Riuh suasana di lapangan untuk menentukan pemilihan Ketos tahun ajar baru.
Jangan heran jika Hana menyalonkan diri sebagai kandidat nomor urut 2. Memungkinkan hanya sedikit suara yang memilih dan visi misi yang dibuatnya ngawur semua
"Wooi nomor urut 2 doong!!" Biru heboh sendiri, sedangkan Jefanya.
"Woi lo semua kelas sepuluh pilih nomor 2, kalau kagak lo pada nggak bisa boker empat hari empat malam!!" ancamnya.
⭐⭐⭐
"Nomor urut satu mana suaranya?!! Nomor dua?!! Nomor tiga?!!".
Sorak sorai bergemuruh di ruangan aula sekolah. Lima menit setelah semua tenang, kertas pemilihan dibagikan ke semua murid, tanpa terkecuali.
Urutan 2 terakhir, Hana, Biru, dan Jefanya duduk bersama suporter kelas XII lainnya.
"Tenang Hana, kita semua milih lo", selang sedetik mengatakan itu Hana mengacungkan jari jempolnya ke udara.
Akhirnya pemilihan suara telah dihitung sampai akhirnya yang menjadi Ketos tahun ajar baru ini nomor urut 3.
"Hah... Gue bilang juga apa, model kayak lo gini nggak bakalan pantes jadi Ketos!" kata Salsa kandidat terpilih seraya menyenggol bahu kanan Hana setelah seluruh murid keluar dari ruangan.
"Dan cabe kayak lo gini, juga nggak pantes jadi Ketos sekolah ini. Bitch!" Hana memanas-manasi.
"Woah sialan! Mulut lo jaga dikit napa!" protes Salsa.
"Dijaga kok, bahkan di suntik jinak" Biru membalas dengan tatapan sinisnya.
"Anjing dah ni anak ngajak ribut!" Jefanya bersorak keras.
Terjadilah aksi pukul memukul antara kubu geng cabe dengan kubu geng pembuat onar. Satu bogeman mentah tepat mendarat di bagian perut Salsa, selanjutnya satu pukulan keras juga mendarat di pipi para gengnya.
Dengan sangat geramnya Biru menjambak rambut si cabe dengan sangat keras sambil berkata "Botak, botak dah lo!"
⭐⭐⭐
"Kalian saya hukum membersihkan gudang sekolah!" sorak guru itu.
"Bu, Ibu pernah denger nggak, dalam qur'an tu ada kata "Barang siapa yang menyusahkan sesamanya maka akan dipersulit", Ibu mau ntar gaji ibu mampet?" balas Hana santai yang entah dari mana nyambungnya.
"Atau Ibu mau ntar anak yang Ibu kandung kelakuannya mirip kita?" timpal Biru.
"Dan Ibu mau ntar anak Ibu juga lebih suka buat onar?" balas Jefanya.
"Amit amit jabang bayi," kata guru itu sambil mengusap perutnya.
Sedangkan para geng cabe tadi sudah di perbolehkan masuk ke dalam kelas masing-masing dengan pembelaan yang masuk akal, membuat hati para guru jadi luluh dan membiarkan mereka pergi begitu saja.
"Sudah... sudah, saya tidak mau telinga saya pecah dengar ocehan kalian".
"Hukumnya diganti. Hormat ke tiang bendera, sampai jam pelajaran ke dua habis!".
Panas matahari membakar kulit, disinilah mereka bertiga hormat tiang bendera selama jam pelajaran ke-2 berakhir. Dan tentunya diawasi guru piket yang dengan santainya membawa payung dan sebotol aqua ditangannya. Dan ini sudah biasa dijalani oleh ketiganya.
