Di pagi yang dingin, tubuh sang pemuda terbangun.
Tapi yang berada dalam tubuhnya bukan lagi dirinya yang sebelumnya, melainkan jiwa si boneka.
Matanya mengerjap, kemudian ia melihat sekelilingnya.
Ia berada di toko yang sama, toko yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Tapi badannya kini bisa bergerak.
Ia terdiam melihat tangannya yang ia genggam dan lepaskan. Ia juga melihat kakinya yang masih terbungkus sepatu boots hitam.
"Tubuh ini. . . Tubuh pemuda itu."
"Lalu ke mana jiwa pemuda itu?"
Lalu tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam kepalanya.
"Aku di sini. Hehe. . ."
Pemuda itu memang sudah tak terlihat lagi, tapi suaranya masih ada di kepalanya.
"Dari awal memang aku tidak punya jiwa."
"Aku hanya diciptakan dengan tubuh dan otak oleh sang penulis."
"Tapi aku hidup. Aneh, kan?"
Suara pemuda itu masih terdengar ceria walaupun ia sudah membiarkan tubuhnya dihidupi oleh jiwa yang lain.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
tanya boneka, bingung."Tentu saja kita pergi dari tempat ini. Tempat ini sudah tua dan tidak terurus."
Boneka kaget.
Bukannya ia harus menunggu pembuatnya kembali ke sini lagi?
Ia harus menjaga tempat ini selagi pembuatnya pergi.
"Kenapa harus pergi?"
"Bolehkah kita tinggal saja dan membereskan tempat ini?"
Jiwa si pemuda tidak terlalu mempermasalahkan di mana mereka tinggal.
"Kalau itu maumu, tidak apalah."
jawabnya dengan ringan."Oh iya, boleh aku tau namamu?"
tanya si boneka, penasaran."Aku. . . Aku tidak punya nama."
"Tapi, hey. . . Aku baru memikirkan sebuah nama yang bagus."
"Gregory. Bagus, bukan?"
Nada bicaranya masih seceria awal saat ia menyebutkan nama barunya.
"Baiklah, Greg."
👫 👫 👫
Esoknya si boneka - dalam tubuh Greg - mulai merapikan toko yang sudah berdebu dan tidak terurus itu.
Ia mencuci teman-teman bonekanya yang sudah usang. Kemudian meletakkan semuanya dengan rapi di depan etalase toko.
"Kalian juga harus melihat dunia luar."
pikirnya.Ia mengganti kayu-kayu yang sudah lapuk dan membetulkan atap toko yang bocor.
Sebulan kemudian, toko yang terlupakan itu sudah terlihat lebih rapi dan menarik.
"Lalu, toko ini mau kau apakan?"
tanya Greg."Aku mau menjual boneka."
jawab boneka mantap."Kau bisa membuat boneka juga, hah?"
tanya Greg tak yakin."Mungkin aku bisa."
YOU ARE READING
Once Upon a Time in a Story
FantasyAda banyak keinginan dari sebuah tokoh cerita. Ingin hidup, ingin dicintai, ingin menjadi ajaib, dll. Keinginannya terkabul atau tidak, hanya penulis yang dapat menentukannya. Tapi, apakah si penulis dapat memberikannya dengan cuma-cuma? *Maaf cerit...