More choice

878 28 3
                                    

ini baru cerita pertama. yah mungkin belum sebagus seperti yang lain aku cuma pengen coba nulis aja, kalo ada yang salah mohon saran dan kritikannya ya!

     Sebuah sedan mewah bercat hitam melaju kencang. Ara hanya bisa memandang rumah-rumah megah nan mewah yang sedari tadi ia lewati.

      Akhirnya mobil itu berhenti didepan gerbang besar yang didalamnya berdiri rumah mewah dan air mancur yang terlihat tak terawat. Ara membuka gerbang dan masuk sambil membawa kopernya. Ketika ia berjalan mendekati

rumah, terdengar suara aneh dari dalam garasi rumah.

      Dengan hati-hati Ara mendekati garasi, mungkin dia salah melangkah sehingga menimbulkan suara kecil yang pasti didengar karena suasananya sangat sunyi.

      "Siapa?" suara menggelegar dari dalam garasi membuat Ara semakin ketakutan.

      Tiba-tiba ada seorang cowok keluar dari garasi dengan tubuh yang tinggi dan wajah yang sedikit berantakan tapi terlihat keren.

       "Lo siapa?" cowok itu mendekati Ara.

       "A...ehm...anu gue Ara adeliana, om Nado nugroho nyuruh gue tinggal disini"

       Entah sejak kapan? ternyata cowok ini sudah mendekap tubuh Ara sambil mengendus lehernya.

       "Gue suka aroma tubuh lo, permen karet... Gue Davin nugroho anak om Nado" kata Davin sambil terus mengendus leher Ara.

       "Ayo masuk." Davin melepas tubuh Ara dan melangkah lebih dulu kedalam rumah. Seakan terbius, Ara tetap terdiam di tempat. gila tuh cowok.

       Ara kembali tersadar dan mengambil kopernya lalu masuk ke rumah mewah itu. Rumah ini terletak di sebuah kompleks dengan tiga buah bangunan, bagunan paling besar sebagai pusat rumah, ada 5 kamar, empat kamar mandi dan ruang tamu berukuran besar dengan atap mezanin setinggi lima meter, seakan dinegeri dongeng. Disana terdapat sofa yang sedang diduduki oleh 4 cowok termasuk Davin.

      "Nama lo Ara kan?" tanya salah satu cowok berkacamata, Ara hanya bisa mengangguk pelan tanpa mengucapkan satu kata pun. "Kami berempat anak om Nado, Gue Alvino nugroho kakak paling tua."

       "Lo emang udah tua jadi harus tau diri." seorang cowok memakai headset ikut menanggapi ucapan Alvino dan mereka pun saling menatap tajam. "Gue Willy nugroho."

        "Hai manis, gue pasti betah kalo tidur sama lo. Panggil gue Gilang, Gilang nugroho" tiba-tiba seorang cowok sudah ada dibelakang Ara sambil mencium rambutnya.

       "Lang, jaga kelakuan lo." bentak Alvino membuat Gilang berhenti menciumi rambut Ara. kelihatannya Alvino sangat disiplin.

       "Dia milik gue, gue yang temuin dia duluan. jangan coba-coba lo sentuh dia." Davin mendekati Ara dan megenggam tangannya. "Lo udah tau nama gue kan?" tanya Davin dan Ara hanya bisa mengangguk pelan.

       "Gue peringatin sama kalian, dia bukan orang yang bisa kalian sentuh sembarangan, dia titipan ayah dan..." sekali lagi Alvino memperingati adik-adiknya tapi terputus oleh Willy.

       "Dan hanya lo yang bisa sentuh dia? Jangan mentang-mentang lo pewaris kekayan ayah terus lo bisa seenaknya." Willy seakan tak menghiraukan wajah Alvino. Dia hanya memejamkan mata sambil mendengarkan lagu dengan headsetnya.

      "Willy, lo lama-lama kurang ajar ya?" Nada suara Alvin kini semakin meninggi

       "Ehm...anu...itu.. mungkin gue salah tempat? mungkin bukan om Nado ayah kalian." Ara pasti bermimpi ke rumah om Nado dan bertemu 4 cowok ini.

      "Ara? benerkan nama lo Ara?" Willy menanyakan nama Ara berulang kali padahal sedari tadi Alvino sudah memperkenalkannya. Ara hanya bisa mengangguk pelan. "Nama Nado nugroho disini hanya ada satu dan itu ayah kami. Davin, mending lo anter Ara ke kamar tamu."

     "Okelah, ayo ikut gue." Davin segera memgang tangan Ara dan mengantarnya kekamar.

                    ~~~~^_^~~~~~

     Kamarnya besar dan mewah, jika dilihat kamar ini sebesar rumahnya di desa. Kasur empuk dengan korden biru sebagai penutup orang yang tidur didalamnya dan ada satu kamar mandi. Jendela dengan balkon langsung menghadap air mancur. sungguh sempurna rumah ini.

     "Ini bakal jadi kamar lo, semoga lo betah tinggal disini" Davin langsung keluar dari kamar itu.

     "Kalo gini kamarnya gue pasti betah tinggal disini, empuk banget kasurnya" Ara dengan gembira mencoba kasur yang sedari tadi ingin ia tiduri. melompat, tiduran dan berguling sudah ia coba tapi semua ini sungguh sempurna dan tak terbayangkan.

     "Ya udah, gue tinggal dulu. Habis ini lo turun dan makan malem sama kita." Davin keluar dari kamar Ara. Kini Ara sendiri sambil melihat sekeliling kamar yang sekarang ditempatinya. Sebenernya om Nado ngapain nyuruh gue tinggal dirumah ini?, udah ah mandi dulu.

    Setelah mandi Ara mulai mengeluarkan isi kopernya dan memasukkan baju ke almari yang menurutnya sangat besar.

    Tok...tok.. tok seseorang mengetuk kamarnya, Ara merapikan kasur dan badannya biar nanti gak dipandang norak oleh kelarga Nugroho. "Iya sebentar..." Ara berlari kecil untuk membuka pintu kamarnya

    "Hai cantiiiik, Alvin nyuruh gue jemput lo buat makan malem. Yuk turun bareng pangeran..." tangan Gilang menggandeng tangan Ara dan menariknya keluar kamar.

    "Bentar lang, gue belom ganti baju!" Ara mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gilang, tapi sedikit pun Gilang tak memperdulikannya. Tapi, Gilang malah membawa Ara ke arah kebun bukannya kearah meja makan "Perasaan kita salah jalur deh, bukannya meja makan disebelah sana?" Kata Ara sambil tangan menunjuk kearah yang berlawanan dengan arah Gilang

     "Udah kamu diem aja dan jangan pernah ngelawan sama gue!" langkah kaki panjang Gilang makin cepat sampai Ara tak sanggup mengikutinya.

    "Lo bisa pelan sedikit gak, gue capek..." TETAP, Gilang tak memperdulikannya lagi, sampai akhirnya Ara tak sanggup dan terjatuh, namun tiba-tiba sebuah lengan menangkap tubuh Ara.

    " Lo bodoh apa tolol hah?, dia cewek dan lo cowok. Langkah kaki lo sama langkah kaki dia itu beda.."

    "Kenapa lo selalu ikut campur urusan gue? kenapa gak lo urus aja mobil ronsokan lo di garasi?" Kini mereka pun kembali beradu mulut.

    "Itu bukan urusan lo dan juga ngapain lo bawa Ara sampek kayak gini?"

   "Eh vin, Ara itu bukan punya lo. Jadi gue berhak semau gue ke Ara. Lagian tumben banget lo perhatian sama cewek? udah lupa sama dia?" Gilang melihat Davin dengan tatapan mengerikan.

   "Jangan pernah ungkit masalah itu lagi" percuma Davin bilang seperti itu, karena Gilang malah berjalan pergi meninggalkan Ara dan Davin.

   "Vin, gue minta tolong anterin kekamar bisa kan?" Ara memegang tangan Davin yang kini menopang tubuhnya.

  "Ayo gue anter" kata Davin sambil menggendong Ara kembali kekamarnya.

   Sesampainya di kamar, Davin meletakkan Ara di kasur. "Vin?" panggil Ara.

  "Apa?" jawab Davin cuek

   "Sebenernya kalian saudara kandung apa bukan? kok kayaknya gak akur banget?"

   "Lo itu orang baru disini, jadi jangan ikut campur urusan keluarga."

pasti membosankan ya? hahaha ;) kan masih pemula, jangan lupa vote dan sarannya ya...

More choiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang