Dia seperti matahari di musim semi
Selalu memancarkan sinar kebahagian -A•••
"Kalo orang ngomong tuh didengerin." Alfa mengoleskan obat gatal ke tangan April.
April meringis. Tidak tahan dengan rasa gatal yang ia rasakan. Telapak tangan nya dipenuhi bentol-bentol. "Gatel fa." Rengek April.
"Siapa suruh megang ulat? Bandel banget sih dibilangin," Omel Alfa. Ia sudah sering mengomeli April karna kelakuan nya yang berakhir mencelakai diri sendiri. April tipikal orang yang keras kepala, jika sudah begini Alfa juga yang turun tangan dan memang sudah seharusnya begitu, karna dari dulu April selalu ketergantungan dengannya. "Lo tuh udah besar. Bukan anak kecil lagi. Tapi tingkah laku lo masih kaya anak kecil."
April mendelik sebal. "Ish, ngomel mulu."
"Udah." Alfa sudah selesai mengobati April.
"Makasih. Cimot mana?" Tanya April.
"Cimot?" Tanya Alfa bingung.
"Iya, ulat yang tadi sore gue temuin di halaman depan." April beranjak mencari toples tempat ia menaruh cimot.
"Udah gue buang." Jawab Alfa santai.
"Kok di buang?" Protes April. Cewek itu mencak-mencak tidak jelas dihadapan Alfa.
"Jangan bawel, tangan lo mau gatel-gatel lagi?"
April mendengus sebal. "Mau makan." April mengalihkan pembicaraan dan beranjak dari ruang TV ke dapur. Mencari sesuatu untuk dimakannya, perut nya sudah berteriak ingin diisi sejak tadi, namun ia harus mengulur waktu saat melihat kulkas didapur nya tidak ada makanan satupun. April kembali ke ruang TV dan duduk disebelah Alfa.
Alfa yang sedang menonton TV mengalihkan perhatiannya. "Gak jadi makan?"
April menggelengkan kepala nya. "Gak ada apa-apa."
"Mau makan di luar?" Alfa merubah posisi duduk nya jadi berhadapan dengan April.
"Terserah, yang penting perut gue kenyang," Jawab April sekenanya.
"Dasar perut karet yang dipikirin makan mulu." Alfa beranjak dari duduk nya setelah memetikan televisi. Mengambil kunci mobil yang berada. diatas meja dan berjalan keluar bersama April.
Alfa membuka pintu mobil untuk April. April yang diperlakukan seperti itu tersenyum senang. Alfa menganggap April sudah seperti adiknya sendiri, bahkan Alfa lebih sering tidur dirumah April ketimbang di apart nya sendiri, dan untungnya saja Bunda nya April membolehkan nya menginap. Dari kecil Alfa dan April sudah dekat, bahkan sejak didalam kandungan. Orangtua April dan orangtua Alfa sudah bersahabat lama, jadi tidak heran jika Alfa sangat dekat dengan April.
Alfa menjalankan mobilnya. Di perjalanan April tidak henti-hentinya berbicara, Alfa hanya mendengarkan dan kadang tertawa jika April mengeluarkan cerita lucu.
"Eh masa ya fa, kucing yang minggu kemaren kita bantuin persalinannya, tadi pagi gue liat dia bunting lagi," April mengubah posisi duduk nya jadi menghadap Alfa.
"Masa?"
"Iya, kaya nya dia dihamilin sama kucing komplek sebelah deh."
YOU ARE READING
Alfapril
Teen Fiction#2nd Teen Fiction Bersatunya hati dalam sebuah kepahitan. Pahit yang harus mereka terima. Karena semua kepahitan itu ulah mereka yang tidak mengetahui dimana letak kebahagiaan yang mereka punya.