2

20 3 1
                                    

SECRET LOVER

"Jika ini yang terbaik untukmu. Aku juga akan bahagia" batinku.

Tania

Teng Teng Teng

Tanda bel sudah berbunyi aku dan Sasa bergegas menuju kelas.

Untung saja kelas masih ramai. Bertanda jika belum ada guru masuk. Aku dan Sasa pergi menuju tempat duduk kami.

Pak Arif guru matematika masuk kedalam kelas kami. Setelah itu ia menghadap kearah murid-murid.

"Siapa yang tak mengerjakan Pr?" Tanya Pak Arif.

"Mengerjakan semua pak!" Jawab kompak teman kelasku.

Aku ingin mengambil buku matematikaku ditas. Namun, ku cari-cari tetap saja tak ada di tas ku. Aku takut dihukum sama pak Arif. Aku bergerak gusar mencari buku tulis matematikaku. Sasa menoleh kearahku dengan kening berkerut. Aku balas menatapnya.

"Jangan bilang lu lupa bawa?" Tanya Sasa padaku. Aku hanya mengangguk.

"Gimana sih lo!" Ucap Sasa.

"Gue udah cari dimana-mana tetep gak ketemu. Gimana nih?" Ucapku bingung.

"Gak ada waktu buat lu nyontek punya gue. Seharusnya dari tadi lu bilang!" Bentak Sasa.

"Sekarang gimana nih?" Aku bingung harus bagaimana.

"SASA!" Panggil pak Arif. Sasa melangkah menuju pak Arif sambil membawa buku tugas matematika. Aku bingung sebentar lagi namaku dipanggil. Aku harus bagaimana. Sasa sudah kembali kebangku sebelahku. Sebentar lagi nama-

"TANIA!" panggil pak Arif. Aku pun berdiri dan melangkah menuju pak Arif. Kaki ku gemetar. Tangaku berkeringat dingin. Aku sungguh takut di hukum pak Arif. Pak Arif menatapku tajam ketika aku maju kedepan tanpa membawa buku tugas.

"Dimana bukumu, Tania?" Tanya pak Arif. Aku hanya menundukkan kepala.

"Ketinggalan pak" jawabku gugup dan pelan. Karna aku sungguh takut pada pak Arif.

"Sekarang kamu keluar!" perintah pak Arif. Aku menatap pak Arif dengan raut sedih.

"Tapi pak-"

"Keluar!" Perintah pak Arif sembari memelototi ku. Jika sudah begini aku tak bisa membantah lagi. Aku pun berjalan keluar kelas. Aku menatap Sasa dengan raut sedih. Sasa balas menatapku seakan berbicara Sabar Tan!. Aku pun menoleh kearah teman-temanku. Mereka tampak membicarakanku. Aku hanya menundukan kepala dan melanjutkan jalanku keluar kelas.

Sekarang aku disini. Duduk termenung di samping kelas. Aku menyesal karna lupa memasukan buku tugasku. Kenapa penyesalan selalu datang di belakang. Aku mengedarkan pandangku ke lingkungan sekitar. Sungguh sepi, tak ada orang sama sekali. Maklum kan ini jam pembelajaran dimulai. Sebaiknya aku ke perpus. Belajar rumus matematika di perpus keliatannya menyenangkan. Aku pun bergegas berdiri dan pergi ke perpus. Aku menuruni tangga dengan hati-hati. Tak sengaja mataku melirik kearah lapangan. Dan aku tersenyum ketika melihatnya sedang olahraga basket disana. Senyumku sirna seketika melihat kak Klara sedang mengelap keringat kak Ren. Jujur saja sekarang suasana hatiku hancur ketika melihat itu. Aku ingin menghampirinya dan mencakar muka cantiknya karna brani braninya dia menyentuh pangeranku. Aku sadari jika aku ini salah berkata kasar seperti itu. Aku juga cukup tau diri. Namun rasa suka dan ingin selalu bersamanya itu lebih besar. Aku berharap dia juga melirikku. Walaupun aku tidak cantik di fisik mungkin aku cantik hati. Jangan bermimpi lagi Tania.

SECRET LOVER (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang