Nadine berjalan dengan senyum merekah. Oh, tentu saja. Dia tadi baru saja bertemu dengan teman SMA yang dulu ia sukai, namanya Henrico. Tadi ia sempat berbincang sebentar dengan Rico. Nadine jadi teringat masa SMA nya di Yogyakarta.
Rico bercerita bahwa dia sedang menjaga Ibunya yang sedang di rawat di Rumah Sakit di daerah sini.
Tak ada yang mengganggu pikiran Nadine saat itu, hanya senyuman tulus dan memori indah di SMA.
Sampai pada saat ia memasuki pelataran kantornya, karena motornya diparkirkan disini. Ia melihat seorang lelaki sedang duduk di motornya.
"Permisi, Mas. Saya mau keluar," ujar Nadine sambil menujuk motor yang sedang pria itu duduki.
Dengan gerakan spontan, lelaki itu turun dari motor Nadine, "Oh, iya. Maaf ya mbak," ujarnya sambil tersenyum tidak enak.
Nadine bergerak mendekati motornya, sesaat dia memasukkan kunci motornya, pria yang tadi berbicara "I'm sorry, Nadine"
Saat itu juga, ia merasakan pukulan yang keras di punggung dekat lehernya. Lalu, kesadarannya menurun. Pria itu menangkap Nadine yang sudah terkulai lemas, dan membopongnya menuju sebuah mobil tak jauh dari parkiran motor.
"Cepetan, Bim!" teriak seseorang yang berada di mobil.
Bimo memepercepat langkahnya, ia sedikit kesulitan karena nyatanya Nadine cukup berat. Setelah sampai di mobil, ia menidurkan Nadine di jok belakang, dan segera masuk ke mobil. "Ayo, Nes!"
***
"Mau nama lo Bima, Bimo, Bison sekali pun, gue gak peduli!" teriak Nadine pada Bimo. Ia terus menggerakan tangannya, agar bisa melepas ikatan tersebut.
"Sini," ujar Bimo sambil membalikkan badan Nadine, dan membuka ikatan tersebut. Hal yang sangat aneh dilakukan penculik pada korbannya.
"Saya gak berniat nyakitin kamu, tapi saya juga gak bisa lepasin kamu begitu aja," ujar Bimo dengan tenang.
Nadine memperhatikan Bimo dari samping, ia jelas tahu kalau Bimo adalah lelaki yang kemarin malam sengaja duduk di motornya.
"Kenapa?" tanya Nadine. Matanya tidak fokus, ia berusaha mencari barang untuk perlindungan diri. Walaupun sikap Bimo tadi, siapa yang tahu nanti dia akan berubah, kan?
Bimo menoleh ke arah Nadine, "Kenapa apanya?"
"Kenapa lo nyulik gue?" tanya Nadine. Ia berusaha untuk menjangkau sebuah patung di sebelah sofa.
"Well, sebenarnya, saya udah perhatiin kamu dari seminggu yang lalu. Kegiatan kamu setiap harinya sama, terlalu monoton." ujar Bimo, ia melihat ke arah jam, yang menunjukkan pukul 12 siang. "Kalau jam segini, kamu pasti lagi makan sama teman perempuan dan laki-laki kamu di kantin,"
Mata Nadine melebar, kaget mendengar fakta yang baru saja diucapkan oleh penculik. "Lo stalker! Jangan-jangan lo psikopat ya?!"
Ia langsung berdiri dari duduknya sambil memegang patung berukuran sedang dengan kedua tangannya seakan siap untuk memukul siapapun yang mendekat.
"Kalau saya psikopat, kamu sudah masuk berita mutilasi," ujar Bimo.
Nadine benar-benar heran dengan Bimo, bagaimana bisa ia setenang ini saat ia sedang menculik seorang wanita?
Ia juga heran, kenapa ia dibawa ke rumah sebagus ini? Setahu dia, seingat dia, kalau penculikan biasanya dibawa ke gudang atau ruangan kosong, ini bahkan jauh dari kata kosong.
"Terus kenapa?!" tanya Nadine geram sambil tetap menodongkan patung itu.
Bimo berdiri dan membuat ketakutan Nadine bertambah, "Mungkin karena kamu cantik," ujar Bimo, lalu maju satu langkah.
"Ja-jangan mendekat!" teriak Nadine.
Tapi, Bimo tidak menghiraukannya, ia terus melangkah perlahan mendekati Nadine. Bahkan sampai Nadine terpojok di dinding.
"You won't hurt me, Nadine, because i won't hurt you. If you hurt me, i'll make sure you die"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapped
General FictionApa alasan utama dari seorang penculik? Nadine diculik tanpa ia tahu alasan dibalik penculikannya ini, yang ia tahu Bimo- orang yang menculiknya- bersikap baik terhadap dirinya, dan itu cukup. "Got kidnapped by someone just because you are a smart k...