Part 39 As Beautiful as Stars in the Sky

5.9K 1K 62
                                    

Kai menghentikan mobil di depan kafe berarsitektur ala Italia. Begitu masuk ke dalam bangunan bercat cokelat muda itu, aku berhenti di depan lemari pendingin. Mataku memindai deretan gelato aneka rasa dan warna yang dipajang.

"Aku mau Baileys," ujarku.

"Pakai cup atau cone?" tanya seorang cewek berambut pendek.

"Cup."

Pelayan itu mengambil cup, lalu menyendok gelato pilihanku dan menimbangnya. Setelah memberi sendok kayu, dia menyerahkan gelatoku. Aku langsung membayarnya.

"Ternyata kamu doyan alkohol," ujar Kai.

"Aku suka Baileys, tapi apa yang kusukai belum tentu baik untukku. Alkohol itu salah satu pantangan buat orang sakit mag," ujarku. "Aku duduk, ya."

"Oke."

Aku celingak-celinguk mencari posisi paling enak. Ukuran kafe ini sedang dengan konsep minimalis. Ruangannya dibagi menjadi area terbuka dan tertutup. Aku melihat beberapa cowok sedang duduk sambil merokok di teras. Di dalam ruangan hanya dua meja yang diisi pengunjung sehingga ada banyak pilihan tempat duduk. Akhirnya, kutemukan tempat yang kucari. Aku berjalan ke sana, tapi ada seorang cowok mencegatku.

"Audrey Lalitya Arundati?" tanyanya.

Dia terlihat familier. Kuamati dia dengan saksama. Tingginya sedang, kulit sawo matang, rambut cepak. Dulu dahinya tidak selebar ini. Mungkin dia mengalami kebotakan dini entah karena faktor genetik atau beban hidup. Jaman SMP, banyak adik kelas yang mengejarnya.

"Bonaventura Prasaja," balasku.

Dia tersenyum. "Apa kabar?"

"Baik. Kamu di mana sekarang?"

"Riau.

"Lagi libur?"

Dia mengangguk. "Eh, masih ingat sama Titus, kan? Cowok yang ngejar kamu selama dua tahun."

Ew! Aku langsung memasang ekspresi ngeri.

"Besok dia nikah. Aku mau datang bareng Kukuh. Dia masih single lho. Masih naksir dia?" tambahnya.

"Enggak," jawabku cepat.

"Mau duduk di mana?"tanya Kai yang tahu-tahu sudah berdiri di sebelah kananku sambil membawa cup berisi gelato berwarna krem.

Aku menunjuk ke meja incaranku. "Di pojok."

Harapanku Kai akan berjalan ke sana, tapi dia diam di tempat. Sementara Bona memindai Kai dari atas ke bawah.

Kai menyodorkan tangan kanannya yang disambut oleh Bona. "Kailash."

Bona langsung menimpali, "Bona teman SMP Lalitya."

"Lalitya kayak apa waktu SMP?" tanya Kai.

"Anaknya diem, serius dan kaku. Dia cewek paling dingin di sekolah. Ditakutin pakai kadal atau tikus enggak mempan. Lalitya takutnya sama cowok," ungkap Bona.

"Bona gajah kecil berbelalai panjang!" seruku.

Bona tertawa. "Dulu dia manggil aku kayak gitu kalau lagi marah."

"Aku enggak takut sama cowok," protesku.

"Kalau ada cowok yang deketin, kamu langsung kabur. Kamu juga pernah nyuekin aku selama berbulan-bulan," ungkapnya.

Bona adalah teman cowok yang paling dekat denganku waktu SMP. Dulu aku pernah menghindarinya gara-gara tahu kalau dia naksir aku.

"Kamu kan sering duduk di sebelahku," ujarku.

Love Me If You DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang