Kakak....ku nantikan pelukan darimu.
Seorang adik menatap sendu punggung kakaknya yang ‘untuk kesekian kali’ pergi meninggalkan dirinya. ‘Untuk kesekian Kali’, kalimat tersebut cukup menjelaskan bahwa sang kakak meninggalkan adiknya bukan hanya sekali atau dua kali.
Masih sangat jelas diingatan sang adik, tak pernah sekalipun ia pergi berdua bersama sang kakak. Ah...tidak! Pernah sekali, ya..!! hanya sekali saja!! Saat itu...itupun saat kakak mendapat teguran keras dari orang tua.Entah apa yang ada dipikiran sang kakak hingga ia terkesan tidak sudi dan tidak peduli dengan keberadaan adiknya.
Adik povLibur tahunan masih berlangsung. Kakak kembali pergi. Bersama temannya ia pergi ke taman bermain. Aku hanya ingin ikut dengannya, sudah sangat lama saat terakhir aku pergi ke taman bermain. Mungkin saat itu umurku masih 5 tahun. Aku sangat ingin pergi bersama kakak, bermain sepuasnya dan menghabiskan waktu berdua. Dan selanjutnya...dapat ditebak!! Seperti sebelum-sebelumnya, kakak menolak keras keinginanku. Kakak kembali pergi meninggalkanku!!! Berakhirlah aku disini. Terdiam di kamar, meringkuk dan menangis. Menangis untuk alasan yang sama, air mata yang sama, dan untuk orang yang sama.
Aku meringkuk di dalam kamar temaram dan tidak ada yang peduli, bahkan orang tuaku. Hanya ada aku. Kegelapan. Di kamarku. Dalam kepedihan yang terus terulang.
Ku paksakan otakku guna membuka rekaman kebaikan kakakku. Tapi tidak!! Itu tidak berhasil. Justru kisah kepedihan yang kakakku berikan mengambil alih ingatanku. Ku paksa berhenti, namun sia-sia. Otakku sama sekali tidak berfungsi. Rentetan kisah itu mempermainkan emosiku. Marah, kecewa, sedih dan lenyapnya kebahagiaan. Mengikuti alur cerita yang ada, aku hanya sanggup menitikkan air mata dengan rasa sesak yang berkecambuk dalam dada. Benar-benar sesak.Dan sampailah pada suatu titik dimana air mataku tidak sanggup keluar. Air mataku benar-benar ku habiskan hanya untuk seorang yang tak peduli padaku. Seorang kakak.
Tidak pernah benar-benar ada kasih sayang dari kakak untukku. Meneriakiku, memakiku, bahkan memukulku. Itulah yang selama ini ia lakukan terhadapku.
Mungkin menurutnya itulah bentuk kasih sayang. Kakak tak pernah membiarkan aku pergi bersamanya. Aku harus selalu pergi dengan ayah, sedangkan kakak dengan ibu. Begitu seterusnya...aku menangis dalam diam di belakang ayahku sambil merapal sebuah kata, ‘Tidak pantaskah aku disampingmu? Aku hanya ingin kau dan aku selalu berdampingan, kak!’. Untaian kalimat yang lebih terdengar seperti sebuah harapan.
Waktu telah menunjukkan pukul 19.15 lebih, tapi kakak belum kembali. Padahal seingatku ia pergi pukul 12.45. kenapa kakak belum pulang? Pergi ke taman bermain haruskah menghabiskan waktu sepanjang itu? Jujur, rasa khawatir kini menghampiriku. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada kakak? Apa aku tidak akan pernah mendapatkan pelukan darinya? Namun Tuhan sepertinya berkehendak lain. selang beberapa menit kakakku menginjakkan kaki di rumah. Dan hal tak terduga terjadi begitu saja di keheningan rumah kami.
“KAU...KAU ITU BENAR-BENAR KAKAK YANG MEMALUKAN!!!” terdengar ayahku mulai berteriak kepada kakak.
Aku yang masih berdiam diri di kamar hanya mampu menutup telinga dengan rasa sesak yang kembali mendera dadaku. Aku tak sanggup mendengarkan semua kemarahan ayah. Dada ini terasa ingin meledak. Aku ingin berteriak. Bukan ini yang aku inginkan?
“Apa salahnya mengajak adikmu pergi ke taman bermain? Kau bahkan mengajak teman gadismu. Lalu mengapa tidak dengan adikmu?” tambah ibu dengan emosi yang tak kalah tinggi.
“Ayah itu malu...entah malu kepada diri ayah yang salah mendidik kalian, atau malu karena anaknya yang tidak bisa akur?” suara ayah mulai menurun, namun sarat akan rasa sesal di dalamnya.
Sepertinya kakak hanya berdiri mematung mendengar ocehan mereka. Pasti tidak pernah terpikir oleh kakak akan sambutan yang luar biasa seperti ini.
“Adikmu hanya ingin pergi ke taman bermain. Sudah lama ia tak pergi ke sana. Apa salahnya kau mengajak adikku bermain? Tidakkah kau merasa kasihan padanya?” tuntut ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pelukan Darimu
Short StoryHanya sosok kakak yang mampu memberikan sebuah kehangatan untuk sang adik.