Akhirnya, bisa update juga XD *Evil laugh. Ma.af banyak tugas sekolah. Maklum anak sekolahan. Di tunggu chapter selanjutnya ya......................
Bye.... Salam sayang dari Author :*
"Itu mengerikan." kataku pada hari berikutnya di dalam kelas Aljabar
"Aku percaya itu, tapi aku berpikir itu aneh. Kamu seperti baru bermimpi aneh. Kenapa kau begitu takut dengan mimpimu ?" balas Alichia.
"Aku sudah bilang bahwa aku tidak punya kendali atas apapun yang terjadi dalam mimpi." kataku sambil menahan kantuk.
Aku tetap terjaga di sisa -sisa malam, kecuali untuk sesekali tertidur dan sekarang aku harus membayarnya. Aku sudah tertidur dalam kelas sejarah. Hal yang paling memalukan ketika aku menjawab pertanyaan dengan tak masuk akal. Sehingga, aku di tertawakan teman satu kelas. Tak perlu di tanyakan bagaimana reaksiku, kau pasti tau kan?. Sekarang, aku mengalami kesulitan untuk menjaga mataku tetap terjaga di saat kelas belum mulai.
"Apakah kamu sudah menceritakan semuanya?"
"Ya. Tapi, sebelumnya aku punya lamunan lain yang membuat mimpiku terasa nyata."
Alichia mendongak dan menatapku aneh. "Bagaimana bisa begitu ?"
"Aku......................" kataku terpotong
"Baiklah, sekarang saatnya memulai kelas. Nona Winters dan Nona Booth, apakah kalian keberatan ?' ucap Bu Khatarina sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
"Aku akan memberitahu kamu nanti." kata Alichia. Sepertinya ada hal yang penting yang akan di bicarakan.
Aku pergi ke tempat dudukku dan mulai mencoret - coret buku catatan. Aku tidak bisa berkosentrasi pada apapun yang di terangkan sama Bu Khatarina. Aku hanya ingin tidur. Aku mulai memejamkan mata, tapi segara membukanya. karena aku mendengar derap langkah kaki seseorang yang memasuki kelas. Aku mendongak dan tak percaya dengan penglihatanku. Seorang pria berdiri di hadapan kami dengan kesempurnaan yang di milikinya.
Umurnya sekitar 18 tahun, tinggi tapi tidak terlalu tinggi. Rambutnya yang pirang menutupi sebelah matanya yang hijau laut. Aku hanya bisa duduk dengan mulut terbuka lebar, seperti yang lainnya. Kecuali Bu Khatarina dan Alichia. Di lihat dari raut wajahnya, mereka tampak khawatir dan ketakutan.
"Saya mencari sang putri." Kata pria itu. Suaranya sedikit kasar, tapi itu sempurna.
Semua orang berpaling ke murid baru di kelas, Faye Hale. Dia pindah ke sekolah kami sekitar dua bulan yang lalu. Sehingga, tidak ada yang benar-benar tahu tentang dia. Tapi melihat situasinya begitu, semua orang berpikir bahwa dialah orang yang di cari pria itu. Aku melihat senyum tipis yang menghiasi wajah Faye.
Kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi. Pria itu menunjuk langsung padaku dan berkata "Dia". Beberapa hal terjadi sekaligus, seluruh sikap pria itu berubah menjadi sesuatu yang mematikan. Dia berjalan ke arahku. Akan tetapi, meja di depanku mendadak melayang dan menghantam dada pria itu. Tubuhnya menabrak dinding dengan keras, sehingga menyebabkan dia batuk dengan darah. Aku berteriak dan bingung apa yang harus ku lakukan.
Seseorang memegang pergelangan tanganku dan menyeretku untuk berlari bersama dengannya. Mataku tidak pernah berpaling menatap pria itu, sampai kami keluar dari kelas. Akhirnya, aku dapat melihat orang yang menyeretku. Orang itu adalah Alichia.
Matanya menyiratkan tanda kecemasan. Dia mulai berjalan dengan cepat dan aku berjuang untuk mengikutinya. Bahkan, aku tidak tahu kalau dia bisa berjalan dengan cepat.
"Kita harus keluar dari sini sekarang!." ucap Alichia dengan tersengal - sengal. Aku hanya bisa menganggukkan kepala.
Kami berlari menyusuri lorong - lorong sekolah. Aku tidak yakin apakah pria itu masih mengejar kami atau tidak. Kami tidak pernah melambatkan langkah kaki sedikit pun sampai saat ini.
Kilasan - kilasan memori memutar ulang kejadian tadi. Aku bergidik ngeri saat ingatan itu muncul. Tiba - tiba Alichia menarikku ke dalam semak - semak. Aku bisa melihat matanya memancarkan ketakutan dan kecemasan. Aku, bagaimanapun masih bingung dengan apa yang terjadi hari ini.
"Apa yang sedang terjadi, Chia?' bisikku, takut akan terjadi sesuatu jika aku bersuara keras.
"Mereka tahu kami akan datang ke sini. Mereka tahu, Valentine. Kita harus segera pergi ke Ocean."
"Tunggu, apa? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Memangnya, apa yang sedang terjadi? Siapa mereka? Apa itu Ocean? Dan, mengapa pria itu berpikir bahwa aku adalah sang putri?" suaraku gemetar dan pecah pada pertanyaan terakhir.
Aku begitu kalut dan bingung. Sampai - sampai, aku tidak bisa berpikir jernih. Ada apa ini? apa yang harus ku lakukan?,
"Shhtt. Kamu tidak ingin mereka dengar kan? Aku akan menjelaskannya nanti. Aku janji. Saat ini aku harus berpikir bagaimana caranya kita bisa selamat." balas Alichia. Lagi dan lagi, aku hanya bisa menganggukkan kepala.
Alichia meranyap keluar dari semak - semak dan aku mengikutinya sepelan mungkin. Kami berjalan pergi ke dalam hutan. Sekitar tiga puluh menit, Alichia memberhentikan langkahnya dan berbalik. Aku baru menyadari, bahwa kami di ikuti seseorang.
Pria yang tadi di kelas, menerobos pepohonan di hutan. Dia berdiri di hadapan kami, sehingga Alichia berdiri di depanku untuk melindungiku dari hal - hal yang tidak di inginkan. Aku menyasikkan mereka bertatapan dengan ganas, sehingga membuatku ingin lari.
Tiba - tiba pria itu melakukan serangan ke Alichia. Sepertinya, Alichia sudah memprediksikan ini akan terjadi. Aku melihat mereka bertarung di balik pohon.Sesuatu menyambar pergelangan tanganku dan menyeretku. Aku berbalik dan melihat seorang pria lain siap menghajarku sampai menjadi bubur. Aku berusaha melepaskan tangannya di pergelangan tanganku, tapi tak berhasil. Cengkramannya sungguh kuat. Aku terus memberontak, sampai seseorang menabraknya. Dia melepaskan cengkramannya dan melemparkanku ke pohon di belakangku.
Tubuhku menghantam pohon itu begitu keras. Aku melorot dan jatuh ke tanah dengan merintih kesakitan. Aku tidak berani membuka mata. Tapi, bagaimanapun aku harus melakukannya meskipun pandanganku jadi sedikit buram,
Aku melihat Alichia melawan kedua laki - laki itu dengan semangat. Matanya berapi - api. Aku tak tahu, apa yang menyebabkannya menjadi begitu. Aku berusaha duduk dan meringis kesakitan saat rasa sakit menjalariku. Aku mulai mengatur nafasku. Kemudian, aku berdiri sempoyongan ke arah Alichia.
Alichia menendang salah stu pria itu. Hal yang sama di lakukannya pada pria yang satunya. Ekspresi wajahnya sulit di baca. Jadi, aku tak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Tapi, aku juga merasa takut berada di sampingnya saat dia bertarung.
Alichia melahkah maju ke depan, tangannya mencengkram kerah baju salah satu pria itu. Dia mengangkatnya dan melemparkannya. Pria itu terlempar jauh dan jatuh berdebum di tanah. Tubuhnya perlahan - lahan menjadi pohon apel. Aku menangkap gerakan lain di sudut mataku. Hanya dalam waktu singkat, aku melihat seorang wanita menyerangku.
Aku mencoba melakukan perlawanan, tapi rasa sakit menjalari punggungku. Tubuhku terlalu lemah untuk melakukan perlawanan. Wanita itu berhasil memukul dadaku. Aku terdorong ke belakang. Lalu, untuk pertama kalinya, aku tidak merasakan apa - apa. Rasanya aku merasakan diriku lumpuh. Semuanya begitu gelap, aku hanya bisa berdoa bahwa apa yang terjadi ini adalah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydreamer
FantasyValentine Winters merupakan gadis normal berusia lima belas tahun, kecuali untuk fakta ia tidak bisa berhenti melamun. Dia menghabiskan waktu luangnya dalam imajinasinya. Menciptakan dunia dan memegang kekuasaan yang luar biasa. Dia bisa datang ke...