Part 15 His Crazy Ex-Girlfriend

8K 1K 11
                                    

"Kai...!" teriak seorang cewek bersepatu hak tinggi super lancip sambil berlari-lari kecil ke arah Kai. Wajahnya berseri-seri layaknya seorang fans yang bertemu idolanya. Cewek berambut cokelat itu memakai jumpsuit berwarna abu-abu. Sepertinya dia jenis cewek yang rela melakukan apa saja demi fashion. Sampai sekarang aku masih penasaran kenapa cewek mau memakai jumpsuit. Baju itu kan sangat merepotkan kalau kebelet pipis. Apalagi, kalau pipis di toilet umum yang kuinginkan adalah keluar dari tempat itu secepat mungkin. Kalau pakai jumpsuit kan harus dibuka semua, jadi kudu berlama-lama di dalam toilet. Seumur hidup aku tidak bakal memakai baju jenis ini.

Kai yang berjalan di sampingku langsung berhenti. Aku dan Melanie ikut berhenti.

"Itu mantannya Kai. Orangnya agak gimana gitu," bisik Melanie.

"Oh," balasku.

Aku melirik Kai, dia bagaikan melihat sesosok hantu. Kayaknya bakal ada kejadian menarik nih. Aku juga penasaran agak gimana itu maksudnya apa? Tapi, enggak mungkin kan menginterogasi Melanie di sini.

"Duluan yuk!" ajak Melanie.

"Kita duluan ya," pamitku.

"Jangan!" kata Kai sambil memegang lenganku dengan tangan kanannya. Aku melihat lenganku. "Aku butuh bantuan kamu," lanjut Kai sambil menatapku penuh harap.

Aku mengangkat alis. Selama ini aku belum pernah melihatnya seperti ini. Kai yang tidak berdaya. Kupikir tidak ada salahnya sih bantuin dia. Mengingat apa yang sudah dia lakukan selama ini. Aku mengangguk. Dia bernapas lega. Tangannya bergerak turun dari lenganku ke telapak tanganku untuk menggenggam tanganku. Kai mempererat genggamannya ketika melihat cewek itu semakin dekat seolah-olah ingin mendapatkan dukunganku.

Cewek berwajah oval itu langsung nyosor dan mencium pipi kanan dan kiri Kai saat berhadapan dengannya. Kai hanya bisa pasrah sebelum memisahkan diri dari cewek itu.

"Kai, kamu kemana aja? Nomermu ganti ya? Kenapa enggak kasih tahu kalau ganti?" Cewek itu terus menyerocos.

"Oh, sorry," jawab Kai singkat.

"Hai, Jessica?" sapa Melanie.

"Hai, Melanie. Ini siapa?" tanya Jessica.

"Ini Lalitya, pacarku," jawab Kai.

Jessica melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu, dia mengalihkan pandangannya ke Melanie, seakan ingin meminta penjelasan Melanie.

"Iya, mereka cinlok. Teman sekantor sekaligus tetangga," kata Melanie.

Ekspresi wajah Jessica berubah menjadi suram. "Oh, gitu."

"Eh, kita duluan ya," pamit Melanie.

Jessica mengangguk lemah sambil memasang wajah sedih.

Sampai di restoran Korea yang dimaksud Baby, orang-orang kantor sudah duduk manis di kursi. Mereka menghadap meja yang hanya berisi peralatan makan dan kompor kecil. Aku tidak melihat Bu Mariana, artinya dia tidak datang. Sepertinya dia jenis bos yang ogah bergaul dengan anak buah.

"Wah, Mel kamu jadi obat nyamuk," oceh Agus ketika kami mendekat ke meja.

Semua mata memandang ke arah kami. Aku baru sadar kalau aku masih bergandengan tangan dengan Kai. Tanpa pikir panjang aku langsung melepas tangan Kai.

"Jangan gitu dong. Lalitya jadi malu tuh," kata Baby.

"Bukan obat nyamuk, tapi bodyguard," balas Melanie.

Aku memutar bola mata dan bersiap duduk. Ada tiga kursi kosong yang tersisa. Aku duduk di antara Melanie dan Kai. Di hadapanku ada buku menu, aku mengambilnya dan membaca daftar harga. Misalnya, seratus ribu kali lima belas orang, satu setengah juta hanya buat traktir makan? Banyak duit nih anak. Kalau aku sih sayang duit. Hari ini Baby ulang tahun ke 25. Dia mengajak semua orang kantor makan malam bersama.

Love Me If You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang