Chapter 1

254 10 0
                                    

Berkas-berkas cahaya memberiku tanda bahwa aku mendekati daerah yang tak pernah kudatangi. Lalu, petak-petak cahaya itu berubah menjadi jendela-jendela terang. Sekelompok bangunan dari kayu dan kaca.

Sebelum mencapai tempat itu, aku harus melewati kebun buah. Kakiku melesak kedalam tanah. Diatasku dahan-dahan pohon saling melilit membentuk semacam lorong. Buah apel berwarna gelap tergantung antara dedaunan, dan bisa jatuh kapan saja. Hidungku mencium aroma tajam dan manis dari apel-apel busuk ketika aku menapaki jalanan itu.                       

Aku melawan dorongan hati untuk melangkah semakin jauh. Tapi kakiku seakan tak menghiraukanku dan terus melangkah. Sekelompok bangunan yang terbuat dari kayu dan kaca membentang di kanan kiriku. Angin meniup rambut coklat gelapku yang tergerai lepas di balik bahu dan membuyarkannya. Sehingga membuatku memejamkan mata.                       

“Valentine…………” suara itu memanggilku dengan kesal.                    

“Valentine…………” mataku sontak terbuka, hanya saja aku tidak berada di tempat yang dikelilingi bangunan-bangunan itu. Bu Khatarina, guru aljabarku berdiri didepanku dengan kesal.

“Selamat dating kembali, nona Winters. Begitu baik anda mendengarkan penjelasan saya.” Nada sarkasme terlihat jelas dalam suaranya.

“Sekarang kau tampak begitu pintar untuk menjawab pertanyaan saya.”

“Oh,benar,um… x samadengan 253 dan 3/5.” Jawabku spontan

Aku tampak kaget mendengarkan suara yang kulontarkan begitu saja. Bu Khatarina terdiam sejenak mendengarkan jawabanku.

“Ya, benar nona Winters. Tapi aku tetap melarangmu melamun lagi dalam kelasku. Paham ?” Ucap Bu Khatarina ketus.

“Um, baik bu. Saya paham.” Balasku

Bu Khatarina menulis beberapa catatan untuk kami salin. Aku mulai menyalinnya, tapi kemudian aku menatap ke luar jendela. Pikiranku melayang lagi kedalam lamunan. Suara dering bel membuatku tersadar dari lamunan tadi. Aku bergegas merapikan barang-barangku dan berlari keluar pintu. Ketika aku sampai di loker, Alichia Booth, sahabatku sudah ada disana. Yah, dia berada di lokernya, tapi tepat di sebelah lokerku.

 Aku membuka lokerku dan meletakkan buku aljabarku disana serta mengambil buku biologi. Saat pintu lokerku tertutup, Alichia meluncur di depan lokerku.

" Jadi kali ini, kamu sedang mengkhayal apa? berenang? ratu? peri? monster?. " tanyanya. Oke, aku mengakui bahwa aku memiliki sedikit imajinasi.

" Bukan, tapi......... Entahlah, semuanya tampak begitu nyata. Aku bisa merasakan angin meniup rambutku yang tergerai."

" Apakah aku ada? " tanyanya sambil meloncat-loncat. Dia suka mendengar cerita lamunanku, dan ia selalu ingin menjadi bagian salah satunya. Akan tetapi, aku bukan seorang Lucid yang dapat mengontrol mimpi.

" Oh, um, yeah. " kataku berbohong

" Jangan berbohong padaku." katanya kecewa. " Kau benar-benar buruk dalam hal itu. "

" Maafkan aku. Tapi, aku merasa kehadiranmu. " Itu bukan kebohongan, setidaknya. Aku pikir itu adalah Alichia. Setidaknya, aku berharap begitu.

" Serius? "

" Ya, hei aku boleh gak pinjam buku catatan aljabarmu ? " kataku sambil mengelurkan buku catatan milikku dan menunjukkannya pada Alichia.

" Apa yang kau bicarakan? Ini bahkan lebih lengkap dari punyaku. " Sahut Alichia sambil membolak-balik halaman buku catatanku. Aku melihat hampir dua halaman ditulis dengan kerangka sempurna.

" Tapi, aku..... Bagaimana? " kataku yang berhasil mengeluarkan suara, meskipun gagap.

" Aku tidak tahu, tapi aku pikir lebih baik kita bergegas ke kelas sebelum bel masuk berdering."

Aku berjalan berlawanan arah sama Alichia. Aku ke kelas biologi, sedangkan Alichia ke kelas sejarah dunia.

*******************************************************************

Akhirnya, aku pulang ke rumah dan setidak-tidaknya, aku masih sempat berpikir untuk mengerjakan PR. Aku melamun saat Mom menyuruhku ke ruang kerjanya. Aku menurunu setapak demi setapak anak tangga menuju ruang kerja Mom. Dia menutup panggilan di ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di laptopnya. Bahkan, dia tidak memperhatikanku, ketika aku memasuki ruang kerjanya.

" Guru aljabarmu baru saja menelepon Mom. "

" Oh "

" Dia bilang, kau tidak fokus saat pelajarannya. Apakah kau melamun lagi? Apa yang terjadi, Valentine? ku kira kau akan menempati janjimu. Janji bahwa kau akan berhenti melamun tentang omong kosong ini. "

" Ini bukan omong kosong, Mom. "

" Jangan membuatku kesal. Aku tahu bahwa itu adalah omong kosong. Aku telah menghabiskan uangku untuk menyekolahkanmu di sekolah yang mempunyai reputasi tinggi, tapi kau malah mensia-siakannya dengan melamun. Sekarang berpikirlah tentang masa depan yang membentang luas. Kau mengerti? "

" Iya. " kataku sambil mengangguk

"Baik, sekarang pergilah dan jangan lupa kerjakan PR mu. "

" Oke. Bye. "

Aku meninggalkan Mom yang masih fokus pada pekerjaannya. Dia tak akan pernah tahu, bahwa aku tidak akan berhenti melamun. Ini adalah keinginanku dan Mom menolak untuj mengerti. Dia sibuk bekerja dan fokus pada "masa depan", dia lupa segala sesuatu yang lain dan tidak peduli. Aku kembali ke kamarku dan mulai membersihkannya.

Aku mulai melamun lagi. Aku menarik buku yang terdekat dan membuka halaman acak, jadi Mom akan berpikir kalau aku membaca, seandainya dia mengecekku.

****************************************************************

Aku berdiri ditengah-tengah sekelompok bangunan yang terbuat dari kaca dan kayu, dengan butiran-butiran putih yang jatuh. Aku mengenakan dress putih, tanpa alas kaki. Salju berjatuhan diatas rambutku.

Aku melihat ke segala arah. Melihat pemandangan yang indah. Aku berputar dan merentangkan jedua tanganku untuk bersenang-senang. Beberapa salju jatuh di tanganku dan mencair. Aku mengangkat salah satu tanganku dan berteriak "Freeze". Sesuatu yang luar biasa terjadi. Salju yang menjadi beku. Aku menurunkan tanganku dan mulai bereksperimen. Aku memberikan perintah baik verbal maupun non verbal.

"Yah, setidaknya kamu mengikuti perintahku........... Untuk sekali, " Suara dingin seperti baja, dan perhatiaan berhasil menarikku kembali ke dunia nyata.

Aku menatap bingung kepada Mom. Namun aku senang, karena Mom berpikir kalau aku benar-benar membaca.

" Lanjutkan membacamu. "

Aku mengangguk, tidak yakin apa yang Mom katakan, tapi aku tidak peduli. Aku memerhatikannya keluar dari kamarku. Aku mengambil boneka beruangku untuk ku dekap saat tidur nanti. Aku mendongak melihat kamarku hampir bersih. Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi.

Aku terkejut melihat jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Aku menghabiskan waktu empat jam untuk melamun tadi. Rasa lelah telah menyambarku setelah aku selesai membersihkan kamar. Aku berbaring dan mendekap boneka beruangku di tempat tidur untuk segera tertidur dalam buaian mimpi.

Comment dan Votenya ................ agar author semangat ngelanjutin cerita ini :)

Thx~ViolinaQueen

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang