Part 2

34 1 0
                                    


"Assalammualaikum, Dora pulang ma." "Waalaikum salam, mana si Ghani? Nggak ikut mampir kesini?" "Yaelah mama, anaknya sendiri disini malah nanyain si Ghani. Dia langsung pulang karena mesti packing buat karantina. Mama tau kan?" Mama Ana yang merupakan mama dari dora pun menganggukkan kepalanya. "Emm, kenapa kamu setuju begitu saja nak?" sekarang mereka sudah duduk di sofa ruang tengah. "Gimana mau nggak setuju orang ancamannya aja bikin bulu kuduk Dora berdiri semua ma, masak yaa dia Pak Rudi si gendut itu nyuruh Dora nggak dance lagi Cuma gara-gara yah kompetisi." "Sabar ya nak, ingat pesan mama. Nggak perlu dapat juara satu. Jadilah yang terbaik. Bukankah menari untuk menghilangkan stresmu?" "siap ma, dora sayangggg banget sama mama." Dora mengecup pipi mamanya, "ganti naju,cuci muka terus makan. Mama mau balik ke restoran ditunggu papa kamu." "Papa pulang?" "Iya." Dora mengangguk-anggukan kepalanya sebagai pertanda bahwa ia paham,lalu berlalu menuju kamarnya.

"Apa lagi sih ma? Ngapain sih mama ngebet banget biar aku pacaran sama si Lina? Mama lupa ya kalo kita tuh temenan dari kecil dan nggak mungkin banget kalo kita pacaran."

"Mama tau kamu suka sama si Lina dan udah nembak berkali-kali tapi ditolak."

"Nah itu tau, udah ah Ghani mau packing buat karantina. Bye ma."

Sambungan telepon mereka terputus, Ghani menatap bingkai foto yang menampakkan dirinya dan Dora sedang tersenyum bahagia di Kebun Binatang. "Seandainya, lo bisa nrima gue Lin Lin." Selanjutnya ia berdiri dan mengepack barang-barang yang akan ia bawa ke rumah pendidikan. Sedang enak-enaknya mengepack barang, pintu kamarnya dibuka begitu saja oleh Dora. "Dor.hahaha, lo lucu banget sih ghan. Laki kok latah." "Eh, neng. Siapa yang kaget coba? Gue denger lo naek tangga tadi." Kasih tersenyum mendengar penjelasan Ghani. "Ngapain lo kesini sore-sore gini, mana lo belum mandi." "Hehehe, kita berangkatnya kapan sih Ghan?" Ghani cengoh dengan pertanyaan tiba-tiba Dora. "Berangkat kemana sih Lin?" "Ke Rumah pendidikan?" "Iya. Habisnya kan ya, ada Pak Rafa. Jadi, gue semangat 45, nih ya kalaupun kita mesti tinggal disana 1 tahun gue mau kok, asaalllllllkkaannn sama Pak Rafa si ganteng itu." Ghani hanya tersenyum meremehkan perkataan gadis yang sekarang duduk di kasurnya itu."Eh, gue kasih tau yaa, Pak Rafa tuh pasti udah punya calon Istri. Liat noh, wajah tampan? Cek. Kaya? Cek. Badan kotak-kotak? Cek. Umur udah tua? Cek. Jadi mana mungkin dia masih jomblo dan mau sama gadis bau kencur yang petakilan. Ihh, gue aja ogah. Hahahaha" "Ishhh, lo mah. Tapi, selama satu tambah satu masih sama dengan dua, gue percaya kalo gue sama Pak Rafa masih bisa buat bersama." Ghani menggeleng-gelengkan kepalanya "Tau deh Adelina, sana lo enyah dari kamar gue. Gue mau mandi atau lo mandi sma gue?" Ghani mendekatkan wajahnya ke Dora. Dora pun menggunakan jari telunjuknya untuk menyentuh jidat Ghani dan menjauhkan tubuh Ghani yang sixpack dari tubuhnya. "Jijik gue mandi sama lo." Ghani tersenyum begitu Dora pergi meninggalkannya, dia tidak tau apa yang membuatnya rela menjomblo untuk menunggu Dora yang pada akhirnya Dora juga akan menolak Ghani. ghani menghela nafas kasar dan masuk kamar mandi yang ada dikamarnya untuk mandi.

Dora melangkah keluar dari rumah Ghani yang berada persis di depan rumahnya. Yahhm rumah mereka memang berhadapan. Didepan rumah Dora terparkir mobil yang tak asing lagi bagi Dora. "Ah,gilaaa itu kan mobilnya si kutu kupret. Yeay akhirnya dia kangen ama gue juga." Dora berari menuju rumahnya dan segera masuk. "Hai Brooo." Dora menubrukkan badannya dihadapan laki-laki berumur sekitar 23 tahun yang sedang mengobrol dengan mamanya. "Ah,gue kangen sama lo Bro." "yang dipanggil bro oleh Dora adalah sepupunya yaitu Alvaro Riantama. Laki-laki dengan tubuh tegap dan wajah yang mampu menyihir para gadis-gadis diluar sana. "Lina, panggil abang kek ke abangnya, jangan bro bro gitu." Dora melepaskan pelukannya dan melihat mamanya dengan tatapan "Maafin Lina ya ma." Selanjutnya Dora duduk disebelah sepupunya itu dan tangannya bergelayut manja dilengan Alvaro. "Oh iya Va, gimana hotel yang diSurabaya?" "Ahhh itu, udah beres kok tan." "Ah yasudah, kamu ditemenin sama Lina dulu ya. Tante mau masak makan malam, kamu makan disini kan?" "Iya deh Tan." Setelah mamanya menghilang dari hadapan Dora, langsung saja Dora menghujani sepupunya dengan jeweran-jeweran dipipi Alvaro. "Aduh duduh, Lina. Gue tinggal balik ke Surabaya deh kalo gini muluu." "Hehehe,maafin Lina dong bang.. habisnya kangen banget Lina ama abang yang nggak pulang-pulang. Mana pulang nggak bawa oleh-oleh lagi." "Hehehe, Abang kan lupa." Dora ingin menyahuti alvaro, tetapi tiba-tiba ponsel milik Alvaro berdering dan Dora merinding dengan nama yang tertera di ponsel Alvaro yaitu "Rafa". Dora memperhatikan Alvaro yang sedang berbicara dengan lawannya. "Halo sob." "Iya gue pulang ke Jakarta, apa sekarang?" "Nanti deh sob jam delapan deh,gue kesitu bareng adek gue." Dengan jantung yang berdetak cepat Dora bertanya kepada Alvaro. "Siapa bang yang nelpon lo?" "Mau tau aja lo, sana mandi, dekil banget lo. Nanti abis makan malam gue ajakin lo nongkrong di Cafe langganan kita dulu sama temen gue." Alvaro mengacak-acak rambut Dora sebelum ia meninggalkan Dora yang masih terbengong-bengong dengan Nama yang tertera diponsel Alvaro. "Linaaaaaaa, mandi sanaaaa." "Duhhh, iyaa maaaa."

Rasaku 17 tahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang