Pov : Desi
Masih teringat jelas dalam ingatanku.
Ingatan tentang seorang kakak perempuanku, ingatan tentang seorang kakak terbaik yang pernah ada yaitu ''Dina''Seorang kakak yang siap mengalah, yang siap dihukum sekalipun itu bukan kesalahanya,kakak yang selalu menangis saat adiknya menangis
Kakak yang selalu menguatkan walau sebenarnya dia pun terluka,yang selalu melindungi,menjaga, dan menggenggam erat jemari mungil adiknya.
Usia kami memang tak terpaut jauh mungkin,itu yang membuat kami selayaknya anak kembar.Kepribadian kami pun tidak jauh berbeda.Aku ingat ia sering mengajak ku bersepeda menikmati angin sore bersama.
Seperti saat itu"Mbak, kita mau kemana??,'' tanyaku seraya berpengangan dibahunya.
Ia pun tersenyum dan menjawab "Hari ini kita ketaman main perosotan, Ok'' kaki nya sibuk mengayuh sepeda kami
"Okeee'' jawab ku dengan gembira.
Kami bermain dengan asyiknya,berlari tertawa bersama menikmati angin sore hari ,menunggu indah nya senja dan tanpa sadar matahari pun sudah mulai tenggelam.
"Dek,pulang yuk udah sore nih'' sambil meraih stang sepeda dan duduk di jok sepeda bersiap mengajak ku pulang
"Iya mbak,aku takut nanti mama marah gimana'' sambil menggenggam tangannya dengan penuh rasa kuatir.
"Udah enggak apa-apa nanti mbak yang hadepin'' katanya meyakinkanku
Walaupun sebenarnya aku tau dibalik itu semua ia pun merasa ketakutan
Kami pun pulang dengan tergesa-gesa, kakak ku mengayuh sepeda nya lebih cepat tidak seperti saat pertama kami pergi tadi.
berharap agar kami lekas sampai dirumah.
Benar saja setibanya kami di rumah, mama sudah menanti kami didepan rumah mama marah menanyakan mengapa kami baru tiba di rumah sesore ini
"Din,kamu ajak adik kamu main kemana? jam segini baru ingat pulang?" dengan raut wajah serius
"Cuma main ketaman kok mah,enggak jauh kok di komplek BGN'' kakak ku menjawab
"Ya udah mandi sana, ingat ya lain kali jangan begini lagi.Awas kalo diulang lagi mamah hukum'' katanya dengan nada sedikit keras.
Lalu mbak ku mengambil handuk dan mengajakku mandi.
"Yuk, de mandi'' sambil menggenggam tanganku mengajak ke arah kamar mandi
"Mbak, gak apa apa ??''bisiku dengan khawatir
"Enggak dek, mbak engga apa-apa. Kan mbak udah bilang,mbak yang hadepin kalo kita dimarahin.'' kata kakak ku menjawab tanpa ada rasa ragu di raut wajahnya
Ya begitulah mbakku dia selalu terlihat lebih tegar setiap harinya.
Selalu kuat menerima semua omelan dari mama dan bapak.Ya memang mamah dan bapa terbilang cukup keras terhadap anaknya.
Sifat mereka pun tak jauh berbeda.
Mereka sama sama keras kepala dan tak mau mengalah.
Tak jarang kami melihat mama dan bapa bertengkar, sekalipun itu hal sepele.Tapi biarpun seperti itu aku merasa hidup kami bahagia. Bisa makan bersama bercanda tawa bapak juga tak jarang mengajari kami dan bercerita hal hal lucu.
Mama dan bapa selalu bisa menunjukan rasa sayang mereka walau terkadang tertutupi oleh sifat mereka yang keras.
Tapi bukankah setiap orang tua selalu sayang terhadap anaknya sekalipun mereka pemarah??.
Aku selalu meyakini hal itu sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister
Non-FictionTerpisah tanpa hidup bersama tumbuh bersama .. Kami jalani hidup masing-masing merasa sendiri.. Pahit manis kami jalani,merindukan dari kejauhan tanpa tau saudari ku berada dimana,sedang apa .. Apa yang di laluinya ,entah dia bahagia atau tidak samp...