Di tengah malam yang dingin sesosok tubuh mungil berjalan lesu melewati beberapa perumahan mewah menuju supermarket. Tujuan pemuda itu bukan belanja tapi ke sebelah gang kecil tak jauh dari supermarket itu. Tubuhnya yang kecil dan kotor begitupula pakaian yang ia kenakan, terlihat sangat lusuh dan berdebu. Tangannya membawa plastik hitam berisi mi ramen hanya kuah dan mienya saja. Agak sebal karena uangnya tidak cukup untuk membeli kue ikan kesukaannya aka naruto.
"Haah.... capeknya... setelah makan lalu tid !" Naruto, nama pemuda lusuh itu, terkejut saat melihat seseorang duduk didekat bekas tong sampah besi tempat biasa dia tidur di malam hari.Mengkerutkan alisnya Naruto berjalan menghampiri sosok dengan mantel yang terlihat mewah itu. Naruto dapat mencium aroma minuman keras dari laki laki didepannya. Laki laki itu terduduk sambil bersender di tiang listrik, menggumamkan kata kata yang tidak jelas.
Naruto berjongkok untuk melihat laki laki itu, dan terkejut ternyata laki laki didepannya sangat tampan.
"Hey! Tuan... bangunlah, tidak baik tidur disini!" Naruto mengguncang tubuh tuan didepannya. Instingnya mengatakan bahwa laki2 didepannya bukan orang biasa. Naruto berdecak sebal, besok dia ada kerja pagi2 dan sekarang bahkan dia belum memakan mienya.
Naruto memutuskan membiarkan tuan tampan itu, toh dia juga akan tidur dintempat yang sama.
Baru akan berdiri, tuan tampan itu ikut berdiri dengan sempoyongan. Memandang dengan sinis kearah Naruto, menatap mata saphir pemuda lusuh itu dengan sebal. "Hei! Kau mau kan?? Kau yang memaksa kan?? Setelah ku pikir pikir, baiklah... " tuan tampan itu berjalan sempoyongan melewati Naruto.
'Apa apaan tuan itu?!!' Pikir Naruto. "Hey!! Ikut aku!!" Perintah tuan itu, hampir terjatuh kalau Naruto tak segera menangkap tubuhnya.
"Mau kemana tuan?" Tanya Naruto.
"Apa apan kau!! Tentu saja ke hotel dobe!!" Bentak tuan itu, membuat Naruto ingin mendorong tuan di rangkulannya dan meninggalkannya. Tapi dia tak tega. Siapa tau dia akan mendapat hal baik setelah menolong tuan tampan ini.
Mereka berjalan menuju motel sederhana, Naruto yang bahkan tak pernah punya rumah merasa senang bisa berada di dalam motel itu. Meski sederhana tapi terlihat bersih dan nyaman.
"Ada yang bisa saya bantu tuan tuan?" Seorang receptionis menyambut Naruto dan tuan itu.
Naruto gelagapan karena baru pertama kali masuk ke motel seperti saat itu.
" ambil kartunya di dompetku!" Kata tuan tampan itu. Naruto hanya berkedip bingung. Tuan itu lalu berdecak sambil merogoh dompet di sakunya, sambil bergumam kata dobe dan usuratokanchi.
Setelah menyerahkan kartu berwarna hitam yang membuat Naruto bersecak kagum tak percaya, mereka masuk kesalah satu kamar dimotel itu.
Naruto menjatuhkan tubuhnya dan tuan itu di kasur yang ada di kamar tersebut. Merasa senang karenan itu kali pertamanya dia merasakan nyamannya kasur yang empuk.
Naruto hampir saja menutup matanya saat si tuan tampan itu berdiri dan membuka mantel serta pakaian atasannya. Membuat pipi Naruto bersemu merah, tubuhnya atletis dan besar. Tidak seperti tubuhnya yang kerempeng hanya bokongnya saja yang terlihat sintal.
Tiba tiba tuan itu menindih Naruto, bibirnya bertautan dan dilahap dengan ganas oleh tuan itu. Baju lusuh Naruto dilepas paksa hingga sobek sedikit dibagian kerahnya. Naruto merasa kalau itu bukan hal baik segera mendorong tuan diatasnya itu sekuta tenaga. Tapi apa daya, tuuh tuan diatasnya lebih besar dan lebih kuat dibandingkan lengan kecil Naruto. Tuan iu sendiri mulai menciumi leher Naruto dan menghisapnya. "Ah..." Naruto mendesah diluar kendalinya.
Tuan yang sudah terangsang itu semakin tertarik saat melihat nipple pink Naruto melahap nya dengan rakus membuat sang empunya mendesah tak karuan. Naruto baru pertama kalinya merasakan hal ini, "ugh!!" Naruto merasakan ada yang aneh dengan selangkangannya yang menggembung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Love (mpreg)
FanfictionNaruto, pemuda yang bahkan tak tau berapa umurnya sendiri, tidur di tong sampah besar berisi kain tak terpakai untuk tempatnya kembali. bertemu dengan Uchiha Sasuke, pemuda kaya yang hidup sebatang kara, perlahan benang merah menjalin hubungan merek...