Chapter 5

30 12 4
                                    

Aku tengah berada di taman pusat kota sekarang. Ini sudah seminggu sejak malam itu------aku dan harry pergi ke butik bersama. Dan selama seminggu ini juga hubungan kami mulai dekat. Maksudku, dia mulai sering mengajakku pulang bersama, dan terkadang dia juga menemaniku ke perpustakaan kampus ini.

Dan selama seminggu ini juga aku merasa ada perbedaan padanya. Aku tidak tau apa itu. Hanya saja sikap yang harry berikan padaku, terasa aneh. Kadang saja dia marah, namun sesudahnya dia melembut. Berarti benar dugaanku, kalau harry memang benar-benar memiliki dua kepribadian.

Dan malam ini dia mengajakku untuk ikut bersamanya. Aku tidak tau dia akan mengajakku kemana. Atau mungkin saja dia mengajakku ke butik itu lagi? Oh! Yang benar saja! Tapi taukah kau, kalau aku merasa risih setiap kali aku di dekat harry. Aku baru kenal dengan harry dan dia sering sekali mendekatiku. Dan di posisi ini, aku sudah memiliki kekasih. Tidakkah itu terasa seperti tanda-tanda orang yang mau berselingkuh. Oh! Tidak, tidak. Tidak mungkin. Apa-apaan kau ini, Jen. Lihatlah Connor yang setia menunggumu hingga kau tamat kuliah. Oh ya Tuhan!








Malam ini aku akan pergi keluar bersama harry. Tidak tau kemana. Dan dia menyuruhku untuk tidak perlu repot-repot memakai baju. Apa-apaan dia menyuruhku untuk tidak memakai baju. Itu sama saja dia akan memamerkan tubuhku di depan semua warga New York ini. Atau bahkan dunia.

Aku bergidik ngeri membayangkan kalau saja seluruh dunia tau berita tersebut, dan seluruh keluargaku tau terutama connor. Sialan!
Tak mau berpikir panjang, aku segera memakai baju yang santai. Dan setelah itu terdengar suara bel pintu apartemenku. Aku menebak kalau itu adalah harry. Cepat sekali dia datang.

Segera mungkin aku membuka pintu dan menampakkan sosok harry di dalam balutan kaos biru muda yang bergaris-garis. Oh dia terlihat tampan dalam balutan itu. Eh? Apa yang kau katakan, Jennifer. Tidak, tidak. Dia biasa saja. Aku menggelengkan kepalaku, memalingkan wajahku dari figur Harry yang membuatku terpesona.

"Jangan memandangiku seperti itu Jen. Kau menatapku seolah-olah kau akan bermain denganku."

Perkataannya sukses membuatku meloncat kaget. Ya Tuhan! Apa yang ada dipikirannya. Bahkan sekarang dia sudah menyeringai cabul. Oh apakah harry berpikiran mesum.

"Apa-apaan ? Kau gila ?", ku lihat dia melihatku dari atas sampai bawah sambil mengernyit heran.

"Mengapa kau memakai baju ini ? Kau kira kita akan pergi ke taman, ha ? Pakai baju ini!"

Dia memberikanku sekantong paper bag berwarna silver. "Apa ini ?"

"Bukan apa-apa. Hanya sebuah baju. Pakailah itu. Aku tidak mau kau memakai baju buruk rupa seperti ini.", apa-apaan maksudnya buruk rupa tersebut. Apa dia baru saja menghinaku?

"Hey hey, sudah! Tidak perlu marah. Cepatlah pakai ini. Aku akan menunggumu dia ruang tamu.", lanjutnya dan dia mendorongku ke kamar. Seakan-akan dia tau kalau aku akan meledak-ledak nantinya setelah mendengar pernyataannya.

Mengunci pintu, aku segera membuka isi dari paper bag nya. Sebuah gaun berwarna ungu terang dan sebuah pouch yang selaras dengan gaunnya. Tunggu! Sepertinya aku tau benda ini. Bukankah gaun ini adalah gaun yang harry beli di butik seminggu yang lalu. Mengapa dia tidak memberikan pada orang yang di maksud. Apa dia salah memberikan. Ha! Ya, dia salah memberikan.

"Hey, harry! Sepertinya kau sal---"

"Tidak, tidak. Itu benar. Pakai saja apa yang ku berikan itu, Jennifer!", dia berseru di balik pintu. Sepertinya dia sengaja. Tapi, dari pada aku terkena sentakannya karena terus bertanya, lebih baik aku memakainya.

Lumayan juga pikirku. Ukuran ini pas di tubuhku. Tidak longgar namun tidak juga sempit. Kini aku berdiri di depan kaca dan bersiap untuk keluar. Tapi ada satu hal yang kurang. Aku belum menemukan sepatu yang cocok untuk ini. Aku hanya punya dua sepatu heels berwarna merah. Sisanya, aku mempunyai keds.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang