Satu

16 4 1
                                    


Vancouver, Canada.

Hari itu merupakan hari pertama Jennifer Edrick masuk di sekolah barunya. Ia bersekolah di Vancouver Royal Academy of Music and Martial Arts, sekolah yang cukup unik, memang, karena hanya terdapat 2 pilihan jurusan yaitu Musik dan Seni Bela Diri. Bagi siswa/i tahun pertama hingga tahun ketiga, diwajibkan untuk mempelajari kedua jurusan tersebut, namun ketika memasuki tahun keempat, mereka dapat memilih 1 jurusan yang hanya mereka inginkan saja.

Tetapi, mereka dapat menjadikan jurusan yang tidak mereka pilih sebagai ekstrakurikuler. Saat ini, Jennifer merupakan Siswi pindahan tahun keenam, yang artinya Jennifer dapat memilih 1 jurusan yang ia inginkan saja. Ia memilih Musik sebagai jurusannya, dan Ia belum yakin, apakah ingin mengikuti ekstrakurikuler atau tidak.

Jennifer tiba di sekolah pukul 07:10. 'Bagus! Setidaknya masih ada 20 menit lalu jam pelajaran dimulai', pikirnya. Jennifer pun memutuskan untuk berjalan ke ruang Kepala Sekolah untuk menanyakan jadwal pelajarannya dan dimana kelasnya. Saat Ia berjalan menyusuri koridor sekolah, Ia lupa bahwa Ia tak tahu dimana ruang Kepala Sekolah berada. Ia pun bertanya kepada salah satu siswa yang sedang duduk di bangku koridor sambil mendengarkan musik melalui earphonenya.

"Permisi, gue mau nanya. Ruang Kepala Sekolah dimana, ya?". Tanya Jennifer kepada siswa tersebut. Tetapi siswa tersebut tak menggubris pertanyaan yang baru saja Jennifer lontarkan. Lalu Jennifer pun menyentuh pundak siswa tersebut. Barulah siswa tersebut menoleh ke arah Jennifer dan melepas earphone yang tadi terpasang di telinganya. "Oh, sorry gue gak denger. Lo bilang apa tadi?", tanya siswa tersebut.

'Black as Obsidian eyes. Hmm, he had once had', pikir Jennifer. "Lo melamun?", tanya siswa tersebut, menatap Jennifer dengan heran. "Eh, tadi gue nanya, ruang Kepala Sekolah dimana, ya?", tanya Jennifer setelah tersadar dari lamunannya. "Oh, ruang Kepala Sekolah ya. Kalo dari sini sih agak jauh, jadi agak susah jelasinnya. Gue antar aja, gimana?", tawar siswa tersebut. "Boleh deh. Yaudah yuk", kata Jennifer. Mereka pun jalan berdua menyusuri koridor yang lengang.

Karena merasa tak nyaman dengan kesunyian yang ada, akhirnya Jennifer memberanikan diri untuk memulai percakapan. "Gue Jennifer, Jennifer Edrick, jurusan Musik, tahun keenam. Lo?", tanya Jennifer ragu-ragu. "Eh, umm, nama gue Clyde, Clyde Hickman, jurusan Musik juga, dan kita seangkatan.", jawab Clyde. Jennifer hanya membuat bentuk 'O' di mulutnya saja, tanda bahwa Ia mengerti perkataan Clyde.

Sesampainya mereka di depan pintu ruang Kepala Sekolah, Clyde melirik Jennifer sepintas lalu meninggalkannya. Jennifer pun mengetuk pintu ruang Kepala Sekolah, dan dipersilahkan masuk.

"I'm sorry, Professor. Saya Jennifer Edrick, murid baru, pindahan dari UK.", jelas Jennifer. "Oh, rupanya kamu, ya, murid pindahan itu. Sebentar, saya ambilkan jadwal kamu dulu.", jelas Professor Black, Alden Black, sambil berdiri dari kursinya dan menuju ke brankas dimana semua file-file tersimpan. Setelah melalui detik-detik menegangkan, akhirnya Sir Black kembali dengan membawa jadwal beserta formulir ekstrakurikuler untuk Jennifer.

"Well, Ms. Edrick, ini jadwal pelajaran kamu dan formulir ekstrakurikuler untuk Seni Bela Diri.", jelas Professor Black sambil menyodorkan jadwal pelajaran dan formulir ekstrakurikuler ke Jennifer. Jennifer pun menerima jadwal dan formulir tersebut dengan senang hati, berpikir bahwa pertemuan singkatnya ini akan segera berakhir.

"Thank you, Professor. Apakah saya boleh mengumpulkan formulir ini besok? Saya ingin mempertimbangkan apakah saya akan mengikuti ekstrakurikuler atau tidak.", kata Jennifer sambil tersenyum menatap Professor Black. "Oh, ya tentu saja. Silahkan kamu memikirkannya dulu dan mengumpulkannya besok. Kamu dapat mengumpulkan formulir ini di Ketua Kelas kamu.", jelas Professor Black. "Thank you, Professor. Dan maaf mengganggu pagi Anda. Saya permisi dulu. Selamat Pagi, Professor.", ucap Jennifer mengakhiri pertemuan mereka, dan berlalu meninggalkan ruang Kepala Sekolah.

Jennifer lalu melihat jam tangannya. 'Damn, it's 7.30. I'm late.', pikirnya. Jennifer pun berlari menuju Classic Class I, mengingat dia mengambil bidang Musik Klasik. Sambil berlari, Ia membaca jadwalnya yang baru saja diberikan oleh Professor Black. 'Teori Musik Klasik. Well, semoga gurunya gak galak-galak amat.', pikirnya.

Immortal Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang