part 4

10 1 0
                                    

                      Pipi Dora terasa dingin,ia menoleh kesamping ternyata Ghani lah yang menempelkan minuman dingin ke pipi Dora. Ia meraih minuman tersebut sambil tersenyum ke arah Ghani. disaat yang sama juga, Ghani duduk disebelah Dora. "Capek ya Gan, parah banget. Mana nanti malem sekolah lagi." Ghani menoleh kesamping dan tersenyum mendengar keluhan sahabatnya itu. "Lin, lo suka ngeluh tapi lo suka kerja keras. gue jadi makin sayang sama lo." "Yaelah Ghani sayang, gue juga sayang kalee sama elo. Hehe." Dora mencubit pipi Ghani gemas lalu beranjak pergi dari hadapan Ghani, Dora tak sadar jika perlakuannya terhadap Ghani membuat jantung Ghani berdebar tak karuan. Dora menghampiri Kak Fungky yang sedang duduk termenung sambil melihat layar laptopnya. "Kak,ada apa sih kak?" "eh,kamu Dor. Terimakasih ya, udah mau bantu Kak Fungky pertahanin nih sanggar. Kamu udah kerja keras banget hari ini. Sini peluk." Dora menghambur kepelukan coach tersayangnya itu. entah kenapa,berada dipelukan Kak Fungky ia berasa nyaman. Ghani yang melihat kejadian tersebut hanya tersenyum. "Kak,udah ah, Dora mau mandi dulu abis itu istirahat kan nanti malem mesti sekolah. Mana jadwalnya Fisika lagi." "Haha. Ya udah sana."

                  Malam ini adalah malam pertama anak-anak merah jambu untuk menerima pelajaran. Semua peserta didik sudah berkumpul diruang belajar. Malam ini, guru fisika adalah Pak Rafa karena memang guru yang bertugas sedang ada halangan. Pak Raffa mengabsen satu-persatu anak didiknya dan saat ia memanggil Adelina Adora, cewek barbar itu tak mengeluarkan suara bahkan, sosoknya tak ada diruang belajar."Ada yang tau Dora kemana? Lita kamu kan sekamar dengan Dora." "Wah pak, tadi sih pas Lita bangunin dianya nggak mau bangun. Mungkin kecapekan." "Astaga..." Baru saja Rafa akan memulai ceramahnya, Dora tergesa-gesa masuk ke ruang belajar. Ia mengenakan kemeja putih kedodoran dengan celana kain warna hitam. "Maaf pak telat, Dora lupa." Pak Raffa dan yang lain mengarahkan pandangan ke dada Dora yang terlihat sedikit karena memang 3 kancing atas Dora belum terpasang. "Ehm, iya bapak maafkan. Tapi itu, sebaiknya kancing kemeja kamu benerin dulu." Kepala Dora menunduk menghadap dadanya, seketika ia menjadi sangat malu dan segera mengancingkan kancing bajunya. Lalu dengan wajah yang berusaha dibuatnya sesantai mungkin. "Jadi pak, boleh saya duduk sekarang?" Pak Raffa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan muridnya yang satu itu. "Silakan." Dora memilih duduk disebelah Lita,dibelakang Citra dan Hanun,didepan Abyan dan Aaron. Citra dan Hanun memutar badan mereka kebelakang "Eh,lo gak malu Dor. Udah,dada kebuka,dateng telat lagi." "Hehe,malu lah bego." Dora menoyor kepala Citra. "Elo semua kenapa nggak ngebangunin gue sih?" "Udah kelles elonya aja yang kebo." Hanun dan Citra hanya mengumpat ketika Dora selesai menjitak kepala mereka satu persatu. Sedangkan Abyan dan Aaron nampak serius dengan penjelasan Pak Raffa. Dora menoleh kesamping kanan, ia melihat Ghani duduk dengan Jackson. Dia pun menoel lengan Ghani. "Apa sih lo Lin?" Dora hanya nyengir tak berdosa setelah menerima protes Ghani. lita yang risih dengan perlakuan Dora pun berbisik-bisik di telinga Dora. "Eh Dor,lo bisa diem nggak? Kata temen gue yang pernah diajar sama Pak Raffa. Kalo sampek Pak Raffa memergoki muridnya sedang tak menggubris apa yang dia jelaskan, pak Raffa bakalan berbuat yang tak senonoh terhadap muridnya." Dora hanya bergidik ngeri mendengar penjelasan Lita, ia akhirnya diam dan memperhatikan penjelasan Pak Raffa. Setelah 15 menit menerangkan, pak Raffa bertanya kepada muridnya apakah mereka faham atau tidak. Dan sialnya Dora menjadi satu-satunya murid yang sama sekali tak paham dengan Fisika. Ia ingin mengancungkan telunjuknya,tapi ia juga tidak ingin mendengarkan ocehan Pak Raffa tentang rumus-rumus fisika. "Baik, jika tidak ada yang ditanyakan, silahkan kerjakan uji kompetensi sampai jam setengah sembilan setelah itu kalian bisa kembali untuk tidur." "Iya pak." Semua mengerjakan kecuali Dora, ia hanya menatap soal-soal Fisika itu sambil mulutnya berkomat-kamit tak jelas. Ia melirik Lita yang nampak serius dengan rumus yang ada dihadapannya. "Lita, ajarin gue kek. Lo kan tau gue nggak bisa Fisika." "Lo pikir gue bisa? Nih juga gue nggak tau apa yang gue tulis." Dora menoyor kepala Lita. "Gila lo, gue pikir lo paham." Mereka berdua tertawa berssama hingga mencuri perhatian Pak Raffa. "Adelina dan Lita, kenapa malah heboh?" "Anu pak, ini resleting Lita nyangkut." Semua orang tertawa terbahak-bahak dengan jawaban polos yang diberikan Dora, Lita hanya bisa memberikan tatapan tajam terhadap sahabatnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasaku 17 tahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang