Prolog

277 4 0
                                    

Krrr…..krrr…..krrr…..

getar ponsel di atas meja di samping tempat tidurnya membuat Liz Mccalister terbangun. Kepalanya terasa berat dan pusing karena semalam dia dan teman-temannya terlalu banyak minum. liz meraba- raba meja untuk mencari ponselnya. Setelah tangannya berhasil meraih benda kecil yang bersinar itu, dia pun mengangkatnya.

“halo”, liz berkata dengan suara parau yang lemah.

“lizzy, kau dimana?”, suara steve terdengar dari seberang dengan nada panik.

“aku masih di apartemen, kepalaku sakit sekali. Sepertinya aku akan izin telat masuk kantor”, Liz berkata sambil memegang kepalanya dan kembali merebahkan diri di tempat tidur.

“kau pasti sama sekali tidak ingat apa-apa tentang kejadian semalam, kan?”, steve lagi-lagi bertanya dengan nada yang sama.

Liz langsung bingung mendengar perkataan temannya itu.

“apa yang terjadi semalam?”, tanya liz sambil mencoba mengingat.

Cewek itu memang punya masalah dengan ingatan setiap kali dia terlalu banyak minum. Dia suka lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya. Tidak hanya itu dia juga suka hilang kendali dan mulai bicara yang aneh-aneh ketika mabuk.

“steve, kau tahu aku punya masalah dengan ingatan kalau aku terlalu banyak minum. aku tidak bisa mengingatnya. Ceritakan padaku, apa aku memukul seseorang tadi malam?”, liz bertanya dengan penasaran.

 Cewek itu mendengar steve menyumpah.

“lebih buruk lagi, lizzy”, kata steve geram.

“beritahu aku apa itu!”. mendengar hardikan liz, dengan spontan cowok itu berkata.

“andrea mengeluarkanmu dari kelompok karena sudah membuka rahasia tess di depan umum”.

“apa!!!”, teriak liz kaget.

“andrea tidak suka dengan hal itu. dia bilang kau tidak menghormati rahasia anggota yang lain”.

Mendengar perkataan steve yang terakhir, liz sontak kaget dan langsung bangun dari tempat tidurnya. Dia berjalan mondar-mandir  di kamarnya dengan muka panik.

“steve, steve, steve, kenapa kau tidak mencegahku. Kau tahu aku suka hilang kendali kalau sedang mabuk”.

“bagaimana aku bisa mencegahmu kalau aku lagi ke toilet ketika kau mulai meracau”, kata steve membela diri.

Liz garuk-garuk kepala bingung. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Tess pasti marah dan sangat sakit hati kepadanya.

“kau siap-siap saja liz karena andrea sekarang  sedang menuju ke tempat mu. Maaf temanku, aku tidak bisa berbuat banyak”, tiba-tiba steve menutup telponnya.

“arggh…steve!!!”, liz berteriak sendiri. Steve sudah memutuskan sambungan telpon dan sekarang tinggallah dirinya sendiri dengan andrea yang bisa muncul kapan saja di depan pintu apartemennya.

Tidak berapa lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Itu pasti andrea, pikir liz. Dia berencana untuk menjelaskan semuanya dan minta maaf pada sahabatnya itu begitu dia membuka pintu, tapi yang terjadi malah berbeda. Liz membuka pintu dan andrea langsung masuk ke dalam. Sebelum liz sempat menjelaskan segala sesuatunya, cewek itu sudah lebih dulu berbicara dan liz hanya bisa diam. Kata-kata terakhir andrea sebelum dia pergi yang sempat di ingat liz adalah “tidak usah repot-repot untuk datang ke kantor karena aku sudah mengatakan pada sam kalau kau mengundurkan diri pagi ini”.

Setelah andrea pergi, liz hanya bisa duduk termenung di atas sofa di ruang tamunya. Dia baru saja membuat hidupnya jungkir balik. Tidak punya pekerjaan lagi dan juga di jauhi oleh teman-temannya yang sudah bersahabat dengannya dari SMA dan itu semua terjadi secara bersamaan.

Unintended HelpedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang