Hidup sendiri di suatu negara asing tidaklah mudah. Aku benar-benar sendiri disini, di Seoul, Korea Selatan. Sudah satu tahun aku berada disini. Ini negara impian aku untuk membuka sebuah cafe, namun aku selalu merasa kesepian disini. Aku rindu keluargaku, aku rindu sahabat-sahabatku.
Hari-hariku hanya dihabiskan di Soya Cafe milikku dan juga apartemenku disini. Tidak ada teman. Benar-benar seorang diri. Lama-lama aku bosan dengan rutinitasku yang begini saja.
Mungkin banyak orang bertanya kenapa aku membuka cafe di Seoul dan diberi nama Soya Cafe. Pertama aku suka dengan udara Korea Selatan yang sejuk. Kedua aku suka susu kedelai. Susu kedelai adalah soya, jadilah Soya Cafe. Se-simple itu.
Saat yang paling aku suka adalah meminum segelas susu kedelai hangat, mencium aromanya yang khas, membuat hatiku tenang.
"Permisi, eonni. Sudah jam 10 malam. Apa eonni tidak pulang?" salah satu pegawai cafe mengagetkanku.
Aku langsung terbelalak melihat jam sudah pukul 10 malam, padahal seharusnya cafe tutup jam 9 malam. Ah aku melamun lagi.
Hari itu terasa panjang, banyak sekali masalah. Mulai dari dua pegawai cafe yang tiba-tiba resign hingga complain dari banyak customer yang mengatakan bahwa pelayanan cafe sangat lambat. Mencari pegawai cafe satu saja susah, apalagi dua.
Aku berjalan keluar dari cafe menuju stasiun kereta untuk pulang ke apartemenku. Saat aku sedang berjalan menuju stasiun, aku melihat seorang wanita tua sedang berjualan aksesoris. Aku mampir hanya untuk sekedar melihat-lihat sampai akhirnya aku tertarik dengan satu cincin perak dengan swarovski kecil berkilau ditengahnya. Aku memutuskan untuk membelinya.
"Pilihan yang bagus, nak. Cincin itu sangat cocok dengan jari manis yang pekerja keras itu," kata wanita tua itu.
Aku hanya tersenyum mendengarnya dan kemudian memasangkan cincin itu di jariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLDS
Teen FictionBercerita tentang seorang gadis yang terjebak dalam mimpinya.