kantin dan langsung lari pas Radit nengok ke arah Letta.

Aletta Pov
Kenapa sih gue harus jatuh cinta sama Radit? Dia kan sahabat gue? Dulu gue ngga percaya sama kalimat "Sahabat Jadi Cinta"
Tapi sekarang gue ngerasain itu. Kanapa sih lo harus dateng di kehidupan gue dit?
Kenapa sih lo jadi sahabat gue?
Dan kenapa gue harus kenal sama lo?
Sekarang gue ngga percaya sahabat antara laki-laki dan perempuan tanpa baper.

*

"Non...non Letta? Non nggapapa kan didalem? Non nangis ya? "

Ujar Pembantu Letta curiga karena seperti mendengar majikannya sedang menangis.

"Eng hiks...ngga papa bi..hiks"
"Bibi tau non lagi nangis. Bibi ngga ada maksud buat campur tangan masalah enon."
"Pintunya ngga dikunci bi"
Cklek

"Non..jangan nangis lagi, nanti bibi ikut nangis. Biasanya kalo ada masalah non langsung cerita ke bibi"
"Radit bi...hiks"
"Den Radit non? Emang den Radit ngapain enon? Bukannya kalian sahabat dari kecil?
"Iya bi. Mungkin sekarang bukan sahabat lagi bi"
"Maksud non?" tanya Bi Minah. Aletta memandang Bi Minah sendu. Sepertinya Letta sudah tidak menangis lagi.
"Bibi kan tau Letta suka sama Radit bi. Tadi dia lagi suap-suapan sama Alana bi,bahagia banget mereka bi"
"Non Alana yang semalem kesini?"
"Iya bi"
"Cieee non cemburu sama den Radit" goda bi Minah mencolek dagu Aletta
"Ih bibi malah godain Letta." ucap Letta mengerucutkan bibirnya.
"Itu namanya Jatub Cinta non. Non udah ada rasa cinta mungkin ke den Radit?"
"Iyasih bi. Waktu itu juga Letta liat Radit nganter pulang Lana trus kayak dirangkul gitu bi."
"Tuh kan bener"
"Trus Letta harus ngapain bi?"
"Non bilang aja ke den Radit langsung apa yang dirasain sama non"
"Tapi kan Letta cewek bi, masa Letta nembak cowok sih."
"Bibi juga tau non cewek. Tapi apa non mau terus-terusan nangis gini? Kalo non ngomong sama den Radit terus terang mungkin non bisa lebih lega."
"Tapi kalo Radit ngga nerima Letta gimana bi? Kan malu"
"Apapun keputusan Radit, non harus terima. Non ambil hikmahnya aja. Pasti banyak cowok diluar sana yang pengen jadi pacar non, percaya deh sama bibi"
"Yaudah deh bi. Nanti malem Letta ngomong sama Radit. Bibi do'ain Letta yah biar ngga gugup nantinya."
"Iya pasti atuh non. Non teh udah makan belom?"
"Belom bi"
"Yaudah atuh non makan dulu. Bibi udah siapin makanan kesukaan enon"
Letta mengangguk antusias dan langsung menarik lengan bi Minah semangat.

Maaf ya kemaren ngga update. Lagi off ngga ada kuota. Hehee
Gue bakalan berusaha buat update secepetnyaa

My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang