Prolog

637 29 11
                                    

Tidak bisa kembali lagi..

Tahun yang sangat menghancurkanku, tahun 2012. Sakit sekali rasanya saat orangtuaku mengatakan bahwa aku sekeluarga akan pindah ke Purwokerto karena papahku di dinaskan disana.

Sakit sekali.. apalagi di Cibinong (salah satu kabupaten di Bogor) aku memiliki sahabat yang aku sudah anggap sebagi keluarga sendiri, sahabat dari waktu aku masih belum sekolah sampai kelas 4 sekolah dasar. Tentu banyak suka maupun duka karena sudah 10 tahun aku tinggal disana; mulai dari mencuri cherry, mengamen karena tidak diberi uang jajan, bersepeda bersama, main tos-tosan kartu (naruto dan kawan-kawannya), manjat pohon, bermain bola dan masih banyak hal lainnya yang aku alami, apalagi adanya rumah pohon yang membuat semua kenangan menjadi lebih berwarna.
Kebayang bukan bagaimana rasanya harus meninggalkan kota berjuta kenangan itu? Satu hal yang ada di pikiranku, aku tidak sanggup meninggalkan mereka.

Aku memikirkan bagaimana nanti kalau semua teman-teman berbicara menggunakan bahasa jawa, aku takut bahkan bisa dibilang sangat takut. Aku takut tidak memiliki teman seperti teman-temanku yang ada di Bogor, they are the best-bestfriend I ever had.

Dari semuanya, ada satu yang membuatku benar-benar tidak sanggup meninggalkan kota Bogor, yaitu aku akan jauh dari saudara dekatku. Siapa yang nantinya akan menemani weekend-ku? Apakah di Purwokerto aku memiliki saudara?

Jujur, saat itu aku jarang sekali berdoa bahkan bisa jadi aku tidak pernah berdoa. Aku hanyalah anak SD yang ikut rutinitas untuk pergi sekolah minggu ke salah satu gereja yang ada di Bogor.

Hingga akhirnya hari H pun tiba, aku pindah ke Purwokerto, kota yang jauh lebih kecil dibanding dengan kotaku yang sebelumnya.

Saat itu juga, nenekku mendaftarkan sekolah di sekolah dasar dekat rumah (tanpa sepengetahuanku). Aku berekspektasi tinggi, aku membayangkan sekolahku nantinya akan indah dan rapi, intinya aku menginginkan sekolah yang bagus dan aku harap itu bukan sekolah negeri, melainkan aku ingin bersekolah di sekolah swasta, tetapi apa boleh buat, harapanku tidak sesuai dengan apa yang di inginkan Tuhan. Aku bersekolah di sekolah negeri dan aku selalu dihina dan dibully karena agamaku berbeda dengan mereka.

Sebutan "salib", "yesus", dan "kristen" sudah menjadi makananku sehari-hari saat SD. Tuhan yang beri kekuatan. Entah mengapa aku dapat bertahan di sekolah itu sampai kelas 6 SD. Kalau aku disuruh memilih, bisa saja aku pindah sekolah ke sekolah swasta saat itu juga.

Hingga akhirnya, aku mendapat nilai UN tertinggi di sekolahku dengan rata-rata yang sangat memuaskan dan aku diterima di SMP favorit di kota ini.
Mulai saat itu, aku belajar untuk mengenal Tuhan Yesus.

Well, kisah kehidupanku pun dimulai.

Your Love Awakens MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang