9

11.3K 917 30
                                    

I can hear your agony from miles.

.

.

Kakashi menatap wanita yang baru saja mengutarakan permohonannya dengan pandangan menyelidik. Bukan hanya dirinya, tetapi Sasuke yang juga berada di ruangan itu tampak cukup terkejut dengan penawaran Sakura.

"Apa kau merencanakan sesuatu?" Ucapnya. Bagaimana mungkin perempuan keras kepala yang awalnya menolak dan bersikeras tidak terlibat dalam operasi kini menawarkan diri untuk ikut dalam skema pembalasan mereka.

"Apa yang membuatmu berubah pikiran?"

Sakura menghela nafas, sudah dia duga mereka akan langsung bersikap skeptis terhadap penawarannya. "Kalian mau aku hanya sebagai boneka pajangan atau sebagai pion tambahan? Aku akan sangat berguna, aku mengenal si busuk itu begitu lama. Kalian membutuhkanku."

Sasuke menatapnya tajam, seolah berusaha mengeruk keluar rencana-rencana di kepalanya dan membuatnya gentar. Namun Sakura adalah Sakura, dia balas menatap Sasuke berusaha meyakinkannya.

"Kau mungkin bisa berguna," Sasuke memangku wajah, memiringkan kepala tanpa memutuskan tatapan mereka, "tetapi bagaimana kami tahu kau tidak akan membelot. Aku benci kutu pembangkang yang berkhianat di menit terakhir."

"Aku siap mati di tanganmu," Sakura mengulas senyum tipis, "kita berada di lembar yang sama, Uchiha. Kau mau menjatuhkan Sasori, begitu pula denganku. Berkhianat darimu adalah hal bodoh, nyawaku jaminan bahwa itu tidak akan terjadi."

Kakashi menganggukkan kepalanya kemudian menghela nafas, "baiklah kalau begitu. Kurasa ucapanmu cukup meyakinkan. Sasuke?"

Sasuke mendengus melihat sorot keyakinan di kedua iris vidrian itu. Dia menyeringai.

"Hn, kita lihat seberguna apa kau kedepannya."

-SweetRevenge-

Sasori adalah bajingan licik. Dia tahu benar bahwa semenjak Sakura menghilang maka mansion Haruno bukanlah tempat aman untuk bersembunyi. Dia tahu jelas bahwa Sakura tidak mungkin diculik oleh orang rendahan, jelas musuh bisnisnya berusaha memanfaatkan Sakura untuk mencari celah menjatuhkan dinastinya.

"Dia punya vila di perbatasan kota," Sakura menunjuk daerah dataran tinggi di perbatasan pada peta yang kini terbuka lebar di atas meja, "aku pernah ke sana sekali, dulunya itu milik ibuku. Situasi terbaru di sana tentu tidak bisa kujelaskan, tetapi aku masih mengingat beberapa bagian bangunan itu."

"Jadi dia sengaja membiarkan mansion utama Haruno dalam penjagaan ketat walaupun dia tidak tinggal di sana dengan harapan kita berhasil ditangkap jika menyerang ke sana?" Karin angkat bicara.

"Ya, dia memindahkan semua yang dia anggap penting ke vila Haruno," Naruto menjawab, "karena itu kita tidak menemukan apa-apa."

"Kalau kita memang berniat meringkus Sasori dan mengambil semua bukti kecurangannya di dunia bisnis, kita harus bisa memetakan aktivitasnya dan juga harus tahu kapan dia berada di rumah," Shikamaru bersidekap, mengamati dari sudut ruangan, "harus ada pengintaian terlebih dahulu."

"Naruto kau urus teknisnya. Retas kamera pengawas vila itu, kuberi waktu enam jam. Emailku, nanti malam," Naruto mengangguk mendengar perintah Sasuke, dia sedang menyusun apa yang harus ia lakukan.

"Jika kita butuh orang dalam, setiap Sabtu pagi bahan makanan diangkut dengan mobil pick up, seseorang bisa masuk dari sini," Sakura mengingat rutinitas mereka.

"Sui bisa melakukan itu," Kakashi menatap pria malang yang hanya bisa setuju, "Sabtu itu lusa, kita akan urus itu nanti."

"Brainstorming nanti malam, kita butuh pemetaan lokasi terlebih dahulu," Sasuke melirik Naruto, "kalian bisa bubar untuk latihan. Kakashi, Naruto, dan kau," dia menunjuk Sakura dengan dagunya, "tinggal di sini."

Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang