~Jinagabeorin oerin sijeoren pungseonul tago
Naraganeun yeppeun kkumdo kkueotji
Noran pungseoni haneureul nalmyeon nae maemedo
Areumdaun giokdeuri saenggakna~
Lagu itu menemani perjalanan sepasang ayah anak di dalam mobil sedan yang terlihat sederhana. Malam itu hujan mengguyur cukup deras, namun lagu ini mengalun dengan riang gembira diikuti lantunan suara anak gadis yang ikut terbawa suasana bahagia lagu tersebut.
"appa, aku sangat suka lagu ini, eomma pasti suka juga kan? Aku akan menyanyikan lagu ini di depan eomma" ucap gadis cilik itu dengan senyuman lebar bertengger di wajah manisnya.
"kalau kau yang menyanyikannya eomma pasti lebih suka, yakan? Hahaha" ucap sang ayah menengokkan kepalanya lalu mengelus rambut anak gadis kesayangannya. "ayo bernyanyi bersama" lanjutnya.
"ne!" ucap si anak dengan semangat.
Mereka larut dalam lagu yang sangat menyenangkan ini. Hingga sebuah truk dari arah berlawanan datang dengan kecepatan yang tidak biasa....
"appa awasss!!!!"
Cahaya lampu membutakan dari truk tersebut semakin dekat semakin silau sampai akhirnya semua berubah menjadi gelap, tanpa cahaya.
"appa..." gadis itu membuka matanya perlahan, namun naas yang ia lihat pertama kali adalah sang ayah yang berlumuran darah. Tangan sang ayah menggenggam erat tangan kecilnya. Ia menangis, otak polosnya tidak mampu menjabarkan apa yang terjadi.
Gadis itu menangis dan merintih memanggih ayahnya, namun tidak ada jawaban dari sang ayah. Suaranya parau hampir menghilang.
"appa... appa......." suaranya tak kunjung membangunkan ayahnya hingga ia berusaha kuat untuk berteriak.
"APPA!!!!!!" lalu semua kembali gelap seperti semula.
"jiseok-a wae? Ada apa memanggil appa?" seorang pria paruh baya masuk ke kamar anak sulungnya karena mendengar anaknya terus terusan berteriak memanggil dirinya.
"eoh? A.. apa? Apa aku memanggil appa?" gadis itu terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
"kamu pasti bermimpi buruk lagi ya?" pria yang dipanggil appa itu segera menghampiri putrinya dan duduk disamping putrinya tersebut.
"ha.. tidak seburuk sebelum sebelumnya kok hehehe" jawab gadis itu cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"kau itu, sudah appa bilang jangan terlalu larut. Kau selalu seperti ini, tidak pernah mendengarkan appa" gerutu sang appa. Sedangkan putrinya hanya cengengesan.
"nuna appa sarapan sudah siap" suara seorang lelaki yang tiba tiba muncuk di depan pintu mengagetkan keduanya.
"cepat kau bersiap dan turun ke bawah" perintah sang ayah sambil menepuk bahu putrinya lalu pergi keluar kamar putrinya.
Pria muda yang sedari tadi berada di ambang pintu segera berlari kearah kakaknya di tempat tidur setelah sebelumnya menutup pintu kamar kakaknya. "nuna gwaencanha? Apa yang terjadi? Kau terlihat pucat sekali nuna. Apa kau sakit?" gadis itu dicecar dengan beberapa pertanyaan dari sang adik yang membuat dirinya risih.
"aku tidak apa apa, cuman sedikit mimpi buruk." Jawabnya singkat dilengkapi dengan senyuman kecil yang seharusnya memberikan efek tenang pada lawan bicaranya.
"nuna aku benar benar khawatir.. jangan seperti ini lagi atau aku akan tidur disampingmu setiap malam. Aku akan menjagamu dari mimpi buruk. Percayalah padaku nuna" wajah lelaki itu sekarang dibuat semelas mungkin agar sang kakak tau betapa khawatirnya dia. Namun wajah itu malah membuat sang kakak tertawa gemas dan mencubit dua pipi adiknya itu.
"aigoo.. kamu lucu sekali sih wonhoku.." wanita itu mendekatkan wajahnya kewajah si lelaki dengan gemas menempelkan hidung mereka, seperti seorang ibu yang menempelkan hidungnya kepada anak bayinya.
"aish mwohae? Ige mwoya.. aku sudah dewasa nuna, kau tidak boleh memperlakukan aku seperti ini" ucap lelaki bernama wonho tersebut setelah ia menyingkirkan tangan dan wajah kakaknya dari wajahnya. Kali ini sang kakak benar benar tertawa lepas.
"ahahahaha oke oke kalau kau memang sudah dewasa kau harus keluar dari kamarku karena aku akan mandi dan bersiap siap untuk kerja." Ujar jiseok sambil menepuk nepuk pantat sang adik berniat untuk mengusirnya lebih cepat.
Setelah sang adik keluar dari kamarnya ia segera menutup pintu kamarnya. Ia membuang napas berat "mimpi itu lagi..." keluhnya seorang diri.
15 menit berlalu kini gadis itu sudah berkumpul dengan ayah, ibu serta adiknya untuk sarapan. Keluarga kecil itu terlihat sangat damai dan bahagia. Ya, mereka memang hidup sangat bahagia. Namun dibalik kebahagiaan mereka, ada kabut hitam didalam hati setiap orang disini, di keluarga ini.
Pagi hari ini berjalan seperti biasa, setelah sarapan wonho dan jiseok akan berangkat bersama menaiki kereta bawah tanah. Lalu tuan dan nyonya shin akan pergi ke pasar membeli keperluan toko lalu membuka toko samgyeopsal yang mereka miliki.
~~Wonho PoV~~
Dia selalu seperti ini setelah mendapatkan mimpi buruk. Diam tanpa kata dan terlihat lebih lesu. Aku sungguh sangat penasaran mimpi apa yang selalu mengganggu tidurnya selama bertahun-tahun. Apa dia mimpi akan kehilangan aku? Chk khayalan macam apa itu wonho. Tak bisa aku pungkiri, aku selalu tersenyum jika memikirkan tentang wanita itu menangis karena takut kehilangan diriku.
"nuna tunggu aku!" aku berlari mengejar langkah jiseok yang lebih dahulu meninggalkan aku. Ya setiap pagi kami selalu berangkat bersama dan hari ini kami mulai berpisah di depan stasiun kereta, karena aku akan kuliah dan jiseok akan bekerja di kantor barunya. Sebetulnya aku sangat khawatir karena ini pertama kalinya kami terpisah jauh. Ah bodoh, untuk apa khawatir dia kan sudah dewasa.
Setelah sampai di depan stasiun kereta tiba tiba saja ide ini muncul diotakku karena entah kenapa aku sangat khawatir dengan dirinya pagi ini. "nuna aku akan mengantarmu sampai ke kantor hari ini" aku mengalungkan tanganku dilehernya dari belakang, sedikit membuatnya tersentak kaget. Dengan sigap ia berhenti dan membalikan tubuhnya sehingga ia berhadapan denganku. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang serius.
"bukankah kau ada pertemuan dengan profesor Kim terkait dengan tugas akhirmu?" kini ia bertanya dengan wajah yang sangat serius. Dan pertanyaannya mengingatkanku pada tugas akhir dan profesor Kim yang perfeksionis.
Aku melepaskan tanganku dari dirinya. Ia hanya tersenyum namun senyuman itu lebih terlihat seperti ejekan karena beberapa detik kemudian ia benar benar tertawa untuk mengejekku.
"ahahahaahaha wonho-ya.. kamu sangat bernasib sial nak, kenapa harus profesor Kim?" tangannya menepuk nepuk pipiku berniak untuk mengejek. dia benar benar menjengkelkan, dia membuat pagiku semakin campur aduk.
"aku memilih profesor Kim untuk membimbingku karena kau juga dulu kan dibimbing oleh profesor Kim" aku hanya cemberut dihadapannya, ya hanya dihadapannya aku bisa bersikap manja.
"memangnya kamu gatau profesor Kim itu sangat mendiskriminasikan wanita dan pria. Sebaiknya kamu sekarang pergi ke kampus dan menemui profesor Kim sebelum dia merajuk karena kamu terlambat. Semangat! Faighting adik manisku!" jiseok kembali mencubit kedua pipiku seperti tadi pagi, aku menghentikan dia sebelum dirinya menempelkan hidungnya lagi. Oh sungguh, wanita ini sangat berbahaya. Bagaimana mungkin ia bisa mencubit bahkan hampir menempelkan hidungnya di tempat umum? Orang orang akan mengira kalau dia nuna nuna yang naksir berondong. Yaa tidak apa apa sih kalau begitu juga.
"yasudah aku pergi dulu. Jangan lupa sms aku kalau sudah sampai kantor. Daahh" aku segera berlari kearah berlawanan darinya sementara dia hanya melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is S(h)in
FanfictionCerita ini tidak murni datang dari otak aku, cerita ini terinspirasi dari drama drama dan segala hal berbau brother complex. So, tolong dimaafkan kalau beberapa bagian mungkin berasa tidak asing bagi kalian ya, karena terinpirasi bukan berarti mempl...