Bagian Satu : How We Meet.

21 1 0
                                    



       Terlihat beberapa murid -berjumlah sekitar 5 orang- berdiri di depan gerbang sekolah yang telah tertutup, dengan kata lain; mereka terlambat. Salah seorang remaja cowok menatap wajah Pak Raib, satpam sekolah-berpakaian khas satpam, rapi, berkumis tipis baru dicukur-dengan wajah memelas, tangannya bahkan memegang gerbang, mencoba membujuknya agar dibukakan gerbang.

       "Ayolah Pak, lagian ini juga baru telat 3 menit,"

       Pak Raib melotot marah mendengar penuturan pemuda di depannya ini, "3 menit itu waktu yang cukup lama! Kamu harus menghargai waktu Davian! Lagian kamu tumben telat, biasanya 'kan kamu yang paling awal datang sama Papamu," Pak Raib nengerutkan kening, berfikir. Wajah galaknya berubah seketika.

       Davi tak menanggapi. Keburu kesal. Meruntuki dalam hati kenapa buku PR Fisika-nya harus tertinggal di rumah, mau tak mau dia harus kembali pulang untuk mengambilnya, tak mau dihukum oleh Pak Abdi yang terkenal dengan kegalakkannya. dan beginilah akhirnya, terlambat. Oh ayolah bahkan kata terlambat tidak ada dikamus hidupnya. Ini yang pertama kalinya. Mood yang sudah dikumpulkan selama pagi tadi lenyap seketika.

       Memilih duduk di sebuah batu besar, memperhatikan. Davi melihat beberapa anak yang juga terlambat seperti dirinya, bahkan ada yang baru datang lebih memilih pulang ketika tahu gerbang sudah ditutup. Bisa saja dia memilih pulang, tapi dia pasti akan mendapatkan alpa dikelas, guru BP pasti akan menelpon papanya dan juga dia ini ketua kelas-akan sangat tidak patut dicontoh. Dia tidak mau mengambil resiko sampai dihukum papanya, tidak akan.

       Davi menghela nafas panjang lantas menunduk, pasrah akan dihukum Pak Syahir nanti. Dia sering iseng mengintip dari pintu kelas murid yang dihukum. Entah hukuman apa yang dipilih oleh beliau kali ini, mungkin dijemur di depan tiang bendera dengan posisi tangan hormat, Push up, atau yang paling buruk membersihkan toilet. Membayangkan saja sudah membuatnya merungut kesal, yang entah sudah untuk yang kesekian kali hari ini. Untuk selanjutnya Davi tenggelam dalam fikirannya sendiri.

      "Tuh, kan telat. Duh," Davi mengangkat wajah mendengar suara tersebut. Seorang cewek dengan seragam yang sama seperti dirinya dengan menggandeng sebuah sepeda berwarna merah terlihat sedang menggerutu dengan wajah yang menurutnya terlihat lucu. Davi masih diam memperhatikan cewek yang sekarang tengah menatap gerbang yang sudah tertutup itu dengan pandangan horror, takut sekaligus khawatir.

       Mungkin karena merasa diperhatikan, cewek itu menoleh kearahnya. Pandangan mereka bertemu.

       Davi yang tertangkap basah tengah menatap cewek tadi pun segera mengalihkan pandangannya, memilih menatap aspal jalanan yang mulai ramai.

       "Ini yang telat, ayo ikut bapak!" Davi segera menoleh mendengar suara Pak Syahir. Lantas berdiri bersama teman-teman yang lain, menunggu Pak Raib selesai membuka gerbang, kemudian mereka masuk.

       "Ayo, baris-baris! Disini!" Pak Syahir menunjuk tempat tepat di depannya, di dekat pintu gerbang. Menunggu anak-anak yang telat berbaris dengan raut wajah datar, yang sering jadi bahan tertawaan murid-murid karena malah terlihat lucu-tapi saat ini waktu yang tidak tepat untuk tertawa. Davi memilih barisan paling depan dikumpulan laki-laki.

       "Kalian ini Cuma baris saja lama sekali, pak guru gigit baru tahu rasa," Para murid yang masih merapikan baris tertawa, tak terkecuali Davi. Bukan hanya karena perkataan Pak Syahir yang terkesan bercanda, tapi juga karena ekspresinya terlihat lucu sekaligus menyebalkan. Walaupun terkenal kejam, beliau seringkali menyisipkan kalimat bercanda pada setiap perkataannya, seperti saat ini.

       Setelah para murid berbaris dengan rapi. Pak Syahir melipat tangan ke belakang punggung, memulai ceramah panjang lebar serta petuahnya yang malah membuat mengantuk. "Sebagai hukumanya karena kalian telat, Pak guru suruh kalian membersihkan toilet di belakang. Awas kalau kalian tidak kerja, Pak guru awasi." Kembali dengan ekspresi memperingati, mengingatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang