Selamat datang di Planet Timelgine. Kekuatan utamamu adalah waktu. Alam adalah penguasa bisu terbesar setelah Ratu. Barang siapa yang melanggar hukum alam, luka mendalam siap memelukmu.
***
Langkah gadis itu kian lama semakin cepat menerobos keramaian, sementara itu disusul dengan teriakan seorang pria sebaya yang mengejarnya. "Tivona... Hey, tungguin dong!!", mendengar teriakan itu, sang gadis pun berhenti. "Lama banget sih. Kelas sebentar lagi dimulai nih," katanya."Kalaupun kita terlambat, waktu bisa dimainkan sedikit." "Hey, jangan cari gara-gara. Mau ditaruh dimana wajahku jika penduduk tau bahwa anak sang Ratu telah berbuat curang agar tidak terlambat?" gerutu gadis yang bernama lengkap Laquitta Tivona tersebut.
"Sesekali melanggar pun sepertinya tak apa," balas sang pria sambil mengayunkan tangannya kebelakang, menutup matanya lalu menahan sihir itu untuk bereaksi. ia hanya bercanda, lucu rasanya melihat gadis disebelahnya panik dan menggerutu. Sayang sekali takdir sedang memusuhinya. Beriringan dengan kaki yang tersandung batu, Riyo mengayunkan tangannya kembali ke depan.
Seketika, cahaya terang keluar dari tangannya lalu waktu pun berhenti. Hanya tinggal mereka berdua yang terdiam dan tak tahu harus berbuat apa. Diujung jalan, sepasang mata tajam menangkap perbuatan mereka siap memberi sanksi.
"Apa kamu sudah gila, Riyo? Untunglah tak ada yang melihat kita." Baru saja Riyo Astley, sang pria ingin menjawab, sudah ada suara tajam dari balik punggungnya. "Kalian, saya tunggu di ruangan saya. Jangan mencoba untuk kabur." Sorot mata tajam dan suara menyeramkan itu sukses membuat Tivona dan Riyo merinding. Segera, mereka menyusul Mrs.Leana ke ruangannya.
"Kalian tahu apa yang kalian lakukan? Ms.Tivona, jangan mentang-mentang kamu putri sang Ratu kamu bisa melakukan sesukamu."
"Maaf Mrs.Leana, tetapi yang memberhentikan waktu adalah saya. Saya benar-benar tidak sengaja," potong Riyo. Guru itu menatap dan mendatangi Riyo. Tubuhnya yang besar dan tinggi serta tatapan kejamnya itu yang selalu di takuti murid-murid sekolah.
"Dan kamu, jangan berasa hebat karena kamu dijodohkan dengan sang Putri." Sepasang sahabat itu terperanjat. Apa? Bagaimana bisa mereka berdua dijodohkan?
"Wah, ternyata kalian belum tahu. Padahal, sepertinya hampir seluruh Penduduk Planet Timelgine mengetahuinya. Kembali ke kejadian tadi, Riyo sesuai aturan, entah senagaj maupun tidak, kamu saya hukum untuk ke Bumi untuk membuat essay hasil laporan pengamatan tentang penduduk bumi." ujar Mrs.Leana panjang lebar.
"Asik jalan-jalan," gumam Riyo dalam hati sambil menahan senyum.
"Kemampuanmu disana akan dibatasi dan terus diawasi, jangan pernah menggunakannya untuk hal yang tidak terlalu penting. Sihirmu juga akan hilang jika digunakan berlebihan, terlebih merugikan penduduk disana," ucap Mrs.Leana kembali diikuti senyum Riyo yang memudar. Setelah itu, mereka melangkah keluar ruangan.
Tak ada yang membuka mulut diantara mereka sampai akhirnya sang putri memulai percakapan.
"Hey, tidak bisakah kau bernegosiasi saja untuk hukuman lain, jangan pergi..."
"Tuan putri, aku bisa apa selain melaksanakannya? Toh aku juga yang salah, batu sialan siapa yang menaruhnya disitu.."
"Lalu, bagaimana denganku disini...."
Riyo menatap gadis itu dengan senyum tipis, mengagumi sesaat keelokan wajahnya, lalu menatap ke langit.
"Perjodohan itu, apa kau benar-benar tidak mengetahuinya?" tanya Riyo.
"Apa kau tak memercayaiku?" Tivona balik bertanya.
"Ah, tidak. Aku hanya bertanya. Nanti mau temani aku menemui Ratu?"
"Hari ini, sepulang sekolah," ujar Tivona sambil berlalu....
Istirahat kali ini Riyo tampak sendiri. Tak bisa dipercaya, dia dijodohkan dengan seorang Putri Kerajaan Timelgine. Ya, Putri Tivona memang sangat cantik, sempurna, baik, dan mencolok. Dia memiliki rambut panjang bergelombang berwarna hijau, mata bulat berwarna coklat kemerahan dilengkapi dengan bulu mata yang lentik dan alis tebal yang rapi, bibirnya mungil tanpa kerutan dan agak kemerahan, pipinya sedikit chubby dan akan memerah saat dia tersenyum malu-malu. Dia memiliki badan proporsional dan tinggi yang sekitar 168 cm. Tatapannya yang tajam namun bersahabat, sikap ramahnya, pintar, pasti semua orang menyukainya.
Dilema yang dirasakan Riyo. Dia memang menyukai Tivona, dia suka sifat dan ciri khas sang putri. Namun, itu hanya rasa suka. Kenyataannya, Riyo tidak mencintai Putri Tivona. Lagipula, bagaimana bisa seorang putri mencintai dirinya? Sebelum Riyo beranjak, ditangkapnya sesosok gadis yang baru saja dia pikirkan, Tivona. Gadis itu tengah berjalan dengan seorang temannya, namun, tunggu.. Bagaimana bisa ada seorang pria disebelahnya? Mungkin benar, Tivona hanya menganggapnya tak lebih dari sahabat. Segera, dia pergi beranjak dari tempat tersebut. Namun, tanpa diketahui, sepasang mata meliriknya, gadis itu Tivona.
Sore hari, senja sudah mulai menenggelamkan sang mentari. Sepasang sahabat itu siap bertemu Ratu.
"Maaf, Ratu, saya hanya ingin mendapat penjelasan tentang perjodohan itu,"tanya Riyo. "Wah, ternyata kalian sudah tahu. Begini, seorang putri kerajaan sudah dijodohkan oleh seorang pria sebelum lahir. Saat lahir, kalian mengeluarkan cahaya yang sama. Saat itulah kalian dijodohkan."
"Tapi, Ibu, belum pasti yang dijodohkan itu adalah pasangan yang cocok dan abadi," protes Tivona.
"Peristiwa ini sudah turun temurun dan lagipula semua putri mendapat jodoh yang benar. Tak pernah ada kesalahan,"jawab Ratu.
Baru saja Tivona ingin protes kembali, Ratu sudah mencegat, "Riyo mendapat hukuman pergi ke Bumi, kan? Waktumu satu tahun Bumi untuk mengerjakan essay. Namun, bila sudah terlalu dekat dengan manusia, kamu akan terpaksa dibawa pulang kembali, statusmu akan diturunkan derajatnya karena tidak menyelesaikan tugas. Silakan menyelesaikan tugas."
---
"Riyo, kau sudah siap? Penjaga sudah menunggu untuk pergi ke Bumi," seru Tivona setengah berteriak di depan ruangan Riyo. "Tuan Putri, aku sudah dibelakangmu dari tadi," suara dengan senyumnya mengagetkan Tivona.
"Ah, bagaimana bisa aku kalah cepat," gerutu sang Putri.
Tivona menatap Riyo, bagaimana bisa dia berjodoh dengan sahabatnya. Dia sebenarnya mencintai Riyo, namun gengsinya yang tinggi menutupi segalanya. Di perhatikannya pria itu semakin dalam, rambut ikalnya yang hitam mencolok, sorot matanya membawa kedamain tersendiri, bibir pucat kemerahan dengan senyum jahil nan tampan, kulit putih, tubuh kekar dan jangkung, serta tatapan yang membuat hati berdebar. Indahlah semua itu.
Mereka berjalan dalam diam, di ujung lorong, mereka berhenti dan tetap membisu menatap satu sama lain. "Sampai jumpa," ucap gadis itu sambil memalingkan wajahnya menahan air mata. Riyo hanya tersenyum, mengacak rambut gadis itu dan memberi kecupan kecil di pipinya, lalu berlalu. Ingin rasanya Tiv berlari dan memeluk, namun badannya menjadi seperti batu dan lidahnya kelu hingga akhirnya pria itu tak lagi terlihat.
---
Sementara itu seorang gadis di Bumi baru saja terbangun dari mimpinya. Saat yang bersamaan, dia merasakan hal yang berbeda. Entahlah, seperti ada yang aneh dan mengganjal.
****--------****Mohon maaf bila ada kesalahan, heheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary
Teen FictionSiapakah aku dihadapanmu? Kawan atau lawan? Akankah kau tetap berdiri disitu sementara aku terpuruk atas semuanya? Mengapa aku mencintaimu, yang bukan manusia? Mengapa aku menjadi manusia? Mengapa dipertemukan kalau seharusnya tak boleh bertemu? M...