Desas desus mengatakan tahun ini akan ada anak baru di angkatan Elis dan Ratu. Desas desus juga bilang kalau anak barunya ada 5 anak. Empat perempuan, dan satu laki-laki. Tapi yang jadi hot topic ya yang satu itu, kabarnya cowok tersebut berwajah bule.
Seumur-umur Ratu pingin banget punya temen dari luar negeri, teman yang benar-benar teman, bukan lewat jejaring sosial maupun sahabat pena. Dan ini merupakan kesempatan emas Ratu! Ratu benar-benar bertekat akan mendekati anak tersebut.
"Gue udah ketemu sama tuh cowok, and guest what? GANTENG ABIS!" ucap Sasha sambil menyilangkan tangan di dada, memeluk tubuhnya sendiri. "Dia juga baik banget, dia ngelempar senyum terus ke gue," sekarang matanya mulai klepek-klepek, atau dilepek-lepekin?
Sasha itu anggota OSIS, dan sebenarnya cuma secara kebetulan aja dia ketemu cowok-ganteng-si-anak-baru itu, pasalnya dia cuma disuruh ketua OSIS buat melampirkan surat keterangan ke ruang kepala sekolah, eh malah enggak sengaja berpapasan deh sama dia.
Hari itu hari pertama bagi anak-anak baru di sekolah mereka. Dan sial, si cowok yang ternyata berdarah Dutch itu enggak sekelas sama Ratu. Si cowok masuk ke kelas 11 IPA 9, sedangkan Ratu di kelas sebelahnya, 11 IPA 10.
"Bete gue!" Ratu banting buku.
"Etdah, masuk-masuk kelas malah main banting aja. Untung gue masih ganteng," cetus Bondan yang lagi duduk di kursi guru dengan kaki di meja sambil bermain ponsel.
"Ganteng eek lo!" ucap Ratu tanpa sensor. "Ga usah banyak cuap deh lo, ck!" Ratu pun duduk di kursi sebelah Elis. Elis sedang membaca buku dengan headset menjulur dari kedua telinganya, tanda-tanda dia tidak mau diganggu, tapi tidak bagi Ratu.
"Elis," panggil Ratu sambil cemberut. Elis bergeming.
"Elis," panggil Ratu lagi. "Gue lepas headset lo tau rasa." Ratu menarik headset Elis terus langsung ngibrit ke kelas sebelah. Dan Elis?
"Anjrit, Ratu! LIAT AJA, HIDUP LO BAKAL PENUH PENYESALAN!!" Elis ikut ngibrit.
Ratu masuk ke kelas sebelah, lari-lari sambil mengangkat headset Elis tinggi-tinggi. Elis mengejar Ratu, mukanya merah padam.
"Rat, balikin nggak!" Elis bercuap di depan kelas.
Anak-anak 11 IPA 9 sudah biasa dengan kejadian ini. Ratu memang terkenal usil. Elis memelototi Ratu. Sedangkan Ratu hanya senyum-senyum.
"Rat, gue bilang BALIKIN!" Ujung alis Elis mulai menyatu, namun mulai memisah lagi ketika Ratu memberi headset tersebut ke anak baru, si Dutch-boy.
Bukan, bukan karena itu. Tapi si Dutch-boy―tatapan matanya. Ada sesuatu disana. Matanya terlalu tenang, seperti tidak sedang melihat apa-apa. Tapi Elis seratus persen yakin si Dutch itu bukannya buta maupun sedang melamun. Namun tatapannya kelewat tenang, bak mata air yang sampai ikan pun enggak berani hidup di sana saking tenangnya.
"Sori ya Elis! Kalo mau headset lo balik, tuh ambil di.. eh siapa nama lo?" ujar Ratu sok manis sambil ngelirik name tag si Dutch-boy. Yang dilirik hanya tersenyum. "Glen Faisal," gumam Ratu. "Lis, ambil di Glen ya! Hahaha!"
Elis memandang marah Ratu. Namun tiba-tiba si Dutch-boy, Glen Faisal, berdiri dan mengembalikan headset tosca itu pada si empunya. Glen dan Elis saling berhadapan. Elis menyambut tangan Glen yang terjulur bersama headset kesayangannya. "Thanks."
Glen tersenyum tipis sambil menggerakkan tangannya di dada kirinya. Mata Elis melebar.
Mungkinkah? Mata Elis mulai menyipit penuh selidik memandang mata Glen.
"Ih! Memuakkan! Kalian berdua ngapain sih? Udang dong pandang-pandangannya!" Ratu melompat ke tengah-tengah dan mendorong mereka menjauh satu sama lain. Glen tertawa kecil.
Elis memandangi punggung Glen yang bergerak menjauh, dengan seribu pertanyaan tersumpel di benaknya.
=========================================
Ini cerita pertama yang aku buat di wattpad, cerita yang mengawali duniaku di wattpadland, cover pertama yang aku masih inget semangatku yang membara waktu bikinnya, tapi jadi cerita yang paling terbengkalai karena menurutku terlalu aneh ceritanya, menurutku haha. Tapiii temenku bilang dia penasaran sama kelanjutannya which means membuatku merasa bersalah. Kan nggak lucu kalo kalah sebelum bertanding. So I'll keep going on perlahan-lahan, karena sebagai penulis kita harus percaya diri sama tulisan kita sambil introspeksi terus. So terimakasih yang udah baca, I mean it :')
For voters, I appreciate it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jigsaw of 5
Teen FictionSeperti seperangkat jigsaw, bagian-bagian yang ada harus disatukan untuk melihat apa yang hendak disampaikan si pembuat jigsaw itu. Dan seperti seperangkat jigsaw ini, which means in reality, sesorang harus merakit kepingan-kepingan itu agar semuany...