Suara mesin kendaraan yang terdengar diluar menjadikan sore ini sedikit berbeda. Biasanya di sore hari lingkungan ini begitu tenang mengingat sebagian warga yang tinggal disini mayoritas pekerja kantoran. Namun kini mampak sebuah mobil pick up besar berhenti disebelah rumah milik keluarga Lee. Banyak barang-barang yang kemudian keluar dari dalam mobil pengangkut tersebut satu per satu.
'Ah, mereka mungkin yang akan menjadi tetangga baruku,' pikir Sooyeon. Anak gadis pemilik rumah keluarga Lee itu berdiam diri didepan jendela kamarnya menatap berbagai barang yang sedang berpindah tempat dari mobil pengangkut kedalam rumah disebelahnya.
Saat ia sedang asyik memperhatikan orang-orang yang lalu lalang disebelah rumahnya, tampak sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya. Suara klakson mobil itu membuat perhatian Sooyeon teralihkan. Dengan langkah tegasnya, sang pengemudi mobil keluar dengan langkah lebarnya menuju kedalam rumah.
"Ayah pulang? Tumben sekali ayah pulang cepat." Sooyeon segera menutup jendelanya dan berlari menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk menemui ayahnya. Tanpa ia sadari seorang pria muda nan tampan sedang menatap lurus kearah jendela kamar milik gadis itu dan tersenyum simpul.
***
Suasana canggung begitu kentara didalam ruang makan. Biasanya sang ayah akan mengajak Sooyeon bercerita atau sekedar bercanda gurau sebelum ibu Sooyeon menyiapkan makan malam. Namun beberapa minggu terakhir ini sang ayah hanya duduk diam tanpa sedikitpun memandang anak semata wayangnya tersebut. Dengan sedikit keberanian Sooyeon menatap sang ayah dan bertanya.
"Ayah, sebentar lagi aku akan ujian untuk kelulusanku. Apa aku bo--"
"Kau tahu sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan tapi kau pergi keluyuran hingga tengah malam dan membolos dari jam malammu? Kau tau, gurumu menelponku dan mengatakan kalau sudah sebulan ini kau jarang mengikuti kelas malam. Sebenarnya apa yang ada dipikiranmu, hah?"
Ayah Sooyeon tiba-tiba meninggikan nada bicaranya tanpa melihat kearah anak gadisnya yang kini hanya memainkan kesepuluh jari tangannya dibawah meja makan.
"Aku tidak melakukan sesuatu yang buruk diluar sana, ayah. Aku hanya--"
"Ayah tidak mau tahu apapun yang kau lakukan diluar sana. Ayah hanya tidak ingin mendengar aduan gurumu lagi. Sebagai hukumannya, malam ini sampai tiga hari kedepan kau dilarang keluar kamar tanpa persetujuan dariku. Kau juga dilarang makan malam ini." Tepat ketika sang ayah selesai berbicara, gadis itu melangkah membawa dirinya masuk kedalam kamar tanpa berucap sedikitpun. Ibunya hanya mampu melihat punggung anak semata wayangnya menjauh dari meja makan. Karna baginya percuma untuk membela Sooyeon didepan suaminya. Suaminya betul-betul keras kepala.
***
Brakk..
Sooyeon langsung melempar tubuhnya keatas ranjang mungil miliknya setelah membanting pintu kamar untuk menyalurkan emosinya yang tak bisa ia keluarkan saat mendengar ayahnya berbicara.
"Hah.. Apa yang harus kulakukan didalam kamar selama tiga hari kedepan? Pasti bosan sekali. Aku juga tidak bisa bertemu pangeran tampanku." Ia menatap lurus kearah langit-langit kamar. Membayangkan wajah pria idamannya yang mungkin kini sedang berlari-lari ditengah lapangan basket bersama tim basket sekolahnya.
"Sial. Seharusnya aku pergi saja sejak siang." Sooyeon terdiam sejenak sambil memikirkan kata-kata yang baru saja ia ucapkan. "Benar juga. Kenapa aku tidak kabur saja dari rumah? Hahaha."
Gadis itu langsung bangkit dari posisi rebahannya, mengambil sebuah tas yang dirasa cukup untuk membawa beberapa baju serta kebutuhan dirinya yang lain, serta dompet dan ponselnya. Sambil tersenyum penuh kemenangan, gadis itu menata barang bawaannya untuk ia masukkan kedalam tas.
"Let's go, baby." Sooyeon membuka jendela kamarnya yang cukup besar untuk ia lalui bersama tas bawaannya. Namun baru saja ia mendudukkan pantatnya di kusen jendela, ia melihat seseorang yang ia pikir ada di lapangan basket sekolah saat ini. Pria itu sedang duduk termenung menatap keluar jendela tanpa sadar jika ada seorang gadis yang ingin mencoba melarikan diri dari dalam rumahnya sendiri.
"Dia.. Apa yang dia lakukan disana? Apa jangan-jangan dia adalah orang yang ibu bilang kemarin?" Gadis itu bergumam sendiri. Namun sepersekian detik kemudian gadis itu buru-buru kembali masuk kedalam rumah dan menyembunyikan diri dibalik tirai jendelanya kala ia melihat pria itu mengalihkan fokus pandangannya kearah kamarnya.
'Huft, untung saja ia tidak melihatku.'
Sooyeon masih setia memandangi pria tampan disebelah rumahnya itu tanpa berkedip. Bibirnya tanpa tersadar sudah tersenyum manis seolah-olah ia memang sedang tersenyum dihadapan pria itu. Lagipula memang sebenarnya Sooyeon tersenyum untuknya, kan?
Matanya menangkap suatu benda yang tersembunyi disamping meja kecil didekat ranjangnya. Sebuah kamera SLR yang sudah beberapa bulan ini terdampar didalam kamarnya. Tangannya terulur mengambil kamera itu dan mengeluarkannya dari dalam tas.
"Masih bisa menyala." Ia tersenyum. Lensanya telah membidik dan menangkap beberapa gambar pria yang kini sedang mengulurkan tangannya keluar jendela, menikmati tetesan air hujan yang mulai turun membasahi tanah.
"Oh pangeran tampanku. Jadilah milikku. Swa~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [Hiatus]
Fanfiction'Cho Kyuhyun' Pria yang sudah kucintai dalam diam. Pria yang sudah kucintai selama ini, pria yang selalu kujumpai disepanjang hariku, pria yang bahkan telah menjadi poros hidupku. Cho Kyuhyun, aku gila karnamu. Ya, itu karna dirimu. Jadi biarkan aku...