Sev - 4

31 2 0
                                    

***

SEVERIN mati-matian berusaha menetralkan kegugupannya. Suasana kafetaria cukup ramai di jam istirahat pertama ini, membuatnya bersyukur Gerard tidak akan mendengar debar jantungnya. Ya, sebenarnya meskipun suasana tak ramai pun, Gerard tetap tidak akan mendengarnya, sih :v.

Sekarang mereka tengah duduk berdua menikmati sepiring batagor dan segelas greentea. Severin tidak tahu harus mengungkapkan perasaan bahagia yang membuncah ini dengan bagaimana. Yang jelas, untuk sekarang ekspektasinya terwujud.

"Gue minta maaf ya soal yang kemarin?" Gerard membuka obrolan lagi, sementara Severin memandangnya lembut seraya menyedot minumannya.

"Lo nggak bosan ngomongnya itu-itu mulu?" kata gadis itu. Gerard menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya, gue kan nggak enak sama lo, Sev."

"Udah lagi, gue juga udah lupain yang kemarin."

"Thanks," Gerard menukas pendek. Keduanya kembali menikmati hidangan.

Ponsel Severin bergetar, begitu pun dengan milik Gerard. Keduanya sama-sama menengok layar kaca ponsel, lalu berpandangan sejenak sebelum membuka pesan.

"Siapa?" tanya mereka bersamaan. Tawa kecil terdengar begitu keduanya menyadari kekonyolan masing-masing.

"Arn." Gerard menjawab lebih dulu.

"Alona." Disusul Severin.

Severin selanjutnya membuka pesan dari sahabatnya.

From: Alona

Cieeee, bebeb gue mkn breng sm ayangnya ,uluh2 :v

Severin mendongak dengan pipi memerah. Kepalanya bergerak mencari letak keberadaan Alona. Ada di sana, di meja paling timur, bersama Haikal. Begitu mata mereka bertemu, Severin tersenyum menampilkan sederet giginya yang rapi.

To: Alona

Plang skolah gue trktir lo ke Galaxy!

Send.

Severin kembali menoleh ke arah Alona. Terlihat di sana, seorang gadis tengah mengetik pesan dengan seorang laki-laki yang tengah melahap soto di depannya.

From: Alona

Udh taken?

Membacanya, Severin membelalak. Gadis itu meletakkan ponselnya kembali. Pandangannya tertuju ke Alona, lantas menggeleng begitu yang di sana juga menatapnya. Nggak jadian...atau mungkin belum?

Severin kembali ke Gerard. Terkejut melihat laki-laki itu ternyata sedari tadi memperhatikannya, membuat kikuk merambat di diri Severin.

Susah payah, perempuan itu menelan salivanya, lantas berdehem. "Err...kenapa, Rard?" Mendadak debar jantung gadis itu tidak beraturan.

"Nggak. Cuma pengen tahu aja, lo kenal deket sama Arn? Dia cerita kalau kemarin dia nemuin lo di halte." Gerard menyuarakan rasa penasarannya. Batagornya sudah tinggal piring dan sendok, yang artinya sudah tak bersisa.

ViceversaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang