Part 1

86 2 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama Adelina Adora masuk sekolah sebagai anak kelas sebelas setelah libur panjang yang bagi Adelina Adora masih kurang panjang. Adelina atau yang akrab di panggil Dora oleh teman-temannya memasuki kelas barunya. Tanpa disangka, anak dengan kepintaran yang sangat rata-rata dapat menduduki kelas IPA. Dora bersyukur dengan hal itu, sebenarnya Dora pintar. Hal ini terbukti ketika masih duduk di kelas Sepuluh ia mendapat rangking sepuluh besar yahh walau nilai yang mendominasi adalah mapel IPS. Untuk sekarang Dora masih bisa bersyukur karena ia masuk kelas IPA seperti keinginan orang tuanya. Urusan dia bisa kimia,fisika,dan matematika Dora akan mengurusnya nanti. NANTI.
Dora memilih bangku nomor dua dari depan, bangku favoritnya sejak kelas sepuluh. Ia menatap lurus kedepan. Dora membayangkan bagaimana nasibnya kedepan dikelas IPA kelas yang sama sekali takdiinginkannya walau tanpa dipungkiri ia juga senang masuk dikelas itu. satu persatu teman Dora datang hingga kelas sudah penuh diisi oleh anak-anak yang kelihatannya gemar menghitung. Haha. Karena Dora merupakan anak yang supel kini ia sudah mengenal teman diseluruh kelasnya, bahkan ia sudah tertawa terbahak-bahak dengan lelucon yang ia buat sendiri. "Eh eh, diem diem. Bu Dinda dateng." Iya itu adalah suara Jackson, cowok petakilan yang tingkahnya hampir mirip dengan Dora. Ody teman sebangku Dora langsung bergumam dengan menatap Dora. "Eh, dordor masa iya wali kelas kita si BU Dinda, bisa bahaya nih." Dora yang harus terbiasa dengan panggilan terbarunya yaitu "Dor-Dor" menatap Ody dengan senyum menawan."Haha,emang kenapa kalau Bu Dinda?" "Serem tau." Ketika Dora ingin menjawab Bu Dinda sudah lebih dulu mengucap salam sehingga membuat semua siswa menatap ke depan dan menjawab salam dari Bu Dinda. "Alhamdulillah, saya dapet anak IPA kali ini. Sudah mengenal sya semua ya?" "Sudah Bu." "Oke,saya akan mulai mengabsen satu persatu. Adelina Adora?" Dora belum mengatakan hadir,teman-temannya dengan sangat kompak mengatakan "Dor-dor bu." Setelah itu seluruh isi kelas tertawa terbahak-bahak tak terkecuali ibu Dinda juga ikut tertawa,bahkan sampai matanya berair. Dora sendiri hanya tersenyum cengoh melihat kelakuan makhluk-makhluk biadab yang ada disekitarnnya kali ini."Oh, jadi panggilan Adelina ini Dor-dor ya?" Dora belum menjawab, Jackson sudah menyahutnya "iya bu." Bu Dinda dengan menahan tawanya yang sebentar lagi keluar hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Saat Bu Dinda hendak mengabsen muridnya lagi. "Permisi bu." Jantung Dora seperti terhenti seketika, itu adalah Pak Rafa. Sosok yang belakangan ini menganggu Dora,atau lebih tepatnya sosok yang belakangan ini membuat jantung Dora berdetak cepat, bahkan jika hanya mendengar namanya disebut. "Iya ada apa ya Pak Rafa?" "Engh,maaf saya boleh masuk sebentar?" "Silahkan." Pak Rafa sedang berbisik-bisik dengan Bu Dinda. Setelah beberapa menit kemudian, bu Dinda memanggil "Dor-dor, eh maaf maksud saya Dora. Kesini sebentar nak." Dengan langkah yang pasti,ia menghampiri Bu Dinda dan Pak Rafa. "Iya ada apa ya bu?" "Kamu ikut Pak Rafa bentar keruangan kepsek." Mulut Dora menganga sempurna, bukan karena ia kaget karena harus ke ruang kepsek,tapi karena ia harus pergi bersama Pak Rafa. "Dor,kamu nggak papa?" "Eh? Hehe nggak papa kok bu. Mari pak." Dora berjalan lebih dulu daripada Pak Rafa yang notabennya guru dari Dora. Semua mata menatap tingkah konyol Dora, belum sampai ia dipintu, kemudian ia berbalik badan dan berkata. "Ah, maaf pak bu." Semua seisi kelas tertawa melihat ekspresi konyol Dora. Ody yang merasa pundaknya ditepuk Jackson pun menoleh kebelakang. "Apasih Jek?" "Temen lo kok aneh salting gitu sih?' "Ya wajar lah ya, dia suka sama Pak Rafa sejak Pak Rafa jadi guru baru disini 3bulan yang lalu." Jackson mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Ody barusan. Memang bukan rahasia lagi jika Dora menyukai Pak Rafa, bahkan sekarang Dora sendiri ragu apakah Pak Rafa belum mengetahui isi hatinya. Selama perjalanan, Dora bahkan tak sungkan mmencuri pandang ke arah pak Rafa. "Ehm Adel, kenapa daritadi kamu mandangin saya kayak orang cengoh gitu?" "Ah Bapak, perasaan bapak aja kali." Jawab Dora sekenanya sambil memukul pelan lengan Pak Rafa. Pak Rafa membelakkan mata tak percaya melihat tingkah gadis disebelahnya kini."Astaga, maaf pak maaf banget." Pak Rafa hanya menganggukkan tak acuh permintaan maaf Dora. Sesampainya di ruang kepsek, Dora masuk keruang ber-AC itu sendirian, sedangkan Pak Rafa? Ia melanjutkan pekerjaannya sebagai spesialis komputer. "Jadi, kamu yang namanya Adelina Adora?" "Iya saya." Jawab Dora dengan penuh percaya diri, walau tatapan intimidasi begitu mencolok oleh sang kepsek. "Kamu sering keluar negeri dulu kelas sepuluh hanya karena dance compitition? Dan menang dengan hanya membawa nama sanggarmu?" "Hehehe, akhirnya ada yang ngakuin bakat gue. Ehm, iya pak memang." "Nilaimu di pelajaran juga sangat stabil." "Itu kehebatan saya pak." Pak Rudi yang merupakan Kepsek yang paling ditakuti oleh seisi sekolah hanya bisa takjub melihat salah satu muridnya berlaga santai bahkan sangat percaya diri saat ia melontarkan pujian. "Baik, jika kamu hebat, saya hanya akan meminta tolong keluar dari sanggar itu dan belajar lebih giat lagi, dan jangan pernah mengikuti kompetisi goblok gak guna macam itu." Mulut Dora menganga sangat lebar, senyum yang ia tebarkan secara sukarela enyah begitu saja dari wajahnya. Dora menatap Kepseknya tajam dan dingin, bahkan Pak Rudi bisa merasakan aura kemarahan yang sedang melanda muridnya."Atas dasar apa Bapak menyuruh saya seperti itu? Nilai saya juga stabil." "Karena kamu tidak membawa nama sekolah kita." Dora tersenyum miring mendengar apa yang dikatakan Pak Rudi barusan."Jadi, ini mau bapak? Tenang saya akan membawa nama sekolah kebanggaan bapak kali ini. Yah walau nyatanya saya bisa dance bukan dari sekolah konyol ini." "Oh, oke jika itu maumu. Dan satu lagi, jika kamu gagal tidak mendapat juara satu maka, sanggar konyolmu itu akan saya robohkan." Dora menatap tak percaya kepada kepseknya itu tapi sedetik kemudian ia tertawa keras sangat keras sampai Rafa yang sedang membenarkan laptop salah satu gurupun ikut mendengar tawa Dora."Hahaha, pak Bapak nggak sedang becanda kan? Bapak kira saya nggak bisa dapat juara satu Dance Compettion? Bapak nggak tau sih piala saya dirumah banyak dan nggak ada tertulis juara dua disana." Pak Rudi menatap sinis muridnya yang satu ini."Kali ini bukan perlombaan biasa tapi WORLD DANCE COMPETITION, dan bukan kamu sendiri yang menari melainkan teman-teman dari teater yang sama sekali belum mengenal dunia tari. Saya hanya ingin tahu kemampuan guru narimu itu dan kemampuanmu juga tentunya." "Silahkan pak Silahkan lakukan sesuka bapak."
Setelah perdebatan itu, Dora keluar dari ruangan kepsek dengan tatapan yang kalut. Bahkan ia tak mengucap salam ketika akan keluar dari TU. Dora kembali kekelasnya yang ternyata sedang sibuk memilih ketua kelas. "Yaaaaaaaaa, Dordor dateng. Lo jadi ketua kelas ya dor?'' "Ogah" Jawab Dora singkat,padat dan jelas. "Yaelah, lo kan yang paling oke diantara kita semua?" "Iya dor, mending lo aja." Kini Lurri ikut bicara. Teman-teman sekelasnya pun riuh menyuruh Dora menjadi ketua kelas. Dora yang pikirannya sedang kacau pun mendobrak mejanya keras dan membuat siapa saja yang ada disitu bungkam. "hehehehehehehe." Dora nyengir tak berdosa atas tindakannya barusan, lalu ia melanjutkan pembicaraannya. " Temen-temen, kalian tau gue sama kayak si ojek, kenapa kalian maksa kita jadi ketua dan wakil? Masih banyak yang lebih bener dari gue ataupun si ojek." Lurri ingin menimpali perkataan Dora tapi Brian segera mengambil suara "Udah, biar gue aja yang jadi ketua kelas." Smua orang bertepuk tangan, Dora juga langsung melakukan highfive dengan jackson sambil mengucapkan "Hassa"
Dora sedang duduk dibangkunya dan bergosip ria dengan teman-temannya mengenai ada pasangan baru. Ody sangat serius mendengarkan cerita Dora yang bahkan Dora sedniri pun tak yakin jika omongannya itu benar atau salah. Ketika suasana kelas sedang riuh, Brian datang bersama Lurri. Iyaah mereka memang ketua dan wakil dari kelas 11 IPA 6. Kelas terakhir yang bertender Ipa di sekolah Dora. Tak heran jika semua anak-anak dikelas itu berkelakuan sangat tak wajar. "Temen-temen, bisa diam nggak?" Lurri bertanya dengan tampang soknya. "Biasa aja kali lo nyet." Jackson menyahutu, Lurri hanya melengos mendengar cemoohan Jackson. "Disini ada anak teater?" Brian bertanya, dan Dora terkejut melihat hampir satu kelasnya merupakan anggota dari tim teater."Oke, cukup banyak juga. Yang ikut teater, nanti pulang sekolah jangan pulang dulu." Terdengar suara mengeluh dari beberapa anak dikelas Dora. "Kalian bisa mengikuti Dora dan Ghani anak sebelas ipa 5 ke sanggar Dance mereka. Oh ya, kalian akan mulai dikarantina besok, tapi pagi juga kalian tetap sekolah. Dan acara iini sudah disetujui orang tua kalian." Brian mengakhiri pengumumannya. "Eh, Dor lo anak dance ternyata." Prima bertanya kepada Dora. "Hehehe, iya." Saat Prima hendak melanjutkan introgasinya, Dora melesat keluar begitu saja. Dia menuju kelas sahabat yang paling ia sayangi yaitu Ghani Andres anak ipa 5 yang juga bergabung dengan sanggar FSD. Sebenarnya bukan mereka berdua saja, tapi karena kelas yang paling dekat dengan Dora hanya Ghani di tambah Ghani adalah sahabat Dora. Jadi, tak ada pilihan lain selain menghampiri Ghani. "Woi Luk. Si Ghani mana?" Luluk teman sekelas Ghani pun memanggil Ghani."Ghan, dicariin cabe-cabean lo nih." Dora menjitak kepala Luluk sembarangan."Hehe, sori sis." Ungkap Luluk. Ghani menghampiri mereka berdua. Dora langsung saja menarik tangan Ghani untuk mengajaknya ke taman belakang sekolah. "Ni, gue kacau banget nggak sih hari ini. Sial mulu gue ah." "Lo kenapa sih Lin, cerita sama gue." Dora tidak bercerita tapi malah menangis sejadi-jadinya. Ghani bingung dengan kelakuan gadis disebelahnya, selanjutnya ia memeluk Dora dan mengusap-usap kepala Dora dengan maksud menenangkan.
Ghani dan Dora kembali lagi kekelas mereka masing-masing. Dora duduk disamping Jackson, dan Jackson yang sedang menikmati Sari roti pun menolehkan kepalanya menghadap Dora. "Lo gak papa? Mata lo sembab gitu?" "Heh? Gue gak apa kok." Jacksoon menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Citra tergopoh-gopoh memasuki kelas sahabatnya yang juga rekan satu grup jika mereka menari. "Ada Dora nggak?" "Gue disini, bego. Ngapain lagi sih?" "sSini deh sini,cepet." Dora menghampiri Citra dan dengan sigap Citra berbisik ditelinga Dora. "Lo tau, kita bakalan dikurung di rumah pendidikannya pak Rudi." Dora membulatkan matanya."Hah, serius lo?" "Iya lah, sama Kak Funngky juga terus bang Bobby." "Gila tuh kepsek." "Tapi yang bikin gue seneng adalah : pertama, nanti disana bakalan ada yang ngawasin kita dari pihak OSIS namanya Abyan Nandana anak Ipa 5,dan kita dilatih fisik sama anak paskib namanya Aaron Blenda yang juga kelas sebelah lo. Dan yang paling mengesankan bagi gue dan ngebuat hati lo seneng adalah kita bakal tinggal sama guru kecengan lo." "Ha ha A a apa Pak Rafaa?" "Iyaaps." "Wah mantap ini mah, gue kalo tinggal sama pak Rafa mau sampek gila juga gue betah kali Nyet." "Alah, sadar kek, pak Rafa tuh jelas udah punya calon istri." "Biarin Wlleekk." "eh, tapi kenapa mata lo bengkak. Dan tadi gue ketemu Ghani kan kemejanya basah." "Ya udah lo tarik kesimpulan sendiri aja." "Dih, gitu aja terus sampek sukses." Citra memang paham dengan apa yang terjadi dengan salah satu sahabatnya ini, jika ia ada masalah pasti akan lari ke Ghani dan ngebuat apapun yang pake Ghani basah karena kena air matanya. "Udah deh, gue mau nyusulin si Hanun sama Lita, lo nenangin diri lo aja dulu. Nanti pas disanggar lo harus cerita sama gue dan yang lain." "Siap boss." Jawab Dora dengan tangannya memberi hormat layaknya pasukan kepada kaptennya.
Setelah Citra sudah tak terlihat lagi oleh mata Dora, Dora kembali kekelasnya. "Kok nggak ada pengumuman buat ulang tahun sekolah kita ya Dy?" "kagak tau juga gue." Jawab Ody sekenanya. "Dy, lo anak teater juga?" Ody mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Dora. "Kelas kita siapa aja yang ikut teater dan ditunjuk sama Kepsek buat ikut gue?" "Ehm, Si Ojek, gue,Prima, terus sama Brian." "Eh? Brian si kulkas berjalan itu anak teater?" Ody menganggukkan kembali kepalanya "Yahhh,walaupun setiap ada peran buat dia. Dianya nolak dan milih jadi orang dibalik layar." "Waahhhh,gila tuh anak. Kayak gitu mau dance bareng kita. Wahhh nggak nyangka guee, waahhh gila gila." "Lo kenapa sih Dor, biasa aja kalii. Nih ya, gue liat dia kayaknya suka sama lo deh." "Ody, temen baru gue yang cantiknya nggak cantik-cantik amat." Ody menjitak kepala Dora." Eits,santai dong kak. Gini deh, gue sama Brian baru kenal hari ini. Nih pagi. Gimana bisa lo ngomong gitu?" "Hehehe,kan gue bilang kayaknya." Dora ingin menyahut kembali tetapi bel yang berbunyi panjang pun terdengar dan membuat semua siswa ricuh karena nyatanya ini masih pukul 10.15 dan bel panjang itu adalah tanda pulang. Semua siswa berhamburan keluar kelas kecuali Dora,Prima,Jackson,Ody dan Brian. "Eh, lo berempat bawa motor kan? Yuk langsung aja." Mereka berlima menuju parkiran dan diparkiran sudah berkumpul anak-anak yang ikut kesanggar,jika dihitung total ada 20 orang. "Ni Ghani, terongnya gue. Gue nebeng lo yaaa." "Iya sayang." "NAJIS!!!" semua yang ada disitu hanyatertawa melihat adegan yang ada dihadapan mereka. Selanjutnya, layaknya konvoi mereka berjalan menuju sanggar FSD yang letaknya tak jauh dari SMAN Suka Cita (Sekolah yang mereka tempati.)
Disinilah mereka. Disanggar FSD. Dora terlihat begitu serius dengan Kak fungky,bang Bobby,Hanun,Citra dan Hanun, dan Ghani. Sedangkan yang lain hanya duduk bermalas-malasan di lantai. "Assalammualaikum." Semua mata tertuju dipintu begitu juga sekelompok manusia yang sedang serius berdiskusi. "Waalaikumsalam." Jawab mereka serentak. Dora tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok Pak Rafa yang datang dengan Abyan dan Aaron yang mengekori dibelakang Pak Rafa. "Ah, sudah datang rupanya. Silahkan masuk keruangan saya Pak. Dan kamu anak-anak bandel (sambil menunjuk Dora dan kawan-kawannya) ganti baju kalian habis itu pemanasan dan latihan gerakan yang bang Bobby ajarin kemarin." "yaaaaa" Jawab mereka malas. Pak Rafa,Bang Bobby,Kak Fungky,Abyan,dan Aaron pun masuk menuju ke ruangan Bang Bobby. Sedangkan anak-anak yang ditunjuk oleh bang Bobby melangkah hilang menuju kamar ganti yang tersedia di sanggar ini. Dora keluar dengan celana dance dan kaos oblong bertuliskan "Dance tour" di belakangnya, begitupun dengan yang lain. Mereka memang selalu menyamakan kaos latihan mereka. Agar lebih semangat katanya. Ketika Dora dang gengnya melakukan peanasan, yang lain hanya menatap takjub karena Dora dan gengnya terlihat sangat seksi saat pemanasan. Mereka semakin tidak sabar untuk melihat makhluk-makhluk yang ada didepannya melenggak-lenggokkan tubbuhnya. "eh dor,body lo oke juga. Dance gih." Ody menoyor kepala Jackson, sedangkan Dora nampak tak peduli dengan celotehan Jackson. Ghani menyudahi pemanasan mereka dan mengarahkan teman0temannya agar membentuk formasi yang telah ditentukan, lalu ia menyalakan musik daaannn mereka mulai menari. Semua yang ada disitu takjub dengan gerakan Dora dan teman-temannya tak terkecuali Pak Raffa,Abyan,dan Aaron yang sudah keluar dari ruangan Bang Bobby semenjak 2 menit yang lalu. Semua orang yang ada didalam sanggar seolah-olah tersihir dengan tarian dan gerakan Dora aserta yang lain. 3 menit lamanya mereka menari dan 3 menit pula para penghuni tertegun dengan apa yang dilihatnya. Setelah musik selesai,semua bertepuk tangan lalu Kak Fungky mengambil suara. "Kalian juga akan nampak keren jika bisa menari, jadi, silahkan pulang. Kalian juga anak bandel(menunjuk Doran dan yang lain.) terus kemasi pakaian yang sekiranya bisa dipakai selama 1 bulan. Kalian bakalan dikarantina di rumah pendidikan punya Pak Rudi,bawa buku pelajaran kalian juga. Karena kalian tetap sekolah meski ditempat yang berbeda dengan yang sebelumnya." "Iya kak." Jawab anak-anak. Semua anak didik baru Kak Fuungky pun meninggalkan sanggar begitu juga Pak Rafa,Abyan dan Aaron.

Rasaku 17 tahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang