Nadine menatap benda yang ada di tangannya dengan tatapan tidak percaya, Bimo baru saja menyerahkan kertas-kertas yang ternyata berisi tentang informasi tentang dirinya. Kertas pertama menunjukkan halaman facebook Nadine, yang banyak tertera informasi-informasi penting bahkan seperti tempat kerjanya sekarang. Ia benar-benar merutuki dirinya yang berlebihan mengikuti jaman, buktinya Bimo bisa dengan gampang menemukan dirinya.
Kertas kedua menunjukkan cetakan dari halaman instagramnya, lalu yang ketiga sampai kertas ke sepeluh menunjukkan foto-foto Nadine yang diambil secara tidak sadar.
Nadine sadar bahwa yang Bimo katakan itu benar, Bimo sudah mengikutinya sejak seminggu yang lalu.
"Udah liat kan buktinya? Sekarang ayo keluar," ujar Bimo mendekati pintu dan mengeluarkan kumpulan kunci-kunci, lalu setelah mencoba beberapa kali akhirnya pintu terbuka.
"Kenapa lo coba banyak kunci?" tanya Nadine mengikuti langkah Bimo.
Bimo menghampiri Nadine dan menggenggam tangan Nadine, "Saya gak mau ambil resiko kamu kabur,"
"Mau kemana?" tanya Nadine.
"Jajan paling ke SD di depan komplek," ujar Bimo. Nadine mengerutkan kening mendengar ucapan Bimo.
Ini orang anak kecil apa gimana sih, batin Nadine.
Mereka berjalan cukup jauh, setidaknya Nadine bisa sedikit menghapal jalan sekitar sini, kalau kalau dia mendapat kesempatan untuk kabur dari Bimo.
Keluar dari komplek, Nadine melihat banyak anak SD yang baru keluar dari sekolahnya. Ia berpikir pasti itu sekolah yang dimaksud Bimo. Bimo menariknya ke salah satu penjual makanan. Batagor.
"Batagornya satu porsi, pak" ujar Bimo. Lalu Bimo menatap kearahnya, "Kamu gak mau?". Nadine menatapnya heran, apa Bimo berniat untuk mentraktirnya mengingat ia sama sekali tidak mempunyai uang.
Nadine hanya menggeleng.
"Saya beli minum dulu ya disana," uar Bimo sambil menunjuk mini market tepat di sebrang jalan.
Nadine mematung. Ia mengangguk perlahan. Ini sangat mengejutkan. Apa benar Bimo membiarkannya sendirian disini?
Nadine menatap Bimo yang beranak pergi dari hadapannya dan mulai menyebrang. Nadine benar-benar gugup. Tangannya tiba-tiba adi dingin dan ia merasakan sakit perut.
Ini kesempatan gue! Gue harus bisa kabur dari sini, batin Nadine.
"Pak, bilangin sama cowok yang tadi, saya masuk ke SD dulu mau ikut ke toilet," ujar Nadine. "Oh iya, neng" jawab tukang batagor.
Nadine berusaha tenang, tidak terlihat terburu-buru dan tidak terlihat gugup. Ia berjalan ke arah gerbang SD tersebut, berbalik badan untuk mengecek apakah tukang batagor itu memperhatikannya atau tidak, dan melihat ke arah mini market mengecek apa Bimo sudah keluar atau belum.
Melihat keadaan aman, Nadine melanutkan langkahnya melewati gerbang SD tersebut, ia memilih untuk memasuki salah satu gang yang berada di sebelah SD tersebut. Setelah dikiranya aman, ia mulai berlari. Berlari tanpa arah.
***
Bimo keluar dari mini market sambil menghitung ulang kembalian dari petugas kasir tadi. Jelas saja, ia harus benar-benar mengirit untuk hidup tidak normalnya ini, ditambah dengan Nadine yang setidaknya ia harus beri makan.
Bimo menyeberangin jalan, berjalan menuu tukang batagor tadi. Ia mengernyit tidak mendapati Nadine disitu. Ia mempercepat jalannya lalu bertanya kepada tukang batagor tersebut, "Pak, cewek yang bareng saya tadi kemana ya?"
"Oh si eneng, tadi mah bilangnya masuk ke SD, mau ikut ke toilet," ujar Tukang Batagor itu dengan logat sundanya.
Mendengar itu, ia merutuki kebodohannya. Setelah membayar batagor itu, ia buru-buru masuk ke SD dan mencari Nadine.
Shit! Gue bodoh banget ngebiarin dia sendirian, batin Bimo.
Bimo berjalan menysuri setiap lorong, bahkan tiap kelas ia periksa. Setelah ia memeriksa kelas terakhir di uung lorong, ia semakin yakin bahwa sekarang Nadine kabur. Ia merasa sangat bodoh karena membiarkan Nadine sendirian dan dengan gampangnya percaya ucapan Nadine lewat tukang batagor tadi.
Bimo segera membuka ponselnya dan menelepon seseorang. "Nes, Nadine kabur,"
***
Sudah terhitung enam jam Nadine berjalan tanpa arah. Yang pasti ia sadar bahwa ini sudah jauh dari tempat dimana Bimo menyekapnya. Ia benar-benar tidak tahu harus kemana, ia tidak tahu ini daerah apa selain dia telah mengetahui bahwa ini di Bandung, itupun karena banyak kendaraan dengan plat D.
Atau bahkan ini bukan Bandung sama sekali, batin Nadine
Nadine memutuskan untuk duduk di depan minimarket. Ia berusaha berpikir bagaimana caranya ia bisa pulang, sedangkan sekarang ia tidak membawa apa-apa.
"Ayo Nadine ayo Nadine!! Mikir!!" ucap Nadine pada dirinya sendiri.
Nadine cukup mengundang perhatian orang di sekitarnya, oh bagaimana tidak, penampilannya tidak berubah semenjak hari pertama ia di culik oleh Bimo, dan itu tiga hari yang lalu!
Tidak lama seorang ibu menghampiri Nadine dan bertanya, "Neng, punten Neng kenapa, daritadi kayanya pusing begitu,"
Nadine mendongak melihat ibu tersebut, dan ia baru sadar bahwa banyak orang yang memperhatikan dia. "Oh, enggak ibu, saya.."
Masa gue bilang gue di culik?
"Saya kesesat, Bu. Terus tadi kecopetan, jadi saya bingun harus gimana," ujar Nadine
"Oh gitu, mau Ibu pinjemen telepon engga, Neng? Bisi mau nelepon sodaranya gitu,sina jemput kadieu" ujar Ibu itu dengan logat sunda.
"Enggak apa-apa Ibu?" tanya Nadine.
"Ah teu na-"
"Nadine!" panggil seseorang. Orang tersebut menghampiri Nadine dan Ibu itu, dan langsung memeluk Nadine. "Ya ampun Nadine! Lo kok ada di Bandung sih? Terus penampilan lo kenapa begini?"
Nadine terus mengerutkan keningnya. Dia siapa?
"Neng, temennya neng ini?" tanya Ibu pada perempuan yang tadi memeluk Nadine.
"Iya, Bu. Dia temen SMA saya, tadi kebetulan lewat sini, terus gak sengaja lihat ada Nadine disini,"
Teman SMA?
"Nengnya tadi ini katanya kesesat, terus kacopetan, jadi mau Ibu pinjemin hp," ujar Ibu itu.
"Ohh gitu, kalau gitu gak usah, Bu, makasih. Nadine ikut saya aja dulu. Yuk Nadine," ucap perempuan itu sambil merangkulnya dengan sedikit paksaan.
Mereka berjalan ke arah sebuah mobil, masih dengan perempuan itu merangkul Nadine.
"Lo.... siapa?" tanya Nadine berbisik, ia takut kalau ternyata ia mengenal perempuan ini tapi ia lupa namanya.
"Seseorang yang membantu seseorang,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapped
General FictionApa alasan utama dari seorang penculik? Nadine diculik tanpa ia tahu alasan dibalik penculikannya ini, yang ia tahu Bimo- orang yang menculiknya- bersikap baik terhadap dirinya, dan itu cukup. "Got kidnapped by someone just because you are a smart k...