Bab 1

25 7 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Drrt!!!! Drrt!!!!

"Ng? . . . . . . Hoammm . . . ."

08.35 a.m. –Saturday

"Loh, mbak Haznah kapan pulang?" tanyaku datar saat ku jumpai untuk kali pertama melihat kakak angkatku berada dimeja makan sembari menaruh-naruh sebuah kotak yang ia bawa. Ya, dialah Haznah Putri, seorang mahasiswa S1 semester 3 Jurusan Ekonomi di Columbia University. Ia mengikuti program beasiswa yang disediakan oleh kantor tempat dimana ayahku bekerja. Tentu saja, walaupun dia seorang anak angkat dari keluargaku, aku tetap menyayanginya, seperti Hansel dan Gretel yang selalu bersama dalam menghadapi rintangan dan tantangan.

*

"Oh . . . tadi aku sampai rumah sekitar jam setengah 7. Eh nih buatmu!" ia memberiku sebuah kotak yang cukup besar. Dengan bodohnya aku malah mengocok-ngocok kotak tersebut. Agak berat sih. "Apa ini? Kenapa berat sekali?" ku letakkan kembali ke meja. "Buka saja, kau pasti suka" jawab Mbak Haznah. Aku menatapnya datar. Kubuka kotak tersebut dan kudapati disana terdapat sepasang sepatu dan jaket dengan brand terkenal 'Nike'. Ya, responku tetap sama dan tidak jauh berbeda dari sebelumnya, meresponnya dengan ekspressi raut muka yang datar.

"Oh, C'mon! kenapa kau selalu meresponku dengan tampang seperti itu?! Aku ini kakakmu! Tidak bisakah kau tersenyum sedikit?! Seharusnya kau se-pe.. Nah! Seperti ini!!" ia menaruh kedua tangannya diujung kanan dan kiri sudut bibirku dan menariknya ke arah atas secara bersamaan. Dia membuat sebuah senyuman disana, hm . . Senyuman yang dipaksa.

"Uh-Huh . . jadi, . . apa alasanmu pulang kali ini?" tanyaku.

"Jangan pernah bersikap sok dingin begitu pada kakakmu ini!" sembari mencubit pipiku hingga membekas warna merah disana.

"Aku pulang karna naku ingin mendekorasi kamar baruku nanti dan juga ingin menikmati suasana baru rumah kita nanti. Oh ya, kau belum diceritakan oleh mama atau papa?" lanjutnya lagi.

"mengenai?" aku meliriknya.

"Seminggu lagi kita akan pindah ke kota yang sangat jauh dari sini! Dan aku ingin segera mendekor kamar baruku!!"

". . . . ."

"Apa?! Tidak ada respon lagi?! Dasar!!" dia menggebrak meja dan pergi meninggalkanku. Namun, sebelum dia yang meninggalkanku, aku yang lebih dulu meninggalkannya. "Terima kasih" ucapku pelan. Sungguh berlawanan bukan? Sifatku dan kakakku.

*

Haripun berlalu, waktunya aku dan keluargaku untuk pindah, ayahku dikirim oleh presdirnya dan menetap dikota yang sudah ditentukan oleh presdirnya, untuk bekerja. Untuk menuju kota yang sudah ditentukan sangatlah jauh dan memakan waktu yang lama, apalagi dengan menggunakan mobil, bisa berhari-hari sampainya. Selama perjalanan aku hanya bisa mendengar suara nyanyiannya mbak Haznah. Sudah tahu kalau suaranya itu sumbang dan sangat mengganggu telinga. Maka dari itu, aku sangat suka berada dikursi belakang mobil, itu adalah tempat terbaik yang paling nyaman. Saat ibuku sibuk melihat online shop diponselnya, ayah sibuk menyetir dan Mbak Haznah sibuk menyanyi, aku lebih memilih untuk mendengarkan lagu melalui ponselku sambil memakan cemilan yang dibeli oleh ayahku. Tanpa sadar aku mulai mengantuk dan akupun tidur dengan nyenyak, Hingga . . . . .

HIM by volcaenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang